Assalamu'alaikum ...

Foto saya
depok, jawa barat, Indonesia
jadilah apa yang kau inginkan!

Selasa, 13 Juli 2010

Infus Glukosa laporan 2

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN STERIL




Tanggal Praktikum : 22 April 2008









DISUSUN OLEH :








PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008





KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan mengenai “ Infus Glukosa ” dalam mata kuliah Praktikum Teknologi Sediaan Steril.
Penyusun mengharapkan laporan ini dapat memberikan sumbangsih bagi pembacanya agar dapat memahami dan mendapatkan wawasan luas mengenai cara praformulasi dan formulasi dalam pembuatan infus glukosa yang merupakan salah satu bentuk sediaan steril parenteral yang digunakan secara intravena.
Dalam menyusun laporan ini, penyusun tidak dapat melupakan jasa-jasa dari berbagai pihak yang telah sudi meluangkan waktunya yang sangat berharga untuk memberikan petunjuk, bimbingan serta nasehat-nasehat yang sangat berguna. Sehubung dengan itu, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Farida sulistiawati, M.Si, Apt , selaku dosen pembimbing Praktikum Teknologi Sediaan Steril, yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam membuat sediaan infus.
2. Ibu Nelly Suryani, M.Si, Apt , selaku dosen pembimbing Praktikum Teknologi Sediaan Steril, yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam membuat sediaan infus.
3. Ibu Sabrina, M.Si, Apt , selaku dosen pembimbing Praktikum Teknologi Sediaan Steril, yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam membuat sediaan infus.
4. Bapak Yardi, M.Si, Apt , selaku dosen pembimbing Praktikum Teknologi Sediaan Steril, yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam membuat sediaan infus.
5. Keluarga dan rekan-rekan seperjuangan yang tidak bisa disebut satu-persatu namanya, yang telah menyuport dan membantu.
Akhirnya penyusun sebagai manusia biasa terbatas menyadari dan merasa bahwa, laporan ini masih jauh dari sempurna, karena itu penyusun pun terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun.
Jakarta, April 2008
PENYUSUN
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab. I PENDAHULUAN
A. Pengertian Infus 1
B. Persyaratan Sediaan Infus 1
C. Penggolongan Infus 1
Bab. II PRAFORMULASI
A. Tinjauan Pustaka Zat Aktif dan Zat Tambahan 6
B. Rancangan Praformulasi 8
C. Rangkuman Hasil Pengkajian Praformulasi 9
Bab.III FORMULASI
A. Formulasi Standar 10
B. Formulasi Akhir yang Akan Dibuat 10
C. Etiket 12
Bab.IV PEMBAHASAN 13
Daftar Pustaka 15














BAB I
PENDAHULUAN


A. Pengertian Infus
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalm jumlah yang relative sama. Rasionya dalam tubuh adalah air 57% ; lemak 20.8%; protein 17.0% ; serta mineral dengan glikogen 6%. ketika terjadi gangguan homeostasis (keseimbangan cairan tubuh), maka tubuh harus segera mendaptkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit.

B. Persyaratan Sediaan Infus
Kerja optimal larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya diperoleh jika persyaratan berikut terpenuhi :
1. Sesuai antara kandungan bahan obat yang ada di dalam sediaan dengan persyaratan tertulis pada etiket dan tidak terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan
2. Penggunaan wadah yang cocok, sehingga tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril, tetapi juga mencegah terjadinya interaksi antara bahan obat dan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi.
4. Bebas pirogen.
5. Isotonis.
6. Isohidris.
7. Bebas partikel melayang.

C. Penggolongan Infus
Penggolongan sediaan infus berdasarkan komposisi dan kegunaanya, antara lain :
1. Larutan Elektrolit
a. Cairan Fisiologis Tubuh Manusia
Tubuh manusia mengandung 60% air terdiri atas cairan intraseluler (didalam sel) 40% yang mengandung ion-ion K+, Mg ++ , sulfat, fosfat, protein, serta senyawa organic asam fosfat seperti ATP, heksosa monofosfat, dan lain-lain. Air pun mengandung cairan ekstraselular (di luar sel) 20% yang kurang lebih mengandung 3 liter air dan terbagi atas cairan interstisial (diantara kapiler dan sel) 15% dan plasma darah 5% dalam sistem peredaran darah serta mengandung beberapa ion seperti Na+, klorida, dan bikarbonat.
b. Fungsi Larutan Elekrolit
Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah, ada 2 jenis kondisi plasma darah yang menyimpang, yaitu :
- Asidosis : Kondisi plasma darah terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih.
- Alkalosis : Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih.
Sistem dapar darah adalah keseimbangan asam basa mengikuti sistem dapar, yaitu : - Hidrogen karbonat – Karbonat
- Hidrogen fosfat – dihidrogen fosfat
- Serum – protein.
Penyebab berkurangnya elektrolit plasma adalah kecelakaan, kebakaran, operasi, atau perubahan patologis organ, gastroenteritis, demam tinggi, atau penyakit lain yang memnyebabkan output dan input tidak seimbang.
2. Infus Karbohidrat
Infus karbohidrat adalah sediaan infuse berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok untuk donor kalori. kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen otot kerangka, hipoglikemia, dan lain-lain.
Kegunaan: 5% isotonis, 20% untuk diuretika, dan 30-50% terapi oedema di otak.
contoh:
Larutan Manitol 15-20% digunakan untuk menguji fungsi ginjal.
3. Larutan Kombinasi Elektrolit Dan Karbohidrat
Contohnya: Infus KA-EN 4 B (Otsuka)
Formulanya sebagai berikut:
Na+ 30 mEq
K+ 8 mEq
Cl- 28 mEq
Laktat 10 mEq
Glukosa 37.5 g
Aqua p.i. 1000 ml
4. Larutan Irigasi
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar (3 liter). larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan di luar system peredaran dan umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastic yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan denagn cepat. kita menggunakn larutan untuk merendam atau mencucui luka-luka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi perdarahan. kikta biasa menggunakannya dalam kegiatan laparatomy, Arthroscopy, Hysterectomy, dan Turs (urologi).
Persyaratan larutan irigasi sebagai berikut :
a. Isotonik.
b. Steril.
c. Tidak diabsorbsi.
d. Bukan larutan elektrolit.
e. Tidak mengalami metabolisme.
f. Cepat dieksresi.
g. Mempunyai tekanan osmotic diuretic.
Contohnya : Larutan Glycine 1.5% dalam 3 liter
Larutan asam asetat 0.25% dalam 1-3 liter
5. Larutan Dialisis Peritoneal
Larutan dialisis peritoneal merupakan suatu sediaan larutan steril dalam jumlah besar (2liter). Larutan tidak disuntikan kedalam vena, tetapi dibiarkan mengalir ke dalam ruangan peritoneal dan umumnya menggunakan tutup plastic yang dipatahkan, sehingga memungkinkan larutan dengan cepat turun ke bawah. penggunaan cairan demikian bertujuan menghilangkan senyawa-senyawa toksik yang secara normaldikeluarkan atau dieksresikan ginjal.
Persyaratan larutan dialysis peritoneal adalah :
a. Hipertonis.
b. Steril.
c. Dapat menarik toksin dalam ruang peritoneal.
Contohnya : Larutan Dianeal 1.5% dan 2.5%. 2 liter.
6. Larutan Plasma Expander atau Penambah Darah
Larutan Plasma expander adalah suatu sediaam larutan steril yang digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka baker, operasi, dan lain-lain.
a. Whole Blood
Whole blood atau darah lengkap manusia adalah darah yang telah diambil dari donor manusia, yang dipilih dengan pencegahan pendahuluan aseptic yang ketat. Darah ditambahkan ion sitrat atau heparin sebagai antikoagulan.
b. Human Albumin
Human Albumin adalah sediaan steril albumin serum yang didapat denagn melakukan fraksinasi darah dari donor manusia sehat.Tidak kurang dari 96% protein harus albumin.Setiap 100 ml mengandung 25 g albumin serum yang sebanding atau ekuivcalen keosmotikannya dengan 500 ml plasma manusia normal atau 5 g sebanding denagn 100 ml plasma manusia normal.
c. Plasma Protein
Plasma protein adalah larutan steril protein yang terpilih dari plasma darah donor manusia dewasa. plasma mengandung  5 g protein per 100 ml, 83-90% adalh albumin, lalu sisanya alfa dan beta globulin.
d. Larutan gelatin
Larutan gewlatin merupakan hasil hidrolisis kolagen, yakni suatu senyawa polipeptida. Larutan sangat cocok untuk plasma ekspander karena strukturnya terdiri atas protein, sehingga dengan protein plasma dapat memberikan efek osmotic yang sama.
Sebagai cairan pengganti darah, kita menggunakan larutan gelatin 5% yang diisotoniskan dengan natrium klorida dan dapat disterilkan pada suhu 121-124oC dalam autoklaf. Contohnya : infuse Haemaccel.
e. Larutan dekstran
Larutan dekstran adalah suatu senyawa polisakarida dengan satuan glukosa sebagai komponen monomer, yang terikat secara glikosidik pada posisi alfa 1,6. Bentuk molekulnya berupa benang panjang bergelombang. Dekstran terbentuk didalam media yang mengandung sakarosa di bawah pengaruh enzim dekstran-sakarase yang diproduksi berbagai spesies leuconostoc.
Contoh : infuse Otsutra -70 (Otsuka).
f. Larutan Protein (Asam Amino)
Larutan protein diinfuskan ke dalam tubuh jika tubuh mengalami kekurangan protein. umumnya, larutan terdiri atas 8 asam amino penting, yaitu : L-Isoleusin, L-Leusin,L-Metionin, L-Fenilalanin, L-Triptofan, L-Trionin, L-Lisine dan L-Valin. Kedelapan asam amino penting dan harus selalu ada dalam jumlah dan perbandinagn yang tertemtu di dalam infuse. Hilangnya satu komponen menyebabkan efek yang diharapkan tidak tercapai, malah akan terjadi gangguan dalam pertukaran protein tubuh. Kemudian, jumlah yang berlebih pun tidak ada gunanya.
Contohnya : Infus Aminofusin L (primer)
























BAB II
PRAFORMULASI


A. Tinjauan Pustaka Zat Aktif dan Zat Tambahan

Bahan Aktif : Glukosa
1. Sifat Kimia
Sinonim : Dextrose
Rumus Kimia : C6H12O6. H2O
Rumus bangun:
Kadar Bahan Aktif :
Infus glukosa mengandung C6H12O6. H2O tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105 % dari jumlah yang tertera pada etiket.
Untuk injeksi glukosa dapat digunakn glukosa anhidrat atau glukosa monohidrat 1,1 g glukosa monohidrat ekuivalen dengan 1 g glukosa anhidrat.
2. Sifat Organoleptis
Bentuk : Serbuk atau hablur
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
Rasa : Manis
3. Sifat Fisika
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air dan dalam 200 bagian alcohol ; larut dalam gliserol; praktis tidak larut dalam eter. Glukosa di dalam air (is dextrorotary). 5.05% larutan glukosa dalam air iso-osmotik dengan serum.
Stabilitas : Infus glukosa stabil pada PH 3.5-6.5.
Khasiat : Kalorigenikum
Dosis Lazim : Konsentrasi 5% untuk isotonis
Konsentrasi 20% untuk diuretik
Konsentrasi 30-50% terapi ordema di otak.
Sterilisasi :
Larutan glukosa harus disterilkan segera setelah persiapan, yaitu secara sterilisasi akhir dengan autoklaf atau dengan cara filtrasi. Simpan di dalam wadah yang tertutup baik.
Tempat Absorsi :
Langsung masuk peredaran darah (sisitemik)
Osmolaritas :
5,51% larutan dalam air adalah iso-osmotik dengan serum.
Inkompatibilitas (OTT) :
Glukosa OTT dengan Vitamin K akan kehilangan kejernihannya ketika larutan infus glukosa dicampurkan dengan sianokobalamin, kanamycin sulphate, novobiocin sodium atau warfarin sadium.
Efek Samping :
Pemberian glukosa secara intravena dapat memyebabkan iritasi vena. Trombophlebitis dapat terjadi jika larutan infuse glukosa memiliki PH yang rendah karena overheating selama sterilisasi.
Kontraindikasi :
Glukosa kontraindikasi pada pasien yang mengalami glukosa-galaktosa malabsorption syndrome.Toleransi glukosa mungkin dikurangi pada pasien gagal ginjal dan post-traumatic tingkat awal atau pada pasien yang mengalami sepsis. infuse glukosa, meskipun iso-osmotik tetapi tidak dapat bercampur dengan darah dapat menyebabkan terjadinya hemolisis dan clumping.

Sebagai Pengisotonis : Natrium Klorida (NaCl)
• Sinonim : Sodium chloride
• CAS : Sodium chloride [7647-14-5]
• Rumus Empiris : NaCl
• Berat Molekul : 58,44
• Fungsi : tonicity agent
• PH : 6,7 – 7,3
• Pemerian : serbuk atau kristal putih, rasa asin, tidak berbau
• Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol ; sukar larut dalam etanol.

Sebagai Pelarut : Aqua bebas pirogen
• Pemerian : Berupa larutan, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
 Cara Pembuatan : Air aquadest dipanaskan di dalam elenmeyer tertutup sampai suhunya mencapai 50-70°C kemudian dipindahkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan 0,1% carbon aktif, kemudian ditutup dengan kaca arloji yang disisipi batang pengaduk lalu dihangatkan kembali selama 15 menit, sambil diaduk 5 menit sekali. Kemudian disaring dengan kertas saring, sehingga didapatkan air bebas pirogen yang jernih.

B. Rancangan Praformulasi
Akan dibuat sediaan infus glukosa dengan konsentrasi 5% dalam 200 ml. Metode pembuatan yang direncanakan adalah dengan sterilisasi akhir. Dengan bahan tambahan yang terdiri atas :
1. tonicity agent : NaCl
2. Pelarut : Aqua bebas pirogen

Infus Glukosa 200 ml
Daftar Obat Jenis Obat Dosis Lazim Kelarutan pH Jenis Sterilisasi Khasiat
Glukosa

5% untuk isotonis 20% untuk diuretik
30-50% untuk terapi udema di otak
1 bagian air FI III : 3,5 –5,5
Fornas : 3,5 – 6,5 Serilisasi akhir

(autoclaf 115-116°C selama 30 menit) kalorigenikum


C. Rangkuman Hasil Pengkajian Praformulasi

No. Masalah Alternatif / Pemecahan Rekomendasi Keputusan Alasan

1.
Bentuk sediaan steril yang digunakan secara parenteral ada beberapa macam.
Dibuat bentuk sediaan yang sesuai dengan sifat zat aktif

- Injeksi
- Infus


Infus
Merupakan sediaan dalam volume besar dengan dosis tunggal

2.
Sediaan infus harus isotonis
Ditambahkan
Tonicity agent
NaCl 0,9 %

NaCl 0,9%
Dapat meningkatkan tonisitas sediaan yang bersifat hipotonis

3.
Sediaan infus harus bebas dari pirogen
Ditambahkan bahan yang dapat mengikat pirogen
Carbon aktif


Carbon aktif
Carbon aktif dapat mengikat pirogen

4.
Zat aktif tahan terhadap pemanasan
Dipilih jenis sterilisasi yang sesuai
- Filtrasi
- Sterilisasi akhir
Sterilisasi akhir
Mencegah kontaminasi jasad renik dalam sediaan

5.
Penandaan berdasarkan golongan obat bermacam-macam
Diberi penandaan golongan obat yang sesuai.
Merah
Biru

Hijau
Merah
infus tidak dapat digunakan sendiri dan harus dibantu oleh tim medis

BAB III
FORMULASI


A. Formulasi Standar

Formula standar yang tercantum di Fornas :
Komposisi : Tiap 500 ml mengandung :
Glucosum 25 g
Aquq pro injection hingga 500 ml
Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal
Catatan : - pH 3,5 – 6,5
- tidak boleh mengandung bakterisida
- Disterilkan dengan cara sterilisasi A segera setelah dibuat
- Sediaan berkekuatan lain : 50 g; 100 g ; 125 g ; 250 g.

Formula Standar yang tercantum di Martindale :
Larutan Dextrose 5 % diberikan secara intravena

B. Formulasi Akhir yang akan dibuat

R/ Glukosa 5 %
API ad 200 ml

Perhitungan Metode Kesetaraan NaCl :
W1 = 5 / 100 x 200 ml = 10 g (glukosa)
Sediaan yang ingin dibuat = 200 ml + 10 % = 220 ml
Penimbangan bahan (W2) = 220 / 200 x 10 g = 11 g
Ekivalen glukosa = 0,16
V = W2 x E
= 11 x 0,16 = 1,76 g
NaCl fisiologis = 0,9 % / 100 x 220 ml = 1,98
Jadi NaCl yang ditambahkan = 1,98 – 1,76 = 0,22 g
Perhitungan Metode White Vincent:
W1 = 5 / 100 x 200 ml = 10 g (glukosa)
Sediaan yang ingin dibuat = 200 ml + 10 % = 220 ml
Penimbangan bahan (W2) = 220 / 200 x 10 g = 11 g
Ekivalen glukosa = 0,16
V = W2 x E x 111,1
= 11 x 0,16 x 111,1
= 195,536 ml ( hipotonis karena < 220 ml, maka harus ditambahkan NaCl)
Ekivalen NaCl = 1
Jadi NaCl yang ditambahkan = 220 ml – 195,536 ml = 0,220 g
1 x 111,1

Alat-alat yang digunakan :

Nama Alat Jumlah Cara Sterilisasi
Beacker glass 1 Oven 170oC, 30 menit
Erlenmeyer 2 Oven 170oC, 30 menit
Corong gelas dan kertas saring 2 Autoklaf, 30 menit
Batang pengaduk 1 Oven 170oC, 30 menit
Kaca arloji 4 Oven 170oC, 30 menit
Gelas ukur 1 Autoklaf (115 - 116oC), 30 menit
Pipet tetes tanpa karet 1 Autoklaf, 30 menit
Karet pipet 1 Rebus, 30 menit
Pinset logam 1 Oven, 30 menit
Botol infus 3 Oven 250oC, 30 menit

Cara Pembuatan ( sterilisasi akhir ) :
1. Membersihkan peralatan yang akan digunakan.
2. Membuat API dengan cara : Auadest di didihkan di dalam elenmeyer tertutup selama 30 menit terhitung sejak mulai mendidih.
3. Glukosa dan NaCl masing-masing ditimbang dengan menggunakan kaca arloji sesuai dengan perhitungan.
4. Bahan yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah dikalibrasi 220 ml.
5. API dituangkan untuk melarutkan zat dan membilas kaca arloji sampai tanda kalibrasi tercapai.
6. Carbon aktif ditimbang 0,1% (220 mg), kemudian masukkan ke dalam larutan. Beaker glass ditutup kaca arloji dan disisipi batang pengaduk.
7. Hangatkan larutan pada suhu 50-70° C selama 15 menit sambil sesekali di aduk, lalu di cek pH.
8. Kertas saring ganda yang terlipat dibasahi terlebih dahulu dengan air bebas pirogen.
9. Pindahkan corong dan kertas saring ke elenmeyer steril bebas pirogen.
10. Larutan kemudian disaring hangat-hangat ke dalam elenmeyer.
11. Larutan zat dipindahkan ke gelas ukur sampai volume tepat 200 ml
12. Botol infus dibilas terlebih dahulu dengan sedikit sisa larutan ± 2 ml kemudian diisikan langsung ke dalam botol infus 200 ml.
13. Pasang tutup karet botol infus steril lalu ikat dengan simpul champagne.
14. Sterilkan botol infus yang berisi larutan dalam autoclaf suhu 115-116°C selama 30 menit. Kemudian diberi etiket yang sesuai.

C. Etiket


BAB IV
PEMBAHASAN


Pada praktikum kali ini, kami melakukan praktikum pembuatan sediaan steril berupa sediaan infus dengan bahan aktif berupa glukosa yang dibuat dengan sterilisasi akhir. Tujuan suatu sediaan dibuat steril, karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh lain yang pertahanannya terhadap zat asing tidak selengkap pada saluran cerna atau gastrointestinal. Diharapkan dengan kondisi steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal ini tidak berlaku relative steril atau setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu steril dan tidak steril. Dan infus merupakan sediaan yang perlu disterilkan dan harus bebas dari pirogen.
Sifat glukosa yang stabil pada pH 3,5 – 6,5 dan tahan terhadap pemanasan merupakan alasan di gunakannya metode sterilisasi akhir dalam pembuatan infus glukosa. Sehingga semua peralatan yang akan digunakan tidak harus disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Serta karena sediaan infus digunakan secara intravena, maka sediaan infus harus isotonis, isohidri dan harus bebas dari pirogen. Oleh karena itu, perlu ditambahkan NaCl 0,9% sebagai tonicity agent dan carbon aktif 0,1% untuk membebaskan sediaan dari pirogen.
Cara pembuatan infus ada 3 cara, yaitu :
1. Bahan aktif dilarutkan dengan Aqua pro injection (API) sampai volume yang dikehendaki (sampai tanda kalibrasi), lalu ditambahkan 0,1% carbon aktif kemudian dihangatkan 50-70°C selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Lalu sediaan disaring dan di ad kan dengan air bebas pirogen.
2. Bahan aktif dilarutkan dengan air bebas pirogen sampai volume yang dikehendaki (sampai tanda batas).
3. Bahan aktif dilarutkan dengan air bebas pirogen sampai volume yang dikehendaki (sampai tanda batas). Kemudian sediaan ini dibebas pirogenkan kembali dengan cara menambahkan 0,1% carbon aktif kemudian dihangatkan 50-70°C selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Lalu sediaan disaring dan di ad kan dengan air bebas pirogen.
Pada pembuatan infus glukosa ini, kami memilih menggunakan cara pembuatan infus yang kedua (tidak sesuai dengan cara pembuatan waktu responsi sebelumnya) yaitu dengan menggunakan air yang telah dibebaskan dari pirogen karena lebih cepat dalam pembuatannya dan lebih praktis. Sehingga sediaan tidak perlu lagi dilakukan pembebasan pirogen. Serta kami tidak melakukan pengukuran pH, dikarena tidak tersedianya pH indicator di lab (di dispensasi).
Kemudian botol infus ditutup dengan menggunakan tutup karet botol infus lalu diikat dengan simpul champagne yang bertujuan agar tutup karet tidak lepas ketika dilakukan sterilisasi akhir dengan autoclaf 115-116°C selama 30 menit.




KESIMPULAN


Pada praktikum kali ini, kami berhasil membuat sediaan steril berupa sediaan infus glukosa yang dibuat dengan sterilisasi akhir dan dengan menggunakan zat-zat tambahan, yang terdiri atas NaCl sebagai toncity agent dan menggunakan air bebas pirogen sebagai pelarut. Masing-masing bahan tambahan tersebut mempunyai fungsi yang dapat membuat sediaan infus menjadi isotonis dan bebas dari pirogen yang merupakan persyaratan sediaan infus, sehingga infus aman digunakan secara intravena.



















DAFTAR PUSTAKA


Farmakope Indonesia Edisi ketiga. 1979. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Formularium Nasional Edisi Kedua. 1978. Departemen Kesehatan Repiblik Indonesia.

Wade, Ainley and Paul J.Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, second edition. London : The Pharmaceutical Press

Direction of the Council of The Pharmaceutical Society of Great Britain. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia Twenty eight Edition. London : The Pharmaceutical Press.

Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Tidak ada komentar: