Assalamu'alaikum ...

Foto saya
depok, jawa barat, Indonesia
jadilah apa yang kau inginkan!

Selasa, 13 Juli 2010

OTM Pilokarpin HCl laporan 3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
 Mengetahui cara membuat sediaan obat tetes mata steril
 Mengetahui metode-metode pembuatan obat tetes mata steril

1.2 Teori dasar
a. Definisi obat tetes mata
Yang dimaksud dengan obat tetes mata (guttae ophthalmicae) adalah suatu sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan untuk terapi atau pengobatan mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak dan bola mata.
b. Obat Tetes Mata
Semua larutan untuk mata harus dibuat steril jika diberikan dan bila mungkin ditambahkan bahan pengawet yang cocok untuk menjamin sterilitas selama pemakaian (Ansel, 1989). Produk untuk diteteskan ke dalam mata, walaupun menurut definisi bukan sediaan parentral, mempunyai karakteristik yang banyak kesamaannya dan bahkan identik dengan sediaan parentral. Formulasi preparat obat mata dengan zat aktif yang stabil secara terapeutis membutuhkan kemurnian bahan yang tinggi juga bebas dari kontaminan kimia, fisika (partikel), dan mikroba (Lachmann, 1994).
Larutan ini biasanya dikemas dalam wadah untuk dosis tunggal dan dosis ganda yang sering beredar di pasaran. Meskipun larutan untuk mata disterilkan dengan uap air mengalir dalam otoklaf pada wadah akhirnya, metode yang digunakan tergantung pada sifat khusus dari sediaannnya. Obat-obat tertentu yang dalam media asam termostabil (tahan panas) dapat menjadi termolabil (tidak tahan panas) ketika di dapar mendekati kisaran pH fisiologis (±7,4). Jika perlu saringan bakteri dapat digunakan untuk menghindari pemakaian panas. Meskipun saringan bakteri bekerja dengan sangat efisien, sterilisasi ini tidak menjamin seperti dalam otoklaf. (Ansel, 1989).
c. Keuntugan dan kerugian penggunaan obat tetes mata
Keuntungan dan kekurangan obat tetes mata, yaitu :
 Keuntungan :
 Larutan tetes mata memiliki kelebihan dalam hal kehomogenan, bioavalaibilitas dan kemudahan penanganan
 Suspensi mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif dapat memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas dan efek terapinya.
 Kekurangan :
 Kapasitas volume yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas, maka jika terdapat larutan yang berlebih dapat masuk ke nasal cavitu lalu masuk ke jalur-blok GI menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan. Misalnya untuk perawatan glaucoma dapat menjadi masalah bagi pasien gangguan jantung atau asma bronchial.
 Kornea atau rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler pada retina dan iris relative non permeable sehingga umumnya sediaan untuk mata adalah efeknya local/topical.

d. Komponen larutan sediaan mata
a. Bahan aktif obat
Konsentrasi bahan aktif bahan obat dipilih berdasarkan studi keamanan, efikasi dan ketersediaan hayai pada binatang pemilihan bahan tambahan sesuai dengan sifat fisiko kimia bahan aktif dan dapat tersatukan serta rasional
b. Pengawet
Pemilihan system pengawet harus di dasarkan pada pertimbangan kompatibilitas, keamanan dan efikasi pengawet.
Syarat pengawet dalam tetes mata :
- Harus efektif dan efisien
- Tidak berionteraksi dengan bahan aktif atau bahan pembantu lainnya
- Tidak iritan terhadap mata
- Tidak toksik
Pengawet yang sering digunakan yaitu :
- Thiomersal (0.002%)
- Garam fenil merkuri (0,002%)
- Garam alkonium dan garam benzalkonium (0,002-0,01%) dalam kombinasinya dengan natrium edetat (0,1%)
- Klorheksidin (0,005-0,01%)
- Klorbutanol (0,5%)
- Benzilalkohol (0,5-1%).

c. Buffer
Tujuan penggunaan dapar pH adalah untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca. Kenaikan pH dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Garam alkaloid paling efektif pada pH optimal untuk pembentukan basa bebas tidak terdisosiasi. Tetapi pada pH ini obat mungkin menjadi tidak stabil, sehingga pH harus diatur dan dipertahankan tetap dengan penambahan dapar. Air mata mempunyai kapasitas dapar yang baik. Obat mata akan merangsang pengeluaran air mata dan penetralan akan terjadi dengan cepat asalkan kapasitas dapar larutan obat tersebut kecil (jumlah mol asam dan basa konjugat dari pendapar kecil). Garam alkaloid bersifat asam lemah dan kapasitas daparnya lemah. Satu atau dua tetes larutan obat mata ini akan dinaikkan pHnya oleh air mata. Dalam menyiapkan dapar dengan pH yang diinginkan, harus dipilih sistem asam garam yang pKa-nya mendekati pH yang diinginkan agar angka banding asam terhadap garam mendekati satu dan diperoleh keefektifan maksimal terhadap penaikan dan penurunan pH. Kriteria pemilihan untuk buffer harus didasarkan pada pH target larutan ( ditunjukan pada profil stabilitas pH bahan obat), kompatibilitas, keamanan termasuk iritasi dan kapasitas buffer. Target pH yang disukai adalah 7,4 ± 0,2, dengan 6,0 – 8,0 sebagai rentang yang dapat diterima. Pengecualian adalah kasus – kasus dimana bahan obat ridak stabil pada rentang pH tersebut.
Buffer yang paling umum digunakan dan rentang pH nya adalah :
No Buffer pH
1 Asetat 4,5 – 5,5
2 Sitrat 3,5 – 6,0
3 Fosfat 6,0 – 8,0
4 Borat 7,0 – 8,0

d. Tonisitas
Nilai isotonisitas cairan dengan darah dan mempunyai nilai isotonisitas sesuai dengan larutan natrium klorida 0,9%. Secara ideal larutan obat mata harus mempunyai nilai isotonis tersebut, tetapi mata tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara dengan larutan natrium klorida P 0,6 % dan tertinggi setara dengan larutan natrium klorida P 0,2 % tanpa gangguan nyata. Nilai pH :
a. Air mata normal memiliki pH kurang lebih 7,4 dan mempunyai kapasitas dapar tertentu ( FI IV )
b. Menurut Art of Compounding pH obat tetes mata dapat mencapai harga pH antara 4,5 – 9 %
c. Menurut Troolie dan lessen pH antara 7,3 – 9,7 tidak memberikan rangsangan. pH lebih kecil dari 5,8 dan lebih besar dari 11,4 dapat merangsang mata
e. Bahan peningkat viskositas
Penggunaan bahan pengental dalaam obat tetes mata bertujuan sebagai bahan pelicin untuk lensa kontak dan meningkatkan waktu kontak antara sediaan dengan kornea, sehingga jumlah bahan aktif yang berpenetrasi dalam mata semakin meningkat. Tetes mata dalam air mempunyai kerugian, oleh karena mereka dapat ditekan keluar dari saluran konjunktival oleh gerakan pelupuk mata. Oleh karena itu waktu kontaknya pada mata menurun. Melalui peningkatan viskositas dapat dicapai distribusi bahan aktif yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak yang lebih panjang. Lagi pula sediaan tersebut memiliki sifat lunak dan licin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Oleh Karena itu sediaan ini sering dipakai pada pengobatan keratokonjunktifitis. Sebagai peningkat viskositas digunakan metal selulosa, hidroksimetil selulosa dan polivinilpiroridon (PVP).
f. Bahan pengkelat
Bahan pengkelat memiliki peran untuk membersihkan pengotor ion logam berat yang dapat memberiakan efek yang merugikan terhadap stabilitas obat tertentu. Contoh : disodium edetat.

e. Kategori Farmakologi produk obat mata
Beberapa obat ini bekerja pada system syaraf otonomik sehingga harus di tangani denga hati – hati. Kelompok besar dari produk obat mata adalah sebagai berikut
a. Sebagai antimikroba dan anti inflamasi
Sifat pengobatan pada infeksi ocular berbeda-beda dab bergantung paa sifat mikroorganisme penyebab infeksi. Sebagian besar infeksi pada mata disebabkan oleh bakteri atau anti virus. Infeksi yang disebabkan jamur pada mata seperti keratitis jamur jarang dijumapi. Glaucoma ditandai dengan hipertensi ocular dengan hilangnya penglihatan secara cepat dan dapat menghasilkan kebutaan karena kerusakan apda syaraf optic dan retina. Glaucoma adalah penyakit yang sangat kompleks dimana seseorang dengan hipertensi ocular tidak dapat mengembangkan proses degeneratifnya yang berhubungan dengan glaucoma untuk waktu yang lama.
b. Midriatik dan siklopegik
Midriatik adalah obat yang mendilatasi pupil ketika diberikan secara topical pada mata. Siklopegik adalah obat yang menyebabkan paralisis ketika diberikan sebagai tetes mata topical. Midriasis diinduksi oleh obat simpatolitik atau parasimpatolitik.
c. Pengobatan “ dry eye syndrome “
“ Dry eye syndrome “ merupakan suatu kondisi dimana pasien mengeluh sakit mata yang mengarah pada sensasi terhadap kekeringan pada mata. Sindrom ini dihasilkan dari kekurangan aqueous dan komponen musin pada lapisan air mata pra kornea.
d. Produk intra ocular
Produk intra ocular dikalsifikasikan sebagai berikut : larutan irigasi, bahan viskoelastik, midriatik, miotik dan produk – produk enzim.

f. Absorbsi obat pada mata
Absorbsi obat yang diberikan secara oral atau parenteral dapat dievaluasi dengan mengukur konsentrasi obat dalam plasma atau urin sebagai ukuran ketersediaan hayatinya, ketersediaan hayati pemberian obat mata secara topical tidak dapat dievaluasi dengan mengambil sampel cairan jaringan ocular tanpa menyebabkan kerusakan ocular. Absorbsi produk obat mata yang diberiakn secara topical dipengaruhi oleh beberapa factor : volume kapasitas mata yang terbatas untuk menahan bentuk sediaan yang diberikan, laju sekseri dan laju alitan air mata, absorbsi oleh jaringan vascular konjungtiva, penetras obat – obat melintasi kornea dan sclera laju kedipan, dan reflex tangisan yang disebabkan oleh pemberian obat. Pengaliran dari tetes obat yang diberiakn melalui saluran naso lakrimal, dimulai sejak penetesan ke dalam saluran gastrointestinal jika volume caoran melampaui kapasitas dari cul-de-sac. Kelebihan cairan memasuki puncta lakrimal superior dan inferior turun melalui kanalikuli kemudian masuk kedalam lacrimal sac dan kemudian masuk kedalam saluran gastrointestinal.

g. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses yang digunakan untuk membebaskan suatu bahan atau sediaan terhadap jasad renik.pernyataan steril merupakna hal yang absolute /mutlak sehingga hanya ada dua kemungkinan suatu sediaan dinyatakan steril atau tidak steril dan tidak ada antara keduanya.
I. Cara sterilisasi akhir
Cara ini merupakan cara sterilisasi umum dan paling banyak digunkan dalam pembuatan sediaan steril. Zat aktif harus stabil dengan adanya molekul air dan suhu sterilisasi. Dengan cara ini sediaan disterilkan pada tahap terakhir pembuatan sediaan. Semua alat setelah lubang-lubangnya ditutup kertas perkamen, dapat langsung digunakan tanpa perlu disterilkan lebih dahulu.
II. Cara aseptis
Cara ini terbatas penggunaanya pada sedian yang mengandung zat aktif peka suhu tinggi dan dapat mengakibatkan penguraian dan penurunan kerja farmakologisnya. Antibiotika dan beberapa hormon tertentu merupakan zat aktif yang sebaiknya diracik secara aseptis. Cara aseptis bukanlah suatu cara sterilisasi melainkan suatu cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan mencegah kontaminasi jasad renik dalam sediaan.
III. Sterilisasi panas dengan tekanan atau Sterilisasi uap (autoklaf)
Dengan memaparkan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme secara irreversible akibat denaturasi atau koagulasi protein sel. Sterilisasi ini dilakukan dengan suhu 121°C selama 30 menit. Autoklaf digunakan untuk mensterilkan alat-alat persisi seperti gelas ukur, pipet, corong beserta kertas saring, spuit.
IV. Sterilisasi panas kering (oven)
Terjadi melalui mekanisme konduksi panas. Panas akan diabsorpsi oleh permukaan alat yang disterikan lalu merambat kebagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Udara panas oven akan mematikan jasad renik meluli mekanisme dehidrasi-oksidasi terhadap mikroorganisme. Sterilisasi ini dilakukan dengan suhu 170°C selama 30 menit. Digunakan untuk mensterilkan alat-alat gelas non-persisi seperti beaker glass, elenmeyer, kaca arloji, cawan penguap, pinset logam, batang pengaduk.

h. Proses evaluasi obat tetes mata
1. Kejernihan Larutan (FI IV, <881>)
Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral.
Prosedur kerja:
o Masukkan ke dalam 2 tabung reaksi, masing-masing larutan zat uji dan suspensi padanan yang sesuai secukupnya, yang dibuat segar sehingga volume larutan
dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40 mm.
o Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan Suspensi padatan,dengan latar belakang hitam.
o Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus ke arah bawah tabung.
2. Volume Terpindahkan (FI IV, <1261>)
Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari 10 wadah satu persatu.
Prosedur kerja:
Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan gelembung udaa pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit.
Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran:
volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100 %, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95 % dari volume yang dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100 % dari yang tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95 % dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian terdadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100 % dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % seperti yang tertera pada etiket..
3. Penetapan pH
Diuji dengan:
• Kertas indikator pH, kertas dicelupkan ke dalam larutan dan hasil warna yang terbentuk dibandingkan terhadap warna standar.
• pH meter (FI IV, <1071>), Harga pH adalah harga yan gdiberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan terhadap Baku larutan dapar, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH. Pelarut untuk Larutan dapar harus sama dengan pelarut sediaan.
















BAB II
PRAFORMULASI
A. TINJAUAN PUSTAKA ZAT AKTIF DAN ZAT TAMBAHAN
Zat aktif :
Pilokarpin HCl
Rumus molekul : C11H16N2O2.HCl
Berat molekul : 244.72
Pemerian : Hablur tidak berwarna, agak transparan, tidak berbau; rasa agak pahit; higroskopis dan dipengaruhi oleh cahaya, bereaksi asam terhadap kertas lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol; sukar larut dalam kloroform; tidak larut dalam eter. Larut 1 dalam 0,3 air; 1 dalam alkohol; dan 1 dalam 360 kloroform.
Stabilitas : Mengalami hidrolisis yang dikatalisis oleh ion hidrogen dan hidroksida, terjadi epimerisasi pada pH basa. Peningkatan temperatur akan meningkatkan kecepatan hidrolisis bila pH larutan 10,4. pH stabilitas maksimum 5,12.
pH : pH larutan 5 % dalam air antara 3,5 dan 4,5. (Martindale, p. 1396).
OTT : Inkompatibel dengan klorheksidin asetat dan garam fenilmerkuri, juga dengan alkali, iodin, garam perak dan klorida merkuri.
∆Tf-nya : 0,26 °
Dosis : Untuk perawatan glaukoma, konsentrasi dan frekuensi pemberian pilokarpin hidroklorida tergantung pada kebutuhan dan respon setiap individu. Dosis lazim = 1 – 2 tetes larutan 1 – 4 % setiap 4 – 12 jam. (AHFS 2002, hal 2718). Atau dosis lazim sekali = 0,1 ml larutan 0,5 – 4 %. Dosis maksimal sekali = 20 mg. (FI III, hal 498). Dosis 1 tetes larutan Pilokarpin HCl 2 % setiap 6 jam sebelum pembedahan untuk glaukoma kongenital atau goniotomy. (AHFS, p. 2718).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Khasiat : Miotikum dan parasimpatomimetik

Zat tambahan :
Benzalkonii kloridum
Rumus molekul : ( C5H5CH2N)CH3)2R+)CL-:R
Berat molekul : 360
Pemerian : Serbuk amorf berwarna putih atau putih kekuning-kuningan bersifat higroskopis dan berbau aromatis serta rasanya sangat pahit
Kelarutan : Sangat mudah laarut dalam air dalam etanol (95%) dan dalma aseton, zat anhidrat agak sukar larut dalam eter dan mudah larut dam benzen.
pH : 5-8
OTT : Alumunium surfaktan anionic, sitrat, kapas, lanolin, kaolin, iodide,HPMC,H2O2,
Sterilisasi : Sterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi.
Dosis : 0.01-0.02
∆Tf : 0.048 ˚
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk dan kering.
Khasiat : Pengawet

Asam Acetat
Rumus molekul : CH3COOH
Berat molekul : 60.5
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna bau menusuk, rasa asam, tajam.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%), dan dengan gliserol.
pH : 4.5-5.5
E : 0.96
pKa : 4,76
Khasiat : Zat tambahan ( Pendapar )

Natrium Acetat
Rumus molekul : NaC2H3O2 .3H2O
Berat molekul : 136.08
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna bau menusuk, rasa asam, tajam.
Kelarutan : Mudah larut dalam air.
E : 0.45
Khasiat : Zat tambahan ( Pendapar )














C. PENGKAJIAN PRAFORMULASI
No. Permasalahan Solusi Alternatif pemecahan masalah Keputusan Keterangan
1. Bentuk sediaan steril bermacam-macam Dipilih bentuk sediaan sesuai dengan penggunaan a. Parenteral
b. Obat tetes (gutae) Obat tetes mata (Gutae)
2 Zat aktif yang dipakai adalah pilokarpin Dipilih jenis pilokarpin HCl Pilokarpin HCl adalah bentuk garam dari pilokarpin yang kelarutannya dalam air sangat mudah larut Pilokarpin HCl
3 Dibutuhkan bahan eksipien pengisotonis sediaan obat mata NaCl
4 Dibutuhkan eksipien bahan pengawet, karena pelarut pembawanya adalah air Ditambahkan preservativ Benzalkonium klorida Benzalkonium klorida memiliki kemampuan sebagai pengawet antimikroba, dan mudah larut dalam air
5. Penandaan alat bermacam-macam Dipilih penandaan obat yang sesuai
Merah
Hijau
Biru

Merah
Obat keras

D. OTT
E. USUL PENYEMPURNAAN SEDIAAN
F. ALAT DAN CARA STERILISASI
Nama alat Jumlah Sterilisasi
Pinset 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Kaca arloji 4 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Beaker glass 5 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Erlenmeyer 2 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Gelas ukur 1 buah Autoklaf 1150 C selama 30 menit
Batang pengaduk gelas 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Corong gelas Autoklaf 1150 C selama 30 menit
Kertas saring lipat Autoklaf 1150 C selama 30 menit
Spatula logam Oven 1700C selama 30 menit
Botol obat tetes mata Direbus dalam air mendidih selama 30 menit









Formula akhir

Tiap 10 ml mengandung :
R/ Pilokarpin HCL 2%
Benzalkonii kloridum 1 mg
Asam Acetat 2.19mg
Na Acetat 5.25mg
NaCL 50mg
API ad 10 ml

 Perhitungan dapar
Asam acetat : Mr = 60 pKa: 4.76
Na asetat : Mr = 83 Ph: 5
Ka.Antilog 4.76= 0.575 x 10-5
{H+}= 10-5
pH: pKa + log { Garam } / { Asam}
5 = 4.76 + log { Garam } / { Asam }
{ Garam } / { Asam } = 5-4.76
= 1.73
 Kapasitas dapar = 0.1
β = 2.3 C ( Ka CH3O+ )
{ Ka + (H3O+ )}
0.01 = 2.3 C ( 0.575 x 10-5 ) ( 10-5 )
{ 0.575 x 10-5 + ( 10-5 )}2
0.01 = 2.3 C 0.575 x 10-10
( 1.575 x 10-5 )2
0.01 = 2.3 C ( 0.23 )
2.3 C = 0.01
0.23
2.3 C = 0.04 m
C = 0.01
 C = ( Garam ) + ( Asam )
0.01 = 1.76 ( Asam ) + Asam
0.01 = 2.73 ( Asam )
( Asam ) = 3.66 x 10-3
( Garam ) = 1.73 ( 3.66 x 10-3 )
= 6.33 x 10-3
 Asam = M/Mr x 1000/v
o x 10-3 = M/60 x 1000/10
M Asam = 2.19 mg
Konsentrasi asam dalam % : 0,0219 %
BJ asam asetat : 1,05
P = m/v
v = m/p
= (2,19 x 10-3)/1,05
= 2,08 x 10-3 ml (volume yang digunakan untuk membuat larutan asam asetat encer dari asam asetat pekat)

Dilakukan pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2
2,08 x 10-3 x 3,66 x 10-3 = 50 x M2
M2 = 1,5 x 10-7
Faktor pengenceran sebanyak 50 kali
Maka konsentrasi setelah mengalami pengenceran, menjadi :

[ ]1 = [ ]2 x 50
2,08 x 10-3 = [ ]2 x 50
[ ]2 = 4,16 x 10-6 ml


 garam M/Mr x 1000/v
6.33 x 10-3 = M/83 x 1000/10
M garam = 5.25 mg
Konsentrasi garam dalam persen : 0,0525 %

Penimbangan bahan :
Untuk 1 botol, volume dilebihkan 5 % sehingga menjadi = 10 ml + (5 % x 10) ml
= 10,5 ml
Volume 10,5 ml untuk dimasukkan ke dalam botol. Tujuan dilebihkan yaitu supaya volume terpindahkan tetap 10 ml. Untuk 2 botol dibutuhkan 21 ml. Untuk pembuatan dilebihkan 10 %, menjadi: = 21 ml + ( 21 x 10 % ) ml = 23,1 ml, jadi Volume total yang akan dibuat = 25 ml

a. Pilokarpin HCl
0.02 mg x 25 ml = 500 mg = 0.5 g

b. Benzalkonium Klorida
Mengalami pengenceran
Benzalkonium klorida 50 mg
Maka, (1/50) x 25 ml = 0.5 ml

c. Asam asetat 2,19 mg
d. Natrium asetat 5,25 mg
e. NaCl 50 mg
f. API add 25 ml





BAB III
PROSEDUR KERJA
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Semua alat- alat yang digunakan disterilkan dengan oven dan autoklaf sesuai petunjuk sterilisasi alat diatas. Botl yang akan digunakan sebelumnya dikalibrasi menggunkan API dengan volume 10 ml.
a) Disiapkan Aqua Pro Injeksi bebas O2 dengan cara :
i. ( Catatan : Dilakukan pada White Area )
b) Dipanaskan aquades diatas hotplate sampai mendidih.
c) Dihitung waktu pemanasan selama 30 menit (waktu mulai dihitung setelah air mendidih).
d) Dipanaskan lagi selama 10 menit agar diperoleh API bebas O2.
c. Ditimbang masing-masing bahan dengan Neraca timbangan sesuai jumlah yang diperlukan, kemudian menampungnya dengan kaca arloji yang sebelumnya telah disterilkan secara aseptis.
d. Zat aktif, satu persatu dilarutkan dengan menggunakan API, lalu dimasukan kedalam gelas piala yang telah dikalibrasi dan kaca arloji yang digunakan dibilas dengan API
e. Dituang larutan kedalam gelas ukur hingga volume tertentu di bawah volume akhir yang di inginkan.( misalnya sediaan dibuat 25 ml, dituangkan sebanyak 20 ml)
f. Disiapkan kertas saring yang sudah dilipat, lalu dibasahi dengan API.
g. Dipindahkan corong dan kertas saring kedalam erlenmeyer yang bersih dan kering
h. Larutan disaring kedalam erlenmeyer dan dilakukan sterilisasi akhir selama 30 menit di dalam autoklaf pada suhu 121 o C
i. Dipipet 10,5 ml larutan dan kemudian dimasukan ke dalam botol yang khusus digunakan untuk sediaan tetes mata.
j. Diberi etiket .

BAB IV
EVALUASI SEDIAAN
Evaluasi sediaan in yang telah jadi
1. Penampilan
Larutan berwarna bening, homogen, serta tidak ada partikel yang melayang.
2. Penetapan pH
Diuji dengan:
 Kertas indikator pH, kertas dicelupkan ke dalam larutan dan hasil warna yang terbentuk dibandingkan terhadap warna standar.
 pH meter (FI IV, <1071>), Harga pH adalah harga yan gdiberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan terhadap Baku larutan dapar, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH. Pelarut untuk Larutan
dapar harus sama dengan pelarut sediaan.











BAB V
PEMBAHASAN
Mata merupakan organ yang paling peka dari manusia, oleh karena itu sediaan obat mata mensyaratkan kualitas yang lebih tajam. Tetes mata harus efektif dan tersatukan secara fisiologis (bebas rasa nyeri dan tidak merangsang), serta steril. Yang dimaksud obat tetes mata adalah tetes mata pencuci mata. Obat mata digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik dan terapetik lokal dan yang lain untuk merealisasikan kerja farmakologis, yang terjadi setelah berlangsungnya penetrasi bahan obat dalam jaringan yang umumnya terdapat disekitar mata. Pada umumnya bersifat isotonis dan isohidris.
Pada praktikum teknologi steril kali ini, kelompok kami mengerjakan sediaan obat tetes mata pilokarpin dengan metode aseptis dan sterilisasi akhir. Obat tetes yang dtujukan untuk organ mata harus dibuat steril dan jika diberikan zat tambahan maka eksipient tersebut harus sesuai dengan stabilitas sediaan dan menjamin sterilitas sediaan. Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat. Zat tambahan yang biasa dipakai adalah dapar pH, pengatur tonisitas (NaCl), pengatur viskositas, pengatur tegangan permukaan dan pengawet.
Zat aktif Pilokarpin HCl yang digunakan untuk formulasi preparat obat tetes mata, pemilihan bentuk zat aktif berupa garamnya pilokarpin ini dikarenakan pertimbangan bahwa alkaloid bebas kurang larut dalam air daripada bentuk garamnya, sedangkan sediaan obat mata yang akan dibuat berupa larutan yang harus jernih. Dan tidak dipilih bentuk nitras, karena pemeriannya dinyatakan beracun. Khasiat obat tetes mata pilokarpin ini diperuntukkan dosisnya untuk mengatasi penyakit glaukoma pada mata. Penyakit glaukoma merupakan salah satu penyakit kelainan mata yang berupa rusaknya serabut sraf optik pada daerah sekitar tempat keluar bola mata. Serabut syaraf ini berfungsi membawa informasi dari lapisan retina yang sensitif terhadap sinar, menuju otak agar dapat diterima sebagai gambar yang dilihat. Dengan penggunaan obat tetes mata pilokarpin dapat mengobati glaukoma dengan mekanisme kerja pilokarpin adalah penurunan akut tekanan okular atau efek miotik yang intensif, dan mengurangi efek midriatik dari agen- agen simpatomimetik. Dosis pilokarpin yang biasa digunakan untuk pengobatan glaukoma ini adalah 1 tetes larutan pilokarpin HCL 2 % setiap 6 jam.
Formulasi sediaan obat tetes mata yang digunakan :
a. Pilokarpin HCl sebagai zat aktif
b. Benzalkonium klorida sebagai pengawet
c. Pendapar asam asetat : Natrium asetat sebagai buffering agent
d. NaCl sebagai bahan pengisotonis
e. Aqua pro injeksi sebagai pembawa sediaan
Menurut FORNAS (formularium Nasional) obat tetes mata pilokarpin HCl dapat dibuat dengan metode sterilisasi A,B dan C. Dengan syarat penyimpanan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
Kelompok kami menggunakan metode aseptis untuk pengisian obat ke dalam wadah, sedangakan untuk hasil campuran obat disterilkan dengan metode autoklaf selama 30 menit pada suhu 115 – 1160C. Pada formulasi sediaan ini, kami menambahkan benzalkonium klorida sebagai pengawet, penambahan pengawet ini penting, karena sediaan obat tetes mata ini pelarutnya adalah air, dan dikhawatirkan akan timbul mikroba selama penggunaan, walaupun batas penggunaan obat tetes mata hanya 30 hari dari pertama kali wadah obat tetes mata dibuka. Pemilihan benzalkonium klorida ini cocok karena compatibel dengan zat aktif dan larut dalam air. Selain itu, kami juga menambahkan pendapar sebagai buffering agent, hal ini dikarenakan zat aktif pilokarpin hanya stabil pada rentang pH yang sempit, yakni pada pH 5,12. Oleh karena itu, kami menambahkan pendapar yang memiliki kapasitas dapar yang memenuhi atau mendekati nilai pH dan pKa zat aktif. Pendapar ini penting untuk menjaga kestabilan pH zat aktif akibat pengaruh suhu penyimpanan, zat aktif dengan wadah, dll. Terdapat juga penambahan larutan pengisotonis sediaan obat tetes mata pilokarpin, yaitu penambahan NaCl, nilai tonisitasnya belum memenuhi kriteria nilai isotonis dengan NaCl, oleh karena itu kami menambahkan NaCl ke dalam formulasinya sebanyak 50 mg, dan nilai isotonisnya mencukupi dengan % hipertonisnya tidak melebihi 1,5 %.
Pada proses pembuatan obat tetes mata, tahap pertama adalah melakukan pelarutan zat aktif pilokarpin HCl dengan sedikit API (Aqua Pro Injection) ad larut, pada kenyataannya pun zat aktif pilkarpin mudah larut dalam air, setelah dilarutkan, menambahkan larutan benzalkonium klorida yang sebelumnya telah dilarutkan (diencerkan dengan API) kemudian diaduk homogen, setelah homogen, ditambahkan API, tetapi tidak semua sisa volume API, sebelum volume total 25 ml, dilakukan pengecekan nilai pH, karena pada proses pembuatan kami tidak jadi menggunakan dapar asetat, setelah pengecekan pH, campuran zat aktif disaring dengan menggunakan kertas saring lipat yang telah diletakkan di corong, setelah disaring, tahapan selanjutnya adalah menambahkan sisa API sampai volume 25 ml. Tahapan berikutnya adalah proses sterilisasi larutan obat tetes mata dengan menggunakan autoklaf pada suhu 115 – 1160C selama 30 menit, berikut alat-alat pendukung yang nantinya akan dipakai pada proses pengemasan ke dalam wadah dilakukan sterilisasi disesuaikan dengan sterilisasi masing-masing bahan. Setelah semua proses sterilisasi selesai, larutan obat tetes mata dibawa ke dalam white area kembali untuk dilakukan proses pengemasan ke dalam wadah botol obat tetes mata yang sebelumnya telah disterilisasi dengan cara merebus dalam air mendidih selama 30 menit (dispensasi menjadi 15 menit). Proses pemasukkan larutan dan penutupan tutup botol dilakukan secara aseptis. Setelah semua selesai, sediaan dievaluasi dan diberi etiket.
Evaluasi – evaluasi yang dapat kami lakukan terhadap sediaan obat tetes mata yang telah jadi, meliputi nilai pH sediaan yang didapatkan, dan penampilan luar dari sediaan obat tetes mata, apakah larutan obat tetes mata jernih dan bebas dari partikel melayang. Hasil yang diperoleh adalah nilai pH untuk sediaan obat tetes mata kelompok kami adalah 4, dan secara penampilan luar, larutan obat tetes mata jernih, pilokarpin HCl melarut sempurna dalam API. Nilai pH yang kami peroleh tidak sesuai dengan yang kami harapkan dan literatur, karena dapar asetat tidak jadi kami pakai.






















BAB VI
KESIMPULAN
 Formulasi obat tetes mata pilokarpin yang kami gunakan
Tiap 10 ml mengandung :
R/ Pilokarpin HCL 2%
Benzalkonii kloridum 1 mg
Asam Acetat 2.19mg
Na Acetat 5.25mg
NaCL 50mg
API ad 10 ml

 Evaluasi sediaan obat tetes mata yang dapat diamati adalah nilai pH sediaan 4 dan penampilan luar sediaan jernih, serta bebas partikel melayang
 Proses pembuatan menggunakan metode sterilisasi autoklaf untuk larutan obat tetes mata, dan pengisian ke dalam wadah menggunakan metode aseptis










DAFTAR PUSTAKA

Farmakope Indonesia Edisi ketiga. 1979. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Formularium Nasional Edisi Kedua. 1978. Departemen Kesehatan Repiblik Indonesia.

Departement of pharmaceutical Science. 1982. Martindale the Extra Pharmacoeia 28th edition. London: The Pharmaceutical Press.

Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Andi.

Wade, Ainley and Paul J.Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, second edition. London : The Pharmaceutical Press













LAMPIRAN
Brosur
Pilocarp ®
Tetes mata
____________________________________________________________________________
Mengandung Pilokarpin HCl 2%, Benzalkonium klorida 0,01%,
Komposisi:
Tiap 10 ml larutan mengandung
Pilokarpin HCl 2 %
Benzalkonium klorida 0,01 %
Mekanisme kerja:
Menurunkan tekanan intraokular, kontraksi sfinkter iris dan otot iris sehingga kontriksi pupil
Indikasi:
Midriasis karena Atropin,
Untuk glaukoma dan sebelum pembedahan glaucoma sudut terbuka.
Kontraindikasi:
Pasien resiko retinal detachment
Efek samping:
Iritasi dan efek miosis awal
Peringatan dan Perhatian:
1. Jangan digunakan bila larutan berubah warna dan keruh
2. Untuk mencegah kontaminasi jangan memegang ujung mulut botol.
3. Botol ditutup rapat
4. Jauhkan dari jangkauan anak.
5. Bila terasa sakit, gangguan penglihatan, pemerahan (iritasi lanjut) yang makin parah lebih
dari 72 jam hentikan pemakaian dan segera hubungi dokter.
Dosis:
1 tetes pada mata setiap 6 jam
Penyimpanan:
Simpan pada suhu kamar, terlindung dari cahaya, ruang bersih dan kering.
Kemasan:
Tiap dus berisi satu wadah @ 10 ml
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
PT Naftalen Pharma
No. Reg : DKL02 005 010 08A 1
No. Batch : 63370

Tidak ada komentar: