Assalamu'alaikum ...

Foto saya
depok, jawa barat, Indonesia
jadilah apa yang kau inginkan!

Selasa, 13 Juli 2010

Infus Ringer laporan 4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
 Mengetahui cara membuat sediaan parenteral volume besar pelarut air
 Mengetahui metode-metode pembuatan infus ringer

1.2 Teori dasar
a. Definisi Infus
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100 mL yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah yang relative sama. Rsionya dalam tubuh adalah air 57%; lemak 20,8%;protein 17,0%;serta mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan homeostasis (keseimbangan cairan tubuh), maka tubuhpun harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit.

b. Penggolongan sediaan infus
a. Larutan Elektrolit
1. Cairan fisiologis tubuh manusia
Tubuh manusia mengandung 60% air dan terdiri atas cairan intraseluler(di dalam sel) 40% yang mengandung ion-ion K+, Mg++, Sulfat, fosfor, protein, serta senywa organic asam fosfat seperti ATP, heksosa monofosfat, dan lain-lain. Airpun mengandung cairan ekstraseluler 20% yang kurang lebih mengandung 3 liter air dan terbagi atas cairan interstisial (diantara kapiler dan sel) 15% dan plasma darah 5% dalam system peredaran darah serta mengandung beberapa ion seperti Na+, klorida dan bikarbonat.
Jenis elektrolit dalam darah
Ion Jumlah normal mV/liter
Na
K
Ca
Mg
Cl
HCO3
HPO4
SO4
protein 17,0-148,0
3,9-5,0
4,8-5,4
1,7-3,3
98,0-108,0
24,0-28,0
1,5-2,3
1-2,0
14,6-19,4

2. Fungsi larutan elektrolit
Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma dalam darah yang menyimpang, yaitu:
 Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih
 Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion natrium, kalium, dan kalsium dalam jumlah berlebih.
Sistem dapar darah adalah keseimbangan asam basa darah mengikuti sitem dapar, yaitu:
Hydrogen karbonat-karbonat
Hydrogen fosfat-dihidrogen fosfat
Serum-protein
Penyebab berkurangnya elektrolit plasma adalah kecelakaan, kebakaran, operasi atau perubahan patologis organ, gastroenteritis, demam tinggi atau penyakit lain yang menyebabkan output dan input tidak seimbang.
Kehilangan natrium disebut hipovolemia. Sedangkan kekurangan H2O disebut dehibrasi. Kemudian kekurangan HCO3 disebut asidosis metabolic dan kekurangan K+ disebut hipokalemia.


b. Infus karbohidrat
Adalah sediaan infuse berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen otot rangka, hipoglikemia, dan lain-lain.
Kegunaan: 5% isotonis, 20% untuk diuretic, dan 30-50% terapi oedema di otak
c. Larutan kombinasi elekrtolit dan karbohidrat
Contohnya: infuse KA-EN 4 B paed (otsuka)
Formula:
Na+ 30 mEq
K+ 8 mEq
Cl- 28 mEq
Laktat 10 mEq
Glukosa 37,5 g
Aqua p.i 1000 mL
d. Larutan irigasi
Adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar (3 L). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan diluar sitem peredaran dan umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastic yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan dengan cepat. Kita menggunakan larutan untuk merendam atau mencuci luka-luka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi perdarahan. Kita biasanya menggunkannya dalam kegiatan laparatomy, arthroscopy, hysterectomy dan turs (urologi)
Persyaratan larutan irigasi:
 Isotonik
 Steril
 Tidak diabsorbsi
 Bukan larutan elektrolit
 Tidak mengalami metabolism
 Cepat diekskresi
 Mempunyai tekanan osmotic diuretic
e. Larutan dialysis peritoneal
Merupakan suatu sediaan larutan steril dalam jumlah besar (2 L). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi dibiarkan mengalir ked ala ruangan peritoneal dan umumnya menggunakan tutup plastic yang dipatahkan, sehingga memungkinkan larutan dengan cepat turun ke bawah. Penggunaan cairan demikian bertujuan menghilangkan senyawa-senyawa toksik yang secara normal dikeluarkan atau diekskresikan ginjal. Pada kasus keracunan atau kegagalan ginjal, penggunaaan larutan dialysis peritoneal merupakan pilihan lain yang dapat dilakukan. Larutan diabsorbsi dalam membrane peritoneal mengkuti peredaran darah. Kemudian, di dalam ujung sel peritonel terjadi penarikan toksin dari darah ke dalam cairan dialysis yang bekerja sebagai membrane semipermeable.
Persyaratan larutan dialysis peritonel adalah:
 Hipertonis
 Steril
 Dapat menarik toksin dalam ruang peritoneal
f. Larutan plasma expander atau pnambah darah
Yaitu suatu sediaan steril yang digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, operasi dan lain-lain
1. Whole blood
Darah lengkap manusia adalah darah yang telah diambil dari donor manusia, yang dipilih dengan pencegahan pendahuluan aseptic ketat. Darah ditambahkan ion sitrat atau heparin sebagai antikoagulasi. Disimpan dalam temperature 10 C-100 C atau sekitar 20 C. tanggal kadaluarsanya tidak lebih dari 21 hari bila menggunakan sitrat dan tidak lebih dari 48 hari bila menggunakan heparin. Biasanya dikemas dalam 1 unit (500 mL)

2. Human albumin
Sediaan steril albumin serum yang didapat dengan melakukan fraksinasi darah dari donor manusia sehat. Setiap 100 mL mengndung 25 g albumin yang sebanding atau ekivalen osmotiknya dengan 500 mL plasma manusia normal. Tanggal kadaluarsanya berkisar antara 3-10 tahun.
3. Plasma protein
Larutan sterilprotein yang terpilih dari plasma darah donor manusia dewasa. Plasma mengandung 5 g protein per 100 mL. Umumnya menggunakan plasma protein dalam volume 250-500 mL, tetapi kadang-kadang sampai 1500 mL sebagai penyokong volume darah. Tanggal kadaluarsanya 3-5 tahun tergantung pada kondisi penyimpanan
Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% belum berakbat besar karena masih mampu dinormalkan oleh peredaran darahsendiri. Namun, bila plasma yang hilang lebih dari itu, maka tubuh memerlukan pengganti untu mencegah penggumpalan sel-sel serta menorrmalkan viskositas darah yang membesar.
Larutan yang dibuthkan adalah senyawa koloid dengan BM > 30.000, inert tidak mudah dieliminasi dan dapat digunakan dengan atau tanpa elektrolit
4. Larutan gelatin
Merupakan hasil hidrolisis kolagen, yakni suatu senyawa polpeptida. Larutan sangat cocok untuk plasma ekspander karena struktur terdiri atas protein sehingga dengan protein yang sama dapat memberi efek osmotic yang sama.
Sebagai cairan penggant darah, kita menggunakan larutan gelatin 5% yang diisotoniskan dengan natrium klorida dan dapat disterilkan dalam suhu 1210-1240 C dalam autoklaf.
5. Larutan dekstran
Adalah senyawa polisakarida dengan satuan glukosa sebagai komponen monomer, yang terikat secara glikosidik pada posisi alpha 1,6. Bentuk molekulnya benang.
Sebagai pengganti plasma, digunakan 6% dekstran 40 atau 10% dekstan 70 dengan BM rata-rata 40.000 atau 70.000 dengan penambahan NaCl 0,9%. Disterilkan pada suhu 1200 C dan dismpan pada suhu 40 C terbukti stabil dalam waktu 19 tahun
6. Larutan protein (asam amino)
Dinfuskan dalam tbuh jika mengalami kekurangan protein. Umumnya terdiri dari 8 asam amino penting yaitu: L-isoleusin, L-leusin, L-lisin, L-metionin, L-fenilanin, L-trionin, L-triptopan dan L-valin. Komponen lainya adalah sorbitol sebagai penyangga energy demikian pula vitamin dan tambahan elektrolit. Diatur pada pH 6 bila lebih tinggi akan mengurangi stabilitas larutan.
Untuk mengurangi penguaraian asam amino pada sterilisasi panas, maka dilakukan pada suhu 1200 C dengan tekanan uap disertai penjenuhan gas netral. Natrium pirosulfit dalam jumlah sangat keci dapat mengeluarkan oksigen pada kondisi tertentu.
























BAB II
PRAFORMULASI
A. TINJAUAN PUSTAKA ZAT AKTIF DAN ZAT TAMBAHAN

1. Natrium klorida
a. Sinonim : Natrii cloridum
b. BM : 58,44
c. Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin.
d. Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol-p, sukar larut dalam etanol 95% p.
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
f. Fungsi : Sumber ion klorida dan ion natrium
g. OTT :Besi, perak, garam raksa, oksidator kuat, antimikroba (metil paraben)
h. Sterilisasi : sterilisasi zat aktif pada autoklaf

2. Kalium klorida
a. Sinonim : Kalii cloridum
b. BM : 74,55
c. Pemerian : Hablur berbentuk kubus atau berbentuk prisma, tidak berwarna atau serbuk butir putih, tidak berbau, rasa asin, mantap di udara.
d. Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air, sangat mudah larut dalam air mendidih praktis tidak larut dalam etanol mutlak p dan dalam eter p.
e. Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat
f. Khasiat : Sumber ion kalium
g. OTT : Bromine triflouride dan campuran cairan sulfat dan kalium permanganat, ada HCl, NaCl dan MgCl mengurangi kekentalan HCl.
h. Dosis : Dosis anak
Dosis Lazim (iv) : 100 mg/kg – 200 mg/kg
i. Sterilisasi : Sterilisasi zat aktif pada autiklaf
3. Kalsium klorida
a. Sinonim : Calcii cloridum
b. BM : 2 19,08
c. Pemerian : Hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak pahit, meleleh basah.
d. Kelarutan : Larut dalam 0,25 bagian air, mudah larut dalam etanol (95%) p
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
f. Khasiat : Sumber ion kalsium
g. Sterilisasi :

B. FORMULASI STANDAR DARI FORNAS

Injeksi Natrium Klorida Majemuk
Injeksi Ringer

Komposisi : Tiap 500 ml mengandung
Natrii Chloridum 4,3 g
Kalii Chloridum 150 mg
Calcii Chloridum 2,4 g
Aqua pro injectione hingga 500 ml
Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal
Catatan :
1. pH 5,0 – 7,5
2. Tidak boleh mengandung bakterisida
3. Disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C, segera setelah dibuat
4. Bebas pirogen
5. Pada etiket harus juga tertera banyaknya ion kalium, ion klorida dan ion natrium masing-masing dalam mEq/l
Diinjeksikan secara infus

C. PENGKAJIAN PRAFORMULASI

No Permasalahan Solusi Alternatif pemecahan masalah Keputusan Keterangan
1. Bentuk sediaan parentral bermacam-macam Dipilih bentuk sediaan sesuai dengan penggunaan a. Injeksi volume kecil
b. Injeksi volume besar (infus) Infuse
2. Untuk pembuatan sediaan injeksi harus dipenuhi syarat sterilisasi Dipilih teknik sterilisasi sesuai dengan sifat bahan a. Sterilisasi A
b. Sterilisasi C Sterilisasi A Sterilisasi akhir menggunakan autoklaf. Namun sebelumnya botol infus disterilisasikan dengan oven 2500 C selama 1 jam, tutup karet direbus 30 menit atau menggunakan autoklaf.
3. Sediaan tidak boleh ditambah pengawet atau preservative Tidak ditambahkan pengawet dan cukup disterilisasi akhir
4. Penandaan alat bermacam-macam Dipilih penandaan obat yang sesuai
Merah
Hijau
Biru

Merah
Obat keras

D. OTT
E. USUL PENYEMPURNAAN SEDIAAN
F. ALAT DAN CARA STERILISASI
Nama alat Jumlah Sterilisasi
Pinset 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Kaca arloji 4 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Beaker glass 5 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Erlenmeyer 2 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Gelas ukur 1 buah Autoklaf 1150 C selama 30 menit
Batang pengaduk gelas 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Corong gelas 1 buah Autoklaf 1150 C selama 30 menit
Kertas saring lipat 2 buah Autoklaf 1150 C selama 30 menit
Botol infus 1 buah Oven 2500 C selama 30 menit
Tutup karet botol infus 1 buah Autoklaf selama 30 menit atau direbus
Tali pengikat infus 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Spatula logam 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit

Formula akhir
R/ Natrii Chloridum 2,15 g
Kalii Chloridum 75 mg
Calcii Chloridum 1,2 g
API ad 250 ml

Penimbangan bahan
Untuk sediaan infus biasanya dilebihkan 10 % dari volume yang akan dibuat, maka 10 % dari 250 ml = 25 ml ( artinya dilebihkan 20 ml ), sehingga volume total yang dibuat menjadi 250 ml + 25 ml = 275 ml
Maka semua bahan yang digunakan :
a. NaCl
(275.250) x 2,15 g = 2,365 g
b. KCl
(275/250) x 75 mg = 82,5 mg
c. CaCl2
(275/250) x 1,2 g = 1,32 g

Kesetaraan ekivalensi
Rumus White-Vincent
V = W x E x 111,1
a. NaCl
V = W x E x 111,1
= 2,365 x 1 x 111,1
= 262,751
b. KCl
V = W x E x 111,1
= 0,0825 x 0,76 x 111,1
= 6,966
c. CaCl2
V = W x E x 111,1
= 1,32 x 0,51 x 111,1
= 74,792
Total
V = 262,751 + 6,966 + 74,792
= 344,509

Osmolaritas dengan tonisitas
Diketahui keberadaan NaCl dalam infus adalah 2,365 g dalam 250 ml, maka
M osmole/l = gr/l zat terlarut x 1000 x jumlah ion
BM zat terlarut

=( 2,365/250 x 1000) x 1000 x 2
58,5
= 323,41
Tergolong isotonis dengan range 270 – 328























BAB III
PROSEDUR KERJA
Metode Pembuatan
A. Penyiapan Aqua Pro Injeksi (API)
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Menyiapkan aqua bebas CO2 dan O2 dengan memanaskan aqua destilata selama 30 menit terhitung sejak mendidih lalu dialiri gas nitrogen.

B. Pembuatan sediaan infus ringer
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengkalibrasi erlenmeyer 275 ml dan botol infus 255 ml yang dilebihkan 2 % dari volume sediaan infus 250 ml
3. Menimbang semua zat aktif dengan kaca arloji
4. Melarutkan semua zat aktif dengan sedikit API, kemudian menambahkan API sampai volume kurang lebih 265 ml, setelah itu dilakukan pengecekan pH sediaan infus sebelum di add kan volume total API. Setelah di cek pHnya, kemudian di add kan API sampai 275 ml.
5. Menambahkan carbon aktif 0,1%, kemudian di panaskan selama 15 menit setelah suhu campuran zat aktif mencapai 40 – 500C. Lakukan pemanasan sambil ditutup dengan kaca arloji untuk mencegah penguapan
6. Membasahi kertas saring ganda dengan API
7. Memindahkan corong ke atas botol infus steril, kemudian saring larutan infus hingga mencapai tanda kalibrasi 255 ml
8. Memasang tutup karet botol infus steril dan diikat dengan tali dengan simpul champagne
9. Mensterilkan sediaan infus yang telah dibuat dalam autoklaf 115 – 1160C selama 30 menit


BAB IV
EVALUASI SEDIAAN
Evaluasi sediaan injeksi yang telah jadi

 Penampilan

 Kadar pH

 Kebocoran




















BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum teknologi steril kali ini, kelompok kami mengerjakan sediaan injeksi asam askobat (vitamin C) dengan metode sterilisasi akhir. Dengan menggunakan formula
a. asam askorbat sebagai zat aktif,
b. natrium hidroksida sebagai buffer (adjust),
c. benzalkonium klorida sebagai pengawet dan
d. aqua pro injeksi sebagai pembawa sediaan.
Menurut FORNAS (Formularium Nasional) asam askorbat dapat dibuat dengan menggunakan metode filtrasi dan sterilisasi akhir (metode A dan C), kelompok kami menggunakan sterilisasi akhir dengan pertimbangan zat aktif tahan dan stabil terhadap suhu pemanasan yang tinggi. Alasan penggunaan natrium hidroksida sebagai buffering agent dan benzalkonium klorida sebagai pengawet karena compatibel dengan zat aktif dan larut dalam air. Sediaan di buat dalam pembawa aqua pro injeksi karena zat aktif bersifat larut air.
Pada proses pembuatan injeksi, kami menggunakan cara Intermediate ad (IAD), yaitu suatu cara yang melibatkan pengukuran sebanyak 2x pada tahap pembuatannya. Pada praktikum kali ini, kami membuat volume larutan 25 ml, maka 15 ml digunakan untuk intermediate ad dan sisa 10 ml digunakan untuk membilas wadah, yang kemudian kedua volume disatukan pada tahap akhir.
Evaluasi sediaan yang dapat kami lakukanya setelah sediaan injeksi selesai dibuat, adalah evaluasi penampilan sediaan injeksi yang dihasilkan diperoleh larutan bening berwarna orange, ini dikarenakan telah terjadi reaksi asam dengan basa yang menyebabkan perubahan warna pada injeksi vitamin C. Seharusnya larutan injeksi vitamin C berwarna bening. Dengan kadar pH 12 (kondisi sangat basa) seharusnya larutan injesi vitamin C yang ideal dan stabil pada pH 6-6,5. hal ini dikarenakan penggunaan natrium hidroksida padat sebagai buffering agent yang berlebihan, seharusnya mengadjust pH sediaan dengan menggunakan larutan natrium hidroksida encer, dan digunakan dengan sangat hati-hati, karena sifat basa NaOH tinggi, dalam penggunaan yang sedikit, kenaikan pH dapat langsung cepat berubah menjadi basa seharusnya penggunaannya diteteskan sedikit demi sedikit sambil pengecekan pH sampai pH yang diinginkan.
Sementara untuk tonisitas sediaan didapatkan dari perhitungan rumus kesetaraan NaCl nilai tonisitas vitamin C yang didapatkan 0,1625 g sementara nilai NaCl 0,9 % yang dibutuhkan 0,009 g, ini berarti bahwa vitamin C telah hipertonis dan tidak perlu penambahan NaCl. Kemudian untuk evaluasi kebocoran ampul dan proses sterilisasi akhir tidak dilakukan karena keterbatasan waktu dan alat yang diperlukan. Hanya dapat menguji pH sediaan apakah pH sediaan telah cocok dengan pH cairan di dalam tubuh. Untuk praktikum selanjutnya, diharapkan dapat melakukan proses sterilisasi akhir dan dapat menguji semua evaluasi untuk sediaan injeksi.
















BAB VI
KESIMPULAN



























DAFTAR PUSTAKA

Farmakope Indonesia Edisi ketiga. 1979. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Formularium Nasional Edisi Kedua. 1978. Departemen Kesehatan Repiblik Indonesia.

Departement of pharmaceutical Science. 1982. Martindale the Extra Pharmacoeia 28th edition. London: The Pharmaceutical Press.

Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Andi.

Wade, Ainley and Paul J.Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, second edition. London : The Pharmaceutical Press



















LAMPIRAN
Brosur

Diazepam Injection
diazepam 10 mg/2mL

Komposisi :
Tiap ml mengandung diazepam........................

Indikasi :

Efek Samping :

Interaksi Obat :

Dosis :

Penyimpanan :
Simpan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya

Kemasan :
Box, 2 ampul @ 1 ml No. Reg. DKL 0604121804 A1

Diproduksi oleh: PT. NAFTALEN PHARMACEUTICAL, Jakarta, Indonesia



Etiket

Tidak ada komentar: