Assalamu'alaikum ...

Foto saya
depok, jawa barat, Indonesia
jadilah apa yang kau inginkan!

Selasa, 13 Juli 2010

SM Tetrasiklin HCl laporan 3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Sediaan obat mata
Sediaan obat mata adalah sediaan steril dan berupa salep, larutan atau suspense, yang digunakan untuk mata dengan jalan meneteskan, mengoleskan pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Berbeda dengan mukosa usus yang merupakan organ untuk proses absorpsi, permukaan mata bukanlah suatu tempat yang baik untuk proses penyerapan obat oleh mata. Hal ini disebabkan karena :
a. Pengeluaran dan pengaliran air mata bertentangan dengan arah penembusan obat.
b. Struktur kornea mata yang khas.
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar salep yang cocok. Biasanya obat dapat mepertahankan kontak dengan mata dan jaringan disekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air mata. Salep mata memberikan keuntungan waktu kontak yang lebih lama dan bioavailabilitas obat yang lebih besar, dengan onset dan waktu puncak absorbs yang lebih lama. Salep mata bekerja pada kelopak mata, kelenjar sebasea, konjungtiva, kornea dan iris.

Persyaratan salep mata :
a. Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang benar-benar aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi.
b. Sterilisasi terminal dari salep akhir dalam tube disempurnakan dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan radiasi gamma.
c. Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau campuran bahan untuk mencegah pertumbuhan atau menghancurkan mikroorganisme yang berbahaya ketika wadah terbuka selama penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan adalah klorbutanol, paraben atau merkuri organik.
d. Salep akhir harus bebas dari partikel besar.
e. Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata, membiarkan difusi obat melalui pencucian sekresi mata dan mempertahankan aktivitas obat pada jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang sesuai. Vaselin merupakan dasar salep mata yang banyak digunakan. Beberapa bahan dasar salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar salep seperti ini memungkinkan dispersi obat larut air yang lebih baik tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata.
f. Sterilitas merupakan syarat yang paling penting, tidak layak membuat sediaan larutan mata yang mengandung banyak mikroorganisme yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan, bahaya yang paling utama adalah memasukkan produk nonsteril kemata saat kornea digososk. Bahan partikulat yang dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien. Jika suatu anggapan batasan mekanisme pertahanan mata menjelaskan dengan sendirinya bahwa sediaan mata harus steril. Air mata tidak seperti darah tidak mengandung antibodi atau mekanisme untuk memproduksinya. Mekanisme utama untuk pertahanan melawan infeksi mata adalah aksi sederhana pencucian dengan air mata dan suatu enzim yang ditemukan dalam air mata (lizosim) yang mempunyai kemampuan menghidrolisa selubung polisakarida dari beberapa mikroorganisme, satu dari mikroorganisme yang tidak dipengaruhi oleh lizosim yakni yang paling mampu menyebabkan kerusakan mata yaitu Pseudomonas aeruginosa (Bacilllus pyocyamis). Infeksi serius yang disebabkan mikroorganisme ini ditunjukka dengan suatu pengujian literatur klinis yang penuh dengan istilah-istilah seperti enukleasi mata dan transplantasi kornea. Penting untuk dicatat bahwa ini bukan mikroorganisme yang jarang, namun juga ditemukan disaluran intestinal, dikulit normal manusia dan dapat menjadi kontaminan yang ada diudara.

B. KUALITAS DASR SALEP
a. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
d. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya.
e. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada pengobatan.

C. PENGGOLONGAN DASAR SALEP
1. Dasar salep berminyak
Contohnya : Vaselin, parafin, minyak tumbuh-tumbuhan dan silikon.
2. Dasar salep absorpsi
Golongan dasar salep absorpsi meliputi minyak hidrofil yaitu adeps lanae, Hydrophylic petrolatum dan dasar salep yang baru seperti polysorb.
Dasar salep absorpsi ada dua tipe :
• Dasar salep anhidrous yang mampu menyerap air dan membentuk tipe emulsi A/M seperti adeps lanae dan Hydrophilic petrolatum.
• Dasar salep hidrus dan merupakan tipe emulsi A/M tetapi masih mampu menyerap air yang ditambahkan seperti cold cream dan lanolin.Sifat lain dasar salep absorpsi adalah tidak mudah dicuci, karena fase kontinyu adalah minyak.
3. Dasar salep tercuci
Dasar salep tercuci adalah anhidrous, larut dalam air dan mudah dicuci dengan air. Hanya bagian kecil dari cairan dapat didukung oleh dasar salep tanpa perubahan viskositas.
Contohnya : Polietilenglikol.
4. Dasar salep emulsi
• Dasar salep emulsi tipe A/M seperti lanolin dan cold cream.
• Dasar salep emulsi tipe M/A seperti hydrophilic oinment dan Vanishing cream
Pemilihan dasar salep disesuaikan dengan kebutuhan atau sifat salep yang diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah :
• Laju penglepasan bahan obat dari basis salep;
• Peningkatan absorpsi perkutan oleh basis salep dari bahan obat;
• Kelayakan melindungi kelembaban kulit oleh basis salep;
• Jangka waktu obat stabil dalam basis salep; dan
• Pengaruh obat terhadap kekentalan atau hal lainnya dari basis salep.


D. EVALUASI SEDIAAN
1. Uji Sterilitas
2. Uji Ukuran Partikel
Tebarkan secara merata dalam bentuk lapisan tipis sejumlah sediaan yang mengandung sekitar 10 ìg zat aktif. Diamati di bawah mikroskop seluruh area sampel. Disarankan untuk mengamati dengan perbesaran kecil (misal 50×) dan partikel yang berukuran lebih besar dari jumlah 25 ìm diamati. Partikel-partikel yang besar ini dapat diamati dengan perbesaran yang besar (misal 200× - 500×). Untuk setiap 10 ìg zat aktif, tidak lebih dari 20 partikel memiliki dimensi maksimum lebih besar dari 25 ìm, dan tidak lebih dari 2 partikel memiliki dimensi maksimum lebih besar dari 50 ìm. Dan tidak ada dari partikel-partikel ini memiliki dimensi maksimum lebih besar dari 90 ìm.
3. Uji Salep Mata
Bahan Tambahan
Bahan-bahan yang sesuai boleh ditambahkan pada salep mata untuk meningkatkan kestabilan atau kegunaan, kecuali jika dilarang pada masing-masing monografi dengan syarat tidak berbahaya dalam jumlah yang diberikan dan tidak boleh mempengaruhi efek terapi atau respon pada penetapan kadar dan pengujian yang spesifik. Pada sediaan untuk penggunaan mata tidak boleh ditambahkan zat warna semata-mata untuk tujuan pewarnaan pada sediaan akhir.
Bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme harus ditambahkan ke dalam salep mata yang dikemas dalam wadah untuk pemakaian ganda, tanpa memperhatikan metode sterilisasinya, kecuali jika disebutkan dalam masing-masing monografi, atau formula tersebut bersifat bakteriostatik. Bahan tersebut digunakan dalam kadar tertentu yang akan mencegah pertumbuhan atau mikroorganisme dalam salep mata. Proses sterilisasi dilakukan pada produk akhir atau semua bahan jika salep dibuat dengan cara aseptis.
Wadah
Wadah termasuk penutup untuk salep mata tidak boleh berinteraksi secara fisika atau kimia dalam bentuk apapun dengan sediaan yang dapat mengubah kekuatan, mutu atau kemurnian diluar persyaratan resmi pada kondisi umum atau biasa pada saat penanganan, pengiriman, penyimpanan, penjualan, dan penggunaan seperti yang tertera pada Wadah untuk Artikel yang ditujukan pada penggunaan sediaan mata dalam ketentuan umum.
Kebocoran Pilih 10 tube salep mata, dengan segel khusus jika disebutkan. Bersihkan dan keringkan baik-baik bagian luar tiap tube dengan kain penyerap. Letakkan tube pada posisi horizontal di atas lembaran kertas penyerap dalam oven dengan suhu yang diatur pada 60° + 3° selama 8 jam. Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian selesai (abaikan bekas salep yang diperkirakan berasal dari bagian luar dimana terdapat lipatan dari tube atau dari bagian ulir tutup tube). Jika terdapat kebocoran pada satu tube tetapi tidak lebih dari satu tube; ulangi pengujian dengan tambahan 20 tube salep. Pengujian memenuhi syarat jika tidak ada satu pun kebocoran diamati dari 10 tube uji pertama, atau kebocoran yang diamati tidak lebih dari 1 dari 30 tube yang diuji.
4. Uji Penetapan Partikel Logam dalam Salep Mata
Prosedur Keluarkan sesempurna mungkin, isi 10 tube, masukkan masing-masing ke dalam cawan petri terpisah ukuran 60 mm, alas datar, jernih dan bebas goresan. Tutup cawan, panaskan pada suhu 85° selama 2 jam, jika perlu naikkan suhu sedikit lebih tinggi sampai salep meleleh sempurna. Denagn menjaga kemungkinan terhadap massa yang meleleh, biarkan masing-masing mencapai suhu kamar dan membeku.
Angkat tutup, balikkan cawan petri sehingga berada di bawah mikroskop yang sesuai untuk perbesaran 30x yan gdilengkapi dengan mikrometer pengukur dan dikalibrasi pada perbesaran yang digunakan. Selain sumber cahaya biasa, arahkan iluminator dari atas salep dengan sudut 45°. Amati partikel logam pada seluruh dasar cawan petri. Variasikan intensitas iluminator dari atas sehingga memungkinkan partikel logam dapat dikenali dari refleksi karakteristik cahaya.
Hitung jumlah partikel logam yang berukuran 50 ìm atau lebih besar pada setiap dimensi : persyaratan dipenuhi jika jumlah partikel dari 10 tube tidak lebih dari 50 partikel dan jiak tidak lebih dari 1 tube mengandung 8 partikel. Jika persyaratan tidak dipenihu ulangi uji dengan penambahan 20 tube lagi : persayaratan dipenuhi jika jumlah partikel logam yang berukuran 50 ìm atau lebih besar pada tiap dimensi dari 30 tube tidak lebih dari 150 partikel dan jika tidak lebih dari 3 tube masing-masing mengandung 8 partikel.
















BAB II
P R A F O R M U L A S I

A. Bahan Aktif dan Zat Tambahan
a. Tetracyclini Hydrochloridum
Rumus molekul C22H24N2O8,HCl
Berat molekul 480.9
Pemerian Kristal, kuning, higroskopis tidak berbau dan rasa pahit
Kelarutan Larut dalam air; sedikit larut dalam alkohol, praktis tidak larut dalam aseton. Larut dalam larutan alkali hidroksida dan karbonat.
Stabilitas Tidak stabil dengan sinar matahari yang kuat, Potensi tetrasiklin hidroklorida berkurang dalam larutan memiliki pH di bawah 2
pH Larutan 1% dalam air memiliki pH 1,8-2,8
Konsentrasi/dosis Penggunaan sebagai salep mata : 1 %
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya
Khasiat Sebagai antimikroba (bakteriostatik) spectrum luas, sensitif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif, termasuk Clamydiaceae, Mycoplasma spp, Ricketsia spp
Indikasi Infeksi yang disbabkan oleh klamidia (trakoma, sitakosis, salpingitis, uretritis, dan limfogranuloma venereum), riketsia, mikroplasma, brucela, spirocaeta, borellia begdorferi
Kontraindikasi Tidak boleh diberikan apa anak di bawah 12 tahun, ibu hamil dan menyusui, dan pada pasien gangguan fungsi ginjal karena dapat menyebabkan eksaserbasi penyakit ginjal.
Efek samping Gangguan lambung; Hepatotoksisitas fatal; Fototoksisitas; Gangguan keseimbangan

b. Adeps Lanae
Sinonim Anhydrous lanolin
Pemerian Zat serupa lemak, liat, lekat, kuning muda atau kuning pucat, agak tembus cahaya, bau lemah dan khas
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P, benzene, dan dalam eter P,
Stabilitas Lanolin secara bertahap dapat mengalami autoksidasi selama penyimpanan. Untuk menghambat proses ini, dimasukkannya hydroxytoluene butylated diperkenankan sebagai antioksidan. Paparan terhadap pemanasan yang berlebihan atau berkepanjangan dapat menyebabkan lanolin anhidrat untuk menggelapkan warna dan mengembangkan rancidlike bau yang kuat.
Sterilisasi Sterilisasi D
OTT Mempengaruhi efek obat tertentu
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindung dati cahaya di tempat sejuk
Khasiat Oculentum simplex

c. Vaselin flavum
Sinonim Yellow petrolatum
Pemerian Massa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kuning, sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk, berfluoresensi lemah, juga jika dicairkan, tidak berbau dan hampir tidak berasa
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P, larutan kadang-kadang beropalesensi lemah
Stabilitas Stabil
Sterilisasi Sterilisasi D
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Khasiat Oculentum simplex

d. Setil alcohol
Sinonim 1-hexadecanol; n-hexadecyl alcohol; palmityl alcohol
Rumus Molekul C16H34O
Pemerian Setil alkohol seperti lilin, putih serpih, butir, kubus, atau benda tuang. Ia memiliki karakteristik samar bau dan rasa hambar.
Kelarutan Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan meningkat dengan meningkatnya suhu; praktis tidak larut dalam air. Mampu dicampur ketika dilarutkan dengan lemak, larutan dan paraffins padat, dan isopropyl miristat.
Stabilitas Stabil di asam, alkali, cahaya, dan udara; itu tidak menjadi tengik. Ini harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk dan kering.
OTT Agen pengoksidasi kuat
Khasiat Oculentum simplex

e. Paraffin cair
Sinonim Paraffinum durum; paraffin wax
Pemerian Cairan kental, transparan, tidak berfluorensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak memiliki rasa.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam ethanol (95%) P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Stabilitas Stabil
OTT Agen pengoksidasi kuat
Khasiat Oculentum simplex












f. BHT
Sinonim Butylated hydroxytoluene
Rumus Molekul C15H24O 220.35
Pemerian Putih atau kuning pucat padat kristal atau bubuk dengan karakteristik bau samar.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan alkali hidroksida, dan air asam mineral encer. Bebas larut dalam aseton, benzena, etanol (95%), eter, metanol, toluen, minyak tetap, dan minyak mineral.
Konsentrasi 0,0075-0,1
Stabilitas Paparan terhadap cahaya, kelembaban, dan panasmenyebabkan perubahan warna dan hilangnya aktifitas.
OTT Pengoksidasi kuat
Khasiat Antioksidan
B. Pengkajian Praformulasi
No Permasalahan Solusi Alternatif pemecahan masalah Keputusan Ket
1 Bentuk sediaan bermacam-macam Dipilih bentuk sediaan yang sesuai a. Parenteral
b.Ophtalmic Eye Ophtalmic Eye
2 pemilihan bentuk sediaan mata yang cocok dengan zat aktif (Tetrasiklin) Dipilih bentuk sediaan yang tahan lama pada membrane mata a. Salep mata
b. Krim mata Salep mata
3 Basis Dipilih bentuk sediaan yang efektif menyerap air a.Basis serap
b.Basis hidrokarbon Basis serap
1. Antioksidan Dipilih karena zat aktif mudah teroksidasi BHT
BHA BHT
5. Penandaan alat bermacam-macam Dipilih penandaan obat yang sesuai
Merah
Hijau
Biru

Merah
Obat keras


BAB III
F O R M U L A S I

A. Formulasi Standar
Tetracyclini Oculentum
Komposisi Tiap g mengandung :
Tetracyclini Hydrochloridum 10 mg
Oculentum simplex 1 gr
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat/dalam tube, terlindung dari cahaya
Dosis 2-3 kali sehari, dioleskan
Catatan 1. Oculentum simplex terdiri dari : 2,5 g setil alcohol, 6 g lemak bulu domba, 40 g paraffin cair dan vaselin kuning hingga 100 g. disterilkan dengan cara sterilisasi D.
2. Dibuat dengan cara tehnik aseptic
3. Pada etiket harus juga tertera daluwarsa

B. Usul Penyempurnaan Sediaan
 Penambahan antioksidan karena zat aktif mudah teroksidasi
 Oculentum simplex dibuat sebnayak yang dibutuhkan dalam formulasi dan dilebihkan 25%

C. Alat dan Cara Sterilisasi
Nama Alat/Bahan Jumlah Cara Sterilisasi Waktu Waktu Dispensasi
Spatel logam 1 0ven 170°C 2 jam 10 menit
Pinset logam 2 0ven 170°C 2 jam 10 menit
Batang pengaduk 1 0ven 170°C 2 jam 10 menit
Cawan penguap 1 0ven 170°C 2 jam 10 menit
Kaca arloji 2 0ven 170°C 2 jam 10 menit
Mortir dan alu 1 0ven 170°C 2 jam 10 menit
Kassa 2 0ven 170°C 10 menit
Perkamen 2 0ven 170°C 2 jam 10 menit
Wadah salep 1 0ven 170°C 2 jam 10 menit
Tutup wadah salep 1 Rendam alkohol 24 jam 30 menit
Sudip 1 Rendam alkohol 24 jam 30 menit
Oculentum Simplex 12,36875 gr 0ven 170°C 10 enit


D. Formulasi Akhir
Salep mata Tertasiklin Hidrokloridum 1% dalam 10 gr
R/ Tetrasiklin Hidrokloridum 100 mg
BHT 0,05%
Oculentum simplex ad 10 gr

E. Perhitungan dan Penimbangan Bahan
• Tetrasiklin Hidroklorida : 100 mg = 0,1 gr
• BHT : 0,05/100 x 10 = 0,005 gr
• Oculentum simplex : 10 gr – (0,1 + 0,005) = 9,895 gr
Dilebihkan 25% menjadi : 9,895 + [(25/100) x 9,895] =12,36875 gr

Penimbangan Oculentum Simplex
Setil Alkohol : (2,5 gr/ 100 gr) x 12,36875 gr = 0,31 gr
Lemak Bulu Domba : (6 gr/ 100 gr) x 12,36875 gr = 0,74 gr
Parafin Cair : (40 gr/ 100 gr) x 12,36875 gr = 4,9475 gr
Vaselin Kuning : ad 12,36875 gr
: 12,36875 gr – (0,31 + 0,74 + 4,9475) = 6,37 gr

F. Cara Kerja
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Semua alat-alat yang digunakan disterilkan dengan oven sesuai petunjuk sterilisasi alat diatas.
c. Oculentum simplex dibuat dengan menimbang setil alcohol, paraffin cair, lemak bulu domba dan vaselin kuning dalah satu wadah dengan melebihkan 25%, yang kemudian dilebur dan disterilkan dalam oven suhu 1500C selama 30 menit.
d. Oculentum yang sudah disterilkan diperas panas-panas (jepit ujung kain batis dengan dua pinset steril, satukan dalam satu jepitan, pinset lain digunakan untuk menekan bagian bawah jepitan mendesak leburan basis melewati kain batis), basis ditimbang sejumlah yang diperlukan.
e. Zat aktif ditimbang dan digerus dalam lumping steril.
f. Basis salep yang dingin dimasukkan ke dalam gerusan zat aktif sedikit demi sedikit dan gerus sampai homogeny.
g. Sediaan ditimbang sejumlah yang diperlukan di atas kertas perkamen steril, kertas tersebut digulung dengan bantuan pinset steril. Gulungan harus sedemikian rupa agar dapat dimasukkan ke dalam tube steril yang ujungnya telah ditutup. Kertas perkamen dibiarkan tinggal di dalam tube sebagai perintang/penghalang interaksi antara zat aktif dengan logam tube.
h. Dasar tube ditekuk minimal dua kali dengan penekuk logam.








BAB IV
PEMBAHASAN

Tujuan praktikum kali ini membuat sediaan obat salep mata, Obat salep mata merupakan sediaan steril berupa salep yang dibuat dengan mendispersikan zat aktif pada basis salep yang cocok atau sesuai. Salep mata dibuat menggunakan zat aktif Tetrasiklin. Tetapi pada praktiknya kami menggunakan Tetrasiklin HCl dengan pertimbanagan bahwa Terasiklin HCl lebih mudah larut dalam air dari pada Tetrasiklin. Tetrasiklin HCl seharusnya disterilkan dengan menggunakan sinar gamma, tetapi kami tidak melakukannya. Sehingga kami menggunakan Tetrasiklin HCl yang tidak disterilkan. Jika tetrasiklin HCl disterilkan dengan oven dapat mempengaruhi spectrum kerja obat.
Basis salep yang kami gunakan merupakan basis standar unutk sediaan obat mata khususnya Tetrasiklin HCl. Basis salep tersebut terdiri dari paraffin, setil alcohol, adeps lanae, dan vaselin flavum. Dalam, penimbangan basis salep ini, harus dilebihkan sebanyak 25%, ini untuk menghindari massa yang tertinggal pada kassa saat dikolir, sehingga proses ini harus dilakukan pada saat panas-panas dan dengan cepat. Pada praktiknya, kami hanya dapat membuat salep dengan massa 6 gr, karena basis yang didapat hanya 7 gr. Hal tersebut dikarenakan proses penguliran tidak dilakukan dengan segera sehingga basis banyak yang tertinggal pada kassa. Karena basis yang didapat berkurang dari massa yang direncanakan, sehingga Tetrasiklin HCl yang digunakan kami kurangi untuk mendapatkan konsentrasi yang sama, yaitu 1%.
Zat tambahan yang kami pakai dalam pembuatan sediaan obat salep mata ini adalah antioksidan. Antioksidan yang digunakan adalah BHT. Penambahan antioksidan ini dimaksudkan untuk menjaga agar zat aktif tidak teroksidasi.
Dalam pembuatan obat salep mata dilakukan beberapa tahapan yaitu melebur basis salep yang akan digunakan untuk mendispersikan zat aktif dan zat tambahan, kemudian menimbang Tetrasiklin HCl sebanyak 0,06 gr dan BHT sebanyak 0,003 gr. Tahap selanjutnya yaitu mendispersikan zat aktif dan zat tambahan lain yang sudah digerus terlebih dahulu dengan basis yang sudah dilebur dan ditimbang sesuai massa yang dibutuhkan. Setelah massa salep homogen, massa ditimbang sesuai yang diinginkan (6 gr) di atas perkamen. Kemudian sediaan salep mata dimasukkan ke dalam tube yang sudah disterilkan, sediaan yang dimasukkan ke dalam tube bersama dengan perkamen yang digunakan untuk menimbang tadi, ini dimaksudkan untuk mecagah berkurangnya aktifitas Tetrasiklin HCl yang OTT dengan logam.
Kemudian kami melakukan evaluasi terhadap sediaan obat salep mata Tertasiklin HCl, evaluasi yang kami lakukan hanya dari segi penampilannya, salep Tetrasikli HCl yang kami buat memiliki warna kuning pucat,sediaan salep yang kami buat juga homogen.
Dalam proses pembuatan sediaan obat mata terdapat beberapa tahap yang termasuk dalam dispensasi yaitu :
1) Sterilisasi alat yang menggunakan oven seharusnya dilakukan selama 2 jam, tetapi hanya dilakukan selama 10 menit. Sedangkan sterilisasi alat yang direndam dalam alcohol, seharusnya direndam selama 24 jam, tetapi hanya dilakukan selama 30 menit.
2) Zat aktif yang seharusnya disterilkan dengan menggunakan sinar gamma, tidak disterilkan.
3) Massa sediaan salep mata Tetrasiklin HCl yang seharusnya 10 gr, hanya dibuat 6 gr, karena banyak basis yang tertinggal pada kassa.







BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
- Formulasi sediaan obat salep mata
Salep mata Tertasiklin Hidrokloridum 1% dalam 6 gr
R/ Tetrasiklin Hidrokloridum 60 mg
BHT 0,05%
Oculentum simplex ad 6 gr
- Proses sterilisasi yang di lakukan adalah sterilisasi awal.
- Zat aktif tidak mengalami proses sterilisasi.

B. Saran
Dalam penyusunan praformulasi sediaan steril obat salep mata kita harus memperhatikan kecocokan antara bahan aktif dan zat-zat tambahan. Juga memperhatikan atau memiliki referensi tentang data zat aktif yang cukup banayak.














DAFTAR PUSTAKA

American Pharmaceutical Association. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient second edition. London: The Pharmaceutical Press.
Ansel, Howard.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Pharmacy, edisi keempat. Jakarta: UI press
Departement of pharmaceutical Science. 1982. Martindale the Extra Pharmacoeia 28th edition. London: The Pharmaceutical Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Badan Pengaeas Obat dan Makanan.
Hardjasaputra, S. L. Purwanto, Dr. dkk. 2002. Data Obat di Indonesia (DOI), edisi 10. Jakarta: Grafidian medi press.
ISFI. 2006. ISO Indonesia, volume IV. Jakarta: PT. Anem Kosong Anem (AKA).
Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: ANDI
Tjay, Tan Hoan, Drs, dkk. 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.














Lampiran
1. Etiket





























2. Work Sheet

Tidak ada komentar: