Assalamu'alaikum ...

Foto saya
depok, jawa barat, Indonesia
jadilah apa yang kau inginkan!

Kamis, 08 Juli 2010

Ringer Laktat laporan 1

BAB III
KAJIAN PRAFORMULASI

3.1 Monografi bahan yang digunakan, antara lain :
1. Natrii Chloridum
Sinonim : Sodium Chloride
Rumus molekul : NaCl
BM : 58,44
Pemerian : serbuk kristal putih; tidak berwarna; mempunyai rasa garam
pH : 6,7-7,3
Kelarutan : sedikit larut dalam etanol; larut dalm 250 bagian etanol 95%; larut dalam 10 bagian gliserin; larut dalam 2,8 bagian air dan 2,6 bagian pada suhu 100oC.
Fungsi : agen tonisitas ; sumber ion Natrium
OTT : larutan natrium klorida bersifat korosif dengan besi; membentuk endapan bila bereaksi dengan perak; garam merkuri; agen oksidasi kuat pembebas klorine dari larutan asam sodium klorida; kelarutan pengawet nipagin menurun dalam larutan sodium klorida.
Titik lebur : 801oC
Titik didih : 1439oC
Stabilitas : larutan sodium klorida stabil tetapi dapat menyebabkan perpecahan partikel kaca dari tipe tertentu wadah kaca. Larutan cair ini dapat disterilisasi dengan cara autoklaf atau filtrasi. Dalam bentuk padatan stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan tempat kering.

2. Kalii Chloridum
Sinonim : Potassium Chloride
Rumus molekul : KCl
BM : 74,55
Pemerian : tidak berbau; kristal tidak berwarna; atau bubuk kristal putih, rasa garam yang tidak menyenangkan.
pH : 7 untuk larutan pada suhu 15oC
Kelarutan : praktis tidak larut dalam acetone dan eter; larut dalam 250 bagian etanol 95%; larut dalam 14 bagian gliserin; larut dalam 2,8 bagian air dan 1,8 bagian pada suhu 100oC.
Fungsi : agen tonisitas ; sumber ion Kalium
OTT : larutan potassium klorida bereaksi kuat dengan bromine triflouride dan dengan campuran asam sulfur dan permanganate kalium. Kehadiran asam klorida, NaCl, dan MgCl menurunkan kelarutan KCl dalam air. Larutan KCl mengendap dengan garam perak dan lead. Larutan iv KCl OTT dengan protein hidrosalisilat.
Titik lebur : 790oC
Titik didih : menyublim pada suhu 1500oC
Stabilitas : larutan KCL dapat disterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi. KCl stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk dan kering.

3. Calcii Chloridum
Sinonim : Calcium Chloride Dihydrate
Rumus molekul : CaCl2.H2O
BM : 147
Pemerian : bubuk kristal, higroskopis, tidak berbau, tidak berwarna atau putih
pH : larutan 5% dalam air memiliki pH 4,5-9,2.
larutan 1,7% dalam air memiliki keadaan yang isoosmotik dengan serum.
Kelarutan : larut dalam 1,2 bagian air; larut dalam 0,7 bagian air mendidih; larut dalam 4 bagian alcohol; larut dalam 2 bagian alcohol mendidih
Fungsi : agen tonisitas ; sumber ion Kalsium
OTT : OTT dengan larutan Karbonat, posfat, sulfat dan tartrat; dengan amphotericin, cephalothin sodium, Klorfeniramina maleat, Klortetrasiklin, HCl, Oksitetrasiklin HCl, dan tetrasiklin HCl. Kadang-kadang OTT yang tergantung pada konsentrasi yang terjadi dengan Natrium bikarbonat.
Stabilitas : simpan dalam wadah yang tertutup rapat


4. Aqua pro injeksi
Fungsi : sebagai bahan pembawa sediaan iv
Pemerian : cairan jernih / tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : dapat bercampur dengan pelarut polar dan elektrolit
OTT : Dalam sediaan farmasi, air dapat bereaksi dengan obat dan zat tambahan lainnya yang mudah terhidrolisis (mudah terurai dengan adanya air atau kelembaban).
Air dapat bereaksi kuat dan cepat dengan logam alkali dan zat pengoksidasinya, seperti Calsium oksidadan Mg oksida.
Air juga bereaksi dengan garam anhidrat menjadi bentuk hidrat, serta bereaksi dengan bahan organik dan kalsium carbide.
Stabilitas : air stabil dalam setiap keadaan (es, cairan, uap panas).
Air untuk penggunaan khusus harus disimpan dalam wadah yang sesuai.
Pembuatan : Aqua destilata dipanaskan sampai mendidih dipanaskan 30 menit  API






Tabel I
Rangkuman Hasil Pengkajian Praformulasi

No Masalah Diinginkan Pemecahan Pemilihan Alasan
1 Dibuat sediaan parenteral Membuat sediaan yang cocok untuk stabilitas zat aktif • Sedian Parenteral Volume Kecil (injeksi)
• Sedian Parenteral Volme Besar (infus)

Sedian Parenteral Volume Besar
(injeksi)
Injeksi ringer digunakan secara infusi maka dibuat sedian parenteral volume besar
2 Rute pemberian untuk injeksi ringer Diinfusi langsung tepat ke sasaran Rute pemberian yang benar
Im
Iv
sc iv Karena pada umumnya, pemberian infus langsung masuk ke dalam pembuluh darah

3 Sediaan dibuat infus Dapat tercampur dengan konsentrasi dalam tubuh Dibuat sediaan yang bersifat
 Isotonis
 Hipotonis
 hipertonis isotonis Syarat infus agar digunakan dengan tepat maka konsentrasinya harus isotonis dengan serum


4. Adanya reaksi OTT antara CaCl2 dengan gas CO2 pada proses pembuatan Sediaan yang yang efektif digunakan secara iv Pembawa yang digunakan
 API
 API bebas O2
 API bebas CO2 API bebas CO2 Penghilangan gas CO2 pada API sebelum pencampuran, dapat menghindari reaksi OTT dengan CaCl2 yang dapat menghasilkan endapan CaCO3.


5 Zat/sediaan dikhawatirkan terkontaminasi oleh adanya pirogen Sediaan steril terhindar dari pirogen Zat karbon aktif dengan kadar
 < 0,1%
 0,1 %
 > 0,1 % Zat karbon aktif dengan kadar 0,1% Kadar zat karbon aktif 0,1 % efektif mengikat pirogen dalam larutan, yang dapat bekerja pada suhu 50-70oC setelah pemanasan 15 menit. Apabila kadar zat karbon aktif kurang atau lebih dari 0,1% menyebabkan tidak aktifnya pengikatan dan penyerap pirogen, dikhawatirkan tertinggalnya pirogen dalam sediaan.

6. Zat/sediaan dikhawatirkan terkontaminasi oleh adanya mikroorganisme Sediaan steril terhindar dari mikroorganisme Dilakukan proses sterilisasi
• sterilisasi aseptis
• sterilisasi akhir Sterilisasi akhir Karena zat aktif tahan terhadap pemanasan
7 Penandaan berdasarkan golongan obat bermacam-macam
Penandaan golongan yang sesuai sebagai petunjuk penggunaan konsumen
=Obat keras

=Obat bebas terbatas

=Obat bebas
Obat keras
Karena penggunaan sediaan injeksi harus dengan resep dokter dan perlu dilakukan oleh tenaga ahli medis


Table II
Spesifikasi dan Syarat yang Diinginkan

Rancangan Produk

1 Nama Produk Ringer® injeksi
2 Nama Sediaan Jadi Injeksi Ringer
3 Nama Bahan Aktif Komponen injeksi ringer
4 Bentuk Sediaan Injeksi
5 Nama Sediaan Dasar Komponen injeksi ringer
6 Dosisi Lazim
NILAI SYARAT RUJUKAN
7 Kadar Bahan Aktif
8 Pemerian :
Bentuk Cairan Fornas
Warna Bening Fornas
Bau Tidak berbau Fornas
Rasa tidak berasa Fornas
Konsisten
9 Kelarutan :
 Dalam Air
 Dalam Etanol 95%
 Dalam Asam mineral encer
 Dalam Alkali
Hidroksida
 Dalam Eter
 Dalam Benzen
 Dalam gliserol Praktis larut dalam air
-
-
-

-

-
- FI 3

10 Wadah dan
Penyimpanan
Wadah Botol kaca bening FI 3
Penyimpanan Dalam Wadah
Tertutup rapat FI 3
Terisi 250 ml














BAB IV
METODE PRAKTIKUM

Sediaan Parenteral Volume Besar

4.1 Data Zat Aktif
No Daftar Obat Dosis Lazim Kelarutan pH Jenis Sterilisasi Khasiat
1 Natrii Chloridum
- sedikit larut dalam etanol; larut dalm 250 bagian etanol 95%; larut dalam 10 bagian gliserin; larut dalam 2,8 bagian air dan 2,6 bagian pada suhu 100oC. 6,7-7,3 Sterilisasi akhir agen tonisitas ; sumber ion Natrium
2 Kalii Chloridum - praktis tidak larut dalam acetone dan eter; larut dalam 250 bagian etanol 95%; larut dalam 14 bagian gliserin; larut dalam 2,8 bagian air dan 1,8 bagian pada suhu 100oC. 7 untuk larutan pada suhu 15oC Sterilisasi akhir agen tonisitas ; sumber ion Kalium
3 Calcii Chloridum larut dalam 1,2 bagian air; larut dalam 0,7 bagian air mendidih; larut dalam 4 bagian alcohol; larut dalam 2 bagian alcohol mendidih - larutan 5% dalam air memiliki pH 4,5-9,2.
- larutan 1,7% dalam air memiliki keadaan yang isoosmotik dengan serum. Sterilisasi akhir agen tonisitas ; sumber ion Kalsium


4.2 Formulasi Standar dari Fornas :


Martindale Hal: 638
Ringer Injection
R/ NaCl 860 mg
KCl 30 mg
CaCl2 33 mg
API ad 100 ml

Fornas Hal 203
Injeksi Ringer
Tiap 500 ml mengandung
R/ Natrii Chloridum 4,3 g
Kalii Chloridum 150 mg
Calcii Chloridum 2,4 g
API ad 500 ml


Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal
Catatan : 1. pH 5 sampai 7.5
2. Tidak boleh mengandung bakterisida
3. Disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C, segera setelah dibuat
4. Bebas Pirogen
5. Pada etiket harus juga tertera banyaknya ion Kalium, ion Ca, Ion Klorida dan ion Natrium masing-masing dalam mEq per liter
6. Diinjeksikan secara infusi


4.3 Tak Tersatukan Zat Aktif (OTT)
Dengan perak, timah, garam merkuri, laruta karbonat, fosfat, sulfat, dan tartrat. Dengan amfoterisin, natrium sephalotin, CTM,klortetrasiklin HCl, oksitetrasklin hCl, dan tetrasiklin HCl.
Zat CaCl2 akan bereaksi dengan gas CO2 menghasilkan endapan CaCO3.

4.4 Usul Penyempurnaan Sediaan
1. Sediaan injeksi infus harus isotonis, isohidri, dan bebas pirogen
2. API yang digunakan harus bebas dari gas CO2
3. Tidak perlu penambahan pengawet
4. Ditambahkan karbon aktif untuk menghilangkan Ca dan pirogen

4.5 Alat dan Cara Sterilisasinya
Sterilisasi injeksi ringer dilakukan dengan autoklaf (sterilisasi akhir), sehingga alat-alat yang digunakan tidak perlu disterilisasi terlebih dahulu (disterilkan ketika sediaan dibuat).

4.6 Formula Akhir
Tiap 250 ml, mengandung:
R/ NaCl 2,15 gram
KCl 75 mg
CaCl2 82,5 mg
API ad 250 ml

4.7 Perhitungan Bahan
Volume yang di buat 250 ml → 250 + 2% = 255 ml
Maka penimbangan bahan:
• NaCl = 255 ml x 2,15 gram = 2,193 g
250 ml
• KCl = 255 ml x 0,075 g = 0,0765 g
250 ml
• CaCl2 = 255 ml x 0,0825 g = 0,08415 g
250 ml

Larutan harus bersifat isotonis:
1. Menggunakan kesetaraan NaCl
Diketahui: 1 g NaCl ≈ 0,76 gram KCl
1 g NaCl ≈ 0,51 gram CaCl2
 NaCl untuk 2,193 g NaCl = 2,193 x1 = 2,193 gram
 NaCl untuk 0,0765 g KCl = 0,0765 x 0,76 = 0,05814 gram
 NaCl untuk 0,08415 g CaCl2 = 0,08415 x 0,51 = 0,0429 gram +
2,29404 g ≈ 2,295 gram

Untuk isotonis, larutan infus memerlukan NaCl sebesar 0,9 x 255 = 2,295 gram
100
Jadi, NaCl yang telah tersedia dalam formulasi telah isotonis

2. Menggunakan rumus White Vincent
 NaCl = 2,193 g x 1 x 111,1 = 243,6423 ml
 KCl =0,0765 g x 0,076 x 111,1 = 6,459354 ml
 CaCl2 =0,08415 g x 0,51 x 111,1 = 4,768023 ml +
254,86968 ml ≈ 255 ml (Isotonis)

Penimbangan zat karbon aktif :
0,1 % x 255 = 0,255 gram = 255 mg

4.8 Prosedur Pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang semua bahan yang akan diperlukan, dimasukkan ke dalam gelas piala yang telah dikalibrasi 250 ml
3. Dibuat API bebas CO2 dengan cara mendidihkan aquaadest diatas penangas air, setelah itu dipanaskan kembali selama 30 menit
4. Dituangkan API untuk melarutkan zat aktif dan membilas alat-alat yang kontak dengan bahan sampai tanda kalibrasi tercapai
5. Ditimbang 0,1% zat karbon aktif, lalu dimasukkan ke dalam larutan. Gelas piala ditutup dengan kaca arloji yang disisipi batang pengaduk
6. Larutan dihangatkan pada suhu 50-700C selama 15 menit sambil sesekali di aduk
7. Kertas saring ganda dilipat, dibasahi dahulu dengan API bebas CO2
8. Corong dan kertas saring dipindahkan ke dalam erlenmeyer
9. Larutan di saring hangat-hangat ke dalam erlenmeyer
10. Di ukur volume larutan dalam gelas ukur tepat 250 ml dan diisikan langsung ke dalam botol infus 250 ml
11. Tutup karet botol infus dipasang, dan diikat dengan simpul champaigne
12. Di sterilkan botol infus yang berisi larutan dalam autoklaf suhu 115-1160C selama 10 menit.

4.9 Etiket





BAB V












BAB VI
PEMBAHASAN

Sediaan parenteral volume besar adalah larutan produk obat yang disterilisasi akhir dan dikemas dalam wadah dosis tunggal dengan kapasitas 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. SPVB ini umumnya diberikan secara intra vena dan non intravena, seperti untuk larutan dialisis yang diberikan secara intraperitoneal.
Infus termasuk ke dalam sediaan parenteral volume besar. Pada umumnya, infus berisi cairan isotonis pengganti cairan tubuh dan elektrolit sehingga infus digunakan pada kondisi klinik tertentu yang membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar dan waktu yang cepat seperti pada keadaan dehidrasi, demam berdarah, diare berat, dll.
Pada praktikum kali ini, kami membuat sediaan injeksi ringer dengan zat aktif NaCl, KCl, dan CaCL2. Untuk stabilitas dari zat aktif yang kami gunakan maka injeksi ringer ini kami buat dalam sediaan parenteral volume besar (SPVB).
Dalam pembuatannya, sediaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk sediaan parenteral volume besar seperti yang tertera dalam buku-buku resmi, seperti syarat isohidri, steril, bebas pirogen dan isotonis. Hal ini dikarenakan, pemberian infus yang diinjeksikan langsung ke dalam pembuluh darah.
Volume sediaan yang kami buat adalah dalam volume 250 ml, namun pada perhitungan perlu dilebihkan10% nya, yaitu sekitar 25 ml dari volume awal. Hal ini dimaksudkan karena dikhawatirkan adanya penguapan yang terjadi pada saat proses pemanasan. Selain itu, pembawa yang kami gunakan pun harus isotonis dan larutan harus isohidri karena sediaan ditujukan untuk pemberian intravena.
Berdasarkan formula standar yang kami gunakan, dihasilkan larutan yang hipertonis, sehingga kami perlu melakukan pengurangan NaCl agar larutan yang dihasilkan bersifat isotonis. Perhitungan isotonis yang kami lakukan adalah dengan menggunakan kesetaraan NaCl dan White Vincent, selain itu dapat juga menggunakan metode penurunan titik beku. Zat pengisotonis yang dapat digunakan pun tidak hanya NaCl, tapi dapat juga dextrose. Tapi, karena sediaan yang kami buat hanya berisi elektrolit, maka kami menggunakan zat pengisotonis NaCl.
Sediaan juga harus bersifat isohidri, yaitu pH sediaan harus mendekati pH fisiologis tubuh, yaitu 6,8-7,4 agar tidak menyebabkan phlebesetis dan trobhosis. Selain itu, tujuan utama dari pengaturan pH adalah untuk mempertinggi stabilitas sehingga obat tersebut tetap mempunyai aktifitas dan potensi yang baik. pH dari sediaan yang kami hasilkan cukup baik, yaitu 7.
Pembawa yang kami gunakan untuk sediaan injeksi ringer adalah Aqua Pro Injection bebas CO2. Karena CaCl2 dalam komponen dapat bereaksi dengan CO2 membentuk endapan CaCl3.
Pada saat proses pembuatan, zat aktif dilarutkan dengan menggunakan API. NaCl dan KCl dilarutkan secara bersamaan dalam satu wadah, sedangkan CaCl2 pelarutannya dilakukan dalam wadah yang berbeda. Hal ini dikarenakan, dekatnya kelarutan NaCl dan KCl dalam air, yaitu 2,8 dan 3 bagian air, sedangkan CaCl2 memiliki kelarutan 0,25 bagian air. Setelah ketiganya larut sempurna, ketiga bahan dicampurkan dalam satu wadah. Kemudian, alat yang berkontak dengan bahan dibilas dengan menggunakan API. Hal ini dimaksudkan untuk, membersihkan sisa-sisa zat aktif yang menempel pada alat sehingga sediaan dapat mencapai efek terapinya karena sediaan tidak menglami pengurangan dosis.
Sediaan infuse harus bebas pirogen. Pirogen adalah zat endotoksin yang dapat masuk dalam tubuh sehingga menyebabkan reaksi negative pada tubuh seperti demam. Oleh karena itu, pada sediaan yang kami gunakan ditambahkan 0,1% karbon aktif dari volume sediaan. Kadar karbon aktif yang digunakan 0,1% karena pada kadar tersebut karbon aktif efektif mengikat pirogen dalam larutan Apabila kadar zat karbon aktif kurang atau lebih dari 0,1% menyebabkan tidak aktifnya pengikatan dan penyerap pirogen, sehingga dikhawatirkan tertinggalnya pirogen dalam sediaan. Untuk mengaktifkan kerja dari karbon aktif, maka setelah zat aktif larut dan tercampur homogen, sediaan ditambahkan karbon aktif 0,1% dan dipanaskan pada suhu 50-700C selama 15 menit. Untuk evaluasi sediaan bebas pirogen dilakukan pengujian terhadap kelinci, yaitu dengan menyuntikan sedian secara intravena pada badan kelinci kemudian diukur suhunya, appakah terjadi peningkatan suhu atau tidak.
Setelah itu, sediaan disaring hangat-hangat dengan menggunakan kertas sarig ganda sebelum dimasukkan ke dalam botol infus 250 ml yang sebelumnya telah di kalibrasi. Kemudian botol infus ditutup rapat dan diikat dengan simpul champaigne sebelum dilakukan proses sterilisasi. Proses sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi akhir, karena zat aktif yang digunakan tahan terhadap pemanasan.
Proses sterilisasi tersebut dilakukan dalam autoklaf pada suhu 115-1160C selama 10 menit.
Pada saat dilakukan evaluasi, sediaan yang kami hasilkan bebas partikel melayang. Sedangkan untuk uji pirogenitas tidak kami lakukan karena keterbatasan alat dan waktu.





















BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dan hasil sediaan injeksi ringer yang kami buat, kami dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
• Sediaan yang kami lakukan dibuat dalam system parenteral volume besar untuk stabilitas dari zat aktif
• Zat aktif yang digunakan adalah NaCl, KCl, dan CaCL2
• Pembawa yang digunakan harus API bebas CO2 karena CaCl2 dalam komponen dapat bereaksi dengan CO2 membentuk endapan CaCl3.
• Agar sediaan bebas pirogen maka harus ditambahkan karbon aktif 0,1% dan dipanaskan pada suhu 50-700C selama 15 menit untuk mengaktifkannya.

6.2 Saran
Untuk pembuatan sediaan infuse harus bebas pirogen, isohidri dan isotonis. Sebaiknya dilakukan evaluasi sediaan untuk meningkatkan kualitas dari mutu sediaan maupun kerja para praktikan.














DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1978. FORMULARIUM NASIONAL.Ed: II. Jakarta: DEPKES
Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : UI Press
Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : UI Press
Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta : UI Press
Harjasaputra, Purwanto, dkk. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian Medipress
Lachman, Leon. Lieberman, Herbert A. Kanig, Joseph.L. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid I. Jakarta: UI Press.
Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: ANDI
Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Reynold, James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia Twenty Eight Edition. London : The Pharmaseutical Press
Waide, Ainley, and Waller, Paul J. 1994 HandBook of Pharmaseutical Exipients Secound Edition. Washington : American Pharmaseutical Association
Tjay, Tan Hoan, dkk. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta : Gramedia
Syarif, Amir, et.all. 2005. FARMAKOLOGI DAN TERAPI. Ed: IV. Jakarta: FKUI
www.wikipedia.org

Tidak ada komentar: