Assalamu'alaikum ...

Foto saya
depok, jawa barat, Indonesia
jadilah apa yang kau inginkan!

Senin, 12 Juli 2010

SM Sulfadiazin Laporan 2

BAB I
PENDAHULUAN


I.1. LATAR BELAKANG
Obat mata adalah tetes mata, salep mata, pencuci mata, dan beberapa bentuk pemakaian khusus serta inserte sebagai bentuk depo yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka. Obat mata digunakan sebagai efek diagnostik dan terapetik lokal. Bahan obat yang yang khas dipakai adalah pelebar pupil serta bahan dengan kerja penyempit pupil. Untuk mengobati infeksi, kita menggunakan antibiotik. Kemudian, untuk mengobati rasa nyeri kita menggunakan anestetik lokal dan akhirnya pula memerlukan bahan antiplogistik.
Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering dipakai adalah larutan dalam air, akan tetapi bisa juga dipakai suspensi, cairan bukan air dan salep mata.
Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata luka/ulkus.
Kandungan obat antiseptik dan antiinfeksi mata selain pembawa yang harus steril dan inert (tidak menimbulkan efek pada mata atau tidak bereaksi dengan zat aktifnya/obat) dalam bentuk tetes atau salep, juga zat aktifnya merupakan antibiotik/antiseptik atau antivirus dengan berbagai golongan.
Pemilihan obat antiseptik dan antiinfeksi mata tergantung mikroba yang menginfeksi mata, kemudian disesuaikan dengan zat aktif obat mata. Beberapa jenis zat aktif yang ada dalam obat antiseptik dan antiinfeksi mata antara lain Sulfacetamid Na, Ciprofloxacin HCl, Tobramycin serta Chloramphenicol dan kombinasinya.
Volume normal air mata dalam mata adalah 7 µL. dimana mata yang tidak berkedip dapat memuat paling banyak 30 µL cairan, sedangkan mata yang berkedip hanya dapat menyimpan 10 µL. Cairan yang berlebih, baik dari produksi secara normal maupun yang ditambahkan dari luar dengan cepat dialirkan kemata. Ukuran tiap tetes yang dimasukkan kedalam larutan obat biasanya 50 µL (berdasarkan pada 20 tets/mL, jadi tetesan yang dimasukkan kebanyakan hilang. Volume yang ideal dari larutan obat untuk dipakai, berdasarkan kapasitas mata yaitu 5-10 µL.

I.2. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan yang hendak kami capai dalam praktikum ini adalah untuk :
1. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi suatu zat obat serta membuat dan mengevaluasi hasil dari sediaan yang dibuat.
2. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan, perhitungan dosis, sterilisasi dan penyerahan suatu sediaan salep mata
3. Agar dapat menyalurkan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan dalam bentuk pengamatan dan penyusunan laporan berdasarkan dasar-dasar teori dalam mata kuliah teknologi sediaan steril.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


II.1 PENGERTIAN SALEP MATA
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar salep yang cocok. Salep mata memberikan arti lain dimana obat dapat mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan disekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air mata. Salep mata memberikan keuntungan waktu kontak yang lebih lama dan bioavailabilitas obat yang lebih besar dengan onset dan waktu puncak absorbsi yang lebih lama. Dari tempat kerjanya yaitu bekerja pada kelopak mata, kelenjar sebasea, konjungtiva, kornea dan iris.

II.2. PERSYARATAN SALEP MATA
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sediaan berupa salep mata :
• Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang benar-benar aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi.
• Sterilisasi terminal dari salep akhir dalam tube disempurnakan dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan radiasi gamma.
• Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau campuran bahan untuk mencegah pertumbuhan atau menghancurkan mikroorganisme yang berbahaya ketika wadah terbuka selama penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan adalah klorbutanol, paraben atau merkuri organik.
• Salep akhir harus bebas dari partikel besar.
• Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata, membiarkan difusi obat melalui pencucian sekresi mata dan mempertahankan aktivitas obat pada jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang sesuai. Vaselin merupakan dasar salep mata yang banyak digunakan. Beberapa bahan dasar salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar salep seperti ini memungkinkan dispersi obat larut air yang lebih baik tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata.
• Sterilitas merupakan syarat yang paling penting, tidak layak membuat sediaan larutan mata yang mengandung banyak mikroorganisme yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan, bahaya yang paling utama adalah memasukkan produk nonsteril kemata saat kornea digososk. Bahan partikulat yang dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien. Jika suatu anggapan batasan mekanisme pertahanan mata menjelaskan dengan sendirinya bahwa sediaan mata harus steril. Air mata tidak seperti darah tidak mengandung antibodi atau mekanisme untuk memproduksinya. Mekanisme utama untuk pertahanan melawan infeksi mata adalah aksi sederhana pencucian dengan air mata dan suatu enzim yang ditemukan dalam air mata (lizosim) yang mempunyai kemampuan menghidrolisa selubung polisakarida dari beberapa mikroorganisme, satu dari mikroorganisme yang tidak dipengaruhi oleh lizosim yakni yang paling mampu menyebabkan kerusakan mata yaitu Pseudomonas aeruginosa (Bacilllus pyocyamis). Infeksi serius yang disebabkan mikroorganisme ini ditunjukka dengan suatu pengujian literatur klinis yang penuh dengan istilah-istilah seperti enukleasi mata dan transplantasi kornea. Penting untuk dicatat bahwa ini bukan mikroorganisme yang jarang, namun juga ditemukan disaluran intestinal, dikulit normal manusia dan dapat menjadi kontaminan yang ada diudara.

II.3. EVALUASI SEDIAAN SALEP MATA
1. Uji Sterilitas
2. Uji Ukuran Partikel
Tebarkan secara merata dalam bentuk lapisan tipis sejumlah sediaan yang mengandung sekitar 10 ìg zat aktif. Diamati di bawah mikroskop seluruh area sampel. Disarankan untuk mengamati dengan perbesaran kecil (misal 50×) dan partikel yang berukuran lebih besar dari jumlah 25 ìm diamati. Partikel-partikel yang besar ini dapat diamati dengan perbesaran yang besar (misal 200× - 500×). Untuk setiap 10 ìg zat aktif, tidak lebih dari 20 partikel memiliki dimensi maksimum lebih besar dari 25 ìm, dan tidak lebih dari 2 partikel memiliki dimensi maksimum lebih besar dari 50 ìm. Dan tidak ada dari partikel-partikel ini memiliki dimensi maksimum lebih besar dari 90 ìm.

3. Uji Salep Mata
- Bahan tambahan
Bahan-bahan yang sesuai boleh ditambahkan pada salep mata untuk meningkatkan kestabilan atau kegunaan, kecuali jika dilarang pada masing-masing monografi dengan syarat tidak berbahaya dalam jumlah yang diberikan dan tidak boleh mempengaruhi efek terapi atau respon pada penetapan kadar dan pengujian yang spesifik. Pada sediaan untuk penggunaan mata tidak boleh ditambahkan zat warna semata-mata untuk tujuan pewarnaan pada sediaan akhir.
Bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme harus ditambahkan ke dalam salep mata yang dikemas dalam wadah untuk pemakaian ganda, tanpa memperhatikan metode sterilisasinya, kecuali jika disebutkan dalam masing-masing monografi, atau formula tersebut bersifat bakteriostatik. Bahan tersebut digunakan dalam kadar tertentu yang akan mencegah pertumbuhan atau mikroorganisme dalam salep mata. Proses sterilisasi dilakukan pada produk akhir atau semua bahan jika salep dibuat dengan cara aseptis.

- Wadah
Wadah termasuk penutup untuk salep mata tidak boleh berinteraksi secara fisika atau kimia dalam bentuk apapun dengan sediaan yang dapat mengubah kekuatan, mutu atau kemurnian diluar persyaratan resmi pada kondisi umum atau biasa pada saat penanganan, pengiriman, penyimpanan, penjualan, dan penggunaan seperti yang tertera pada Wadah untuk Artikel yang ditujukan pada penggunaan sediaan mata dalam ketentuan umum.

- Kebocoran
Pilih 10 tube salep mata, dengan segel khusus jika disebutkan. Bersihkan dan keringkan baik-baik bagian luar tiap tube dengan kain penyerap. Letakkan tube pada posisi horizontal di atas lembaran kertas penyerap dalam oven dengan suhu yang diatur pada 60° + 3° selama 8 jam. Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian selesai (abaikan bekas salep yang diperkirakan berasal dari bagian luar dimana terdapat lipatan dari tube atau dari bagian ulir tutup tube). Jika terdapat kebocoran pada satu tube tetapi tidak lebih dari satu tube; ulangi pengujian dengan tambahan 20 tube salep. Pengujian memenuhi syarat jika tidak ada satu pun kebocoran diamati dari 10 tube uji pertama, atau kebocoran yang diamati tidak lebih dari 1 dari 30 tube yang diuji.

4. Uji Penetapan Partikel Logam dalam Salep Mata
Prosedur : Keluarkan sesempurna mungkin, isi 10 tube, masukkan masing-masing ke dalam cawan petri terpisah ukuran 60 mm, alas datar, jernih dan bebas goresan. Tutup cawan, panaskan pada suhu 85° selama 2 jam, jika perlu naikkan suhu sedikit lebih tinggi sampai salep meleleh sempurna. Dengan menjaga kemungkinan terhadap massa yang meleleh, biarkan masing-masing mencapai suhu kamar dan membeku.
Angkat tutup, balikkan cawan petri sehingga berada di bawah mikroskop yang sesuai untuk perbesaran 30x yan gdilengkapi dengan mikrometer pengukur dan dikalibrasi pada perbesaran yang digunakan. Selain sumber cahaya biasa, arahkan iluminator dari atas salep dengan sudut 45°. Amati partikel logam pada seluruh dasar cawan petri. Variasikan intensitas iluminator dari atas sehingga memungkinkan partikel logam dapat dikenali dari refleksi karakteristik cahaya.
Hitung jumlah partikel logam yang berukuran 50 ìm atau lebih besar pada setiap dimensi : persyaratan dipenuhi jika jumlah partikel dari 10 tube tidak lebih dari 50 partikel dan jiak tidak lebih dari 1 tube mengandung 8 partikel. Jika persyaratan tidak dipenihu ulangi uji dengan penambahan 20 tube lagi : persayaratan dipenuhi jika jumlah partikel logam yang berukuran 50 ìm atau lebih besar pada tiap dimensi dari 30 tube tidak lebih dari 150 partikel dan jika tidak lebih dari 3 tube masing-masing mengandung 8 partikel.

BAB III
PRAFORMULASI

III.1. KAJIAN PRAFORMULASI
 Zat Aktif
Sulfadiazin


Chemical Structure of Sulfadiazine
Sinonim : Solfadiazina; Solfapirimidina; Sulfadiatsiini; Sulfadiazina; Sulfadiazinas; Sulfadiazinum; Sulphadiazine; Szulfadiazin
Nama Kimia : N-2-piridinil sulfanilamide
Rumus molekul : C10H10N4O2S
Bobot Molekul : 250.3
Sulfadiazina mengandung tidak kurang dari 99,0 % C10H10N4O2S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Organoleptik
Bentuk : serbuk
Warna : putih, putih kekuningan atau putih agak merah jambu
Bau : hampir tidak berbau
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P dan dalam aseton P, mudah larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida. (Farmakope Indonesia edisi III).
Dosis : 0.5 gr
Kekuatan Sediaan : 50 mg/10 gr
Khasiat : antibakteri
Sterilisasi : Sterilisasi aseptis
Penyimpanan : dalam tube steril, di tempat sejuk
Penandaan : pada etiket harus tertera “salep mata”

 Zat Tambahan
Setil Alkohol
Sinonim Cetyl alkohol
Pemerian berupa granul padatan berwarna putih. Memiliki bau dan rasa yang khas
Kelarutan Mudah larut dalam etano (95%) dan eter, kelarutan dapat tingkatkan dengan menaikkan suhu, praktis tidak larut dalam air. Dapat dicampur dengan lemak, cairan, dan paraffin padatan.
Kegunaan emulsifying agent, stiffening agent

Propilen Glikol
Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, agak manis.
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan etanol 95% dan dengan kloroform, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat bercampur dengan eter minyak tanah dan dengan minyak lemak.
Konsentrasi Topicals → humektan (≈15 %)
Fungsi Humektan dan pengawet
OTT I dengan reagen pengoksida, seperti KMnO4

Paraffin Liquid
Sinonim Mineral oil
Pemerian Cairan kental, transparan, tidak berfluorensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak memiliki rasa.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam ethanol (95%) P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P. Larut dalam fixed oils.
Konsentrasi Ophthalmic ointments 3.0 – 60.0%
Fungsi Emolient
OTT Agen pengoksidasi kuat

Vaseline Flavum
Nama Lain : Petroleum jelly, yellow petrolatum
Pemerian : Berwarna kuning hingga kuning pucat, bermassa ringan, tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan : Tidak larut dalam aseton, ehanol panas dan dingin, gliserin serta air; Larut dalam benzene, karbon disulfit, kloroform, eter, heksane, dan minyak volatile.
Fungsi : Emollient, Basis Ointment
Kadar : Emollient topical cream  10-30%
Topical Ointment  di atas 100%

III.2. RANCANGAN FORMULASI
R/ Sulfadiazin 5 %
Cetyl Alkohol 2.5 %
Propilen glikol 15 %
Paraffin Liquid 40 %
Vaselin Flavum ad 5 gr

BAB IV
FORMULASI
IV.1. DATA ZAT AKTIF
DAFTAR OBAT DOSIS LAZIM KELARUTAN pH JENIS STERILISASI KHASIAT
Salep Mata Sulfadiazin 50 mg Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida. Pada suhu 1500 C selama 1 jam dalam oven, secara aseptis.
Anti bakteri

IV.2. ALAT DAN CARA STERILISASINYA
Metode yang digunakan yaitu sterilisasi aseptis.
STERILISASI ALAT
NAMA ALAT JUMLAH STERILISASI SUHU (0 C) WAKTU (Menit)
Spatel Logam 2 Oven 170 30
Pinset Logam 2 Oven 170 30
Kaca Arloji 2 Oven 170 30
Cawan Penguap 3 Oven 170 30
Alu 1 Oven 170 30
Lumpang 1 Oven 170 30
Kasa 2 Oven 170 30
Kertas Perkamen 2 Oven 170 30
Tube Salep 2 Direndam alkohol 30
Tutup Tube 2 Direndam alkohol 30
Sudip 1 Oven 170 30


IV.3. FORMULASI AKHIR
R/ Sulfadiazin 5 %
Cetyl Alkohol 2.5 %
Propilen glikol 15 %
Paraffin liquid 40 %
Vaselin Flavum ad 5 gr

Perhitungan Volume yang dibuat
Akan dibuat salep sebanyak 2 tube.
Untuk 1 tube ; volume 5 gr, maka 2 x 5 gr = 10 gr.
Untuk antisipasi maka dilebihkan menjadi 20 gr (untuk 2 tube).

Perhitungan Bahan
Nama Bahan 1 tube (5 gr) 2 tube (20 gr) Penimbangan Bahan
(basis dilebihkan
100 %)
Sulfadiazin 5 % x 5 gr = 0.25 gr 20 gr / 5 gr x 0.25 gr = 1 gr 1 gr
Cetyl Alkohol 2.5 % x 5 gr = 0.125 gr 20 gr / 5 gr x 0.125 gr = 0.5 gr 100 % x 0.5 gr = 1 gr
Propilen glikol 15 % x 5 gr = 0.75 gr 20 gr / 5 gr x 0.75 gr = 3 gr 100 % x 3 gr = 6 gr
Paraffin liquid 40 % x 5 gr = 2 gr 20 gr / 5 gr x 2 gr
= 8 gr 100 % x 8 gr = 16 gr
Vaselin Flavum ad 5 gr
= 5 –(0.25+0.125+0.75+2) = 5 - 3.125 gr = 1.875 gr
20 gr / 5 gr x 1.875 gr = 7.5 gr 100 % x 7.5 gr = 15 gr




IV.4. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Semua alat-alat yang digunakan disterilkan (dengan oven dan autoklaf sesuai petunjuk sterilisasi yang ada).
3. Menimbang basis salep (ditimbang 20-25 % berlebihan dari jumlah yang diminta) pada neraca timbangan dalam cawan penguap yang dihampar kain kasa rangkap 2 dan telah ditimbang. Tutup cawan penguap dengan kaca arloji besar, sterilkan dalam oven suhu 1500C selama 30 menit.
4. Basis salep yang sudah steril diperas panas-panas (jepit ujung kain kasa dengan dua pinset steril, satukan dalam satu jepitan, pinset lain digunakan menekan bagian bawah jepitan mendesak leburan basis melewati kain kasa), digerus hingga terbentuk basis salep lalu ditimbang sejumlah yang diperlukan.
5. Zat aktif ditimbang sejumlah yang diperlukan, digerus halus dalam mortar steril.
6. Memasukkan basis salep steril dingin sedikit demi sedikit kedalam gerusan zat aktif dan gerus hingga homogen.
7. Menimbang sediaan sejumlah yang diperlukan diatas kertas perkamen steril, digulung dengan bantuan pinset steril. Gulungan harus sedemikian rupa agar dapat dimasukkan dalam tube steril yang ujungnya telah ditutup. Kertas perkamen dicabut dari tube jika zat aktif tersatukan dengan logam tube. Jika tidak, maka kertas perkamen dibiarkan tinggal dalam tube sebagai perintang antara zat aktif dengan logam tube.
8. Tekuk dasar tube minimal dua kali dengan penekuk logam.
9. Memberikan etiket.








BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum steril kali ini, kami melakukan pembuatan salep mata dengan bahan aktif Sulfadiazin. Sediaan salep sulfadiazin ini digunakan untuk infeksi pada mata. Kekuatan dosis sediaan salep sulfadiazin yang kami buat sebesar 5 % atau 0.25 gr/5gr.
Dalam formulasi salep, maka dibutuhkan basis salep. Basis salep yang kami gunakan yaitu Occulentum simplex. Occulentum simplex merupakan basis salep serap, dimana basis salep tersebut dapat menyerap air. Basis salep occulentum simplex ini terdiri dari setil alkohol, lanolin, paraffin cair, dan vaselin album. Akan tetapi, dalam proses penyempurnaan formulasi, kami menambahkan paraffin cair dan tidak menggunakan vaselin album dan lanolin. Vaselin album sebagai basis salep digantikan dengan vaselin flavum karena vaselin album sudah mengalami proses pemutihan menggunakan asam sulfat. Selain itu, penggunaan vaselin album dalam sediaan salep mata akan menyebabkan iritasi pada mata karena kelebihan asam yang dikandungnya. Selanjutnya penggunaan lanolin sebagai pembasah dalam sediaan diganti dengan propilen glycol karena penggunaan lanolin dalam basis salep dapat menyebabkan peradangan pada mata atau alergi. Pembasah dalam sediaan salep mata berfungsi agar mudah kontak dengan air mata. Setil alcohol digunakan sebagai zat pengeras (stiffening agent) dan emulsifying memfasilitasi pencampuran air untuk menghasilkan emulsi minyak dengan air. Paraffin cair digunakan sebagai emollient atau pelembut dalam sediaan salep mata.
Metode sterilisasi yang digunakan yaitu sterilisasi awal dengan menggunakan oven atau menggunakan teknik aseptis yaitu semua alat-alat yang digunakan disterilkan sesuai dengan petunjuk sterilisasi pada masing-masing alat tersebut. Karena sulfadiazin tidak tahan terhadap pemanasan, maka dilakukan sterilisasi awal. Sterilisasi seharusnya dilakukan selama 1 jam pada suhu 150oC, tetapi karena keterbatasan waktu maka diberi dispensasi dalam sterilisasi selama 10 menit pada suhu 138oC dimana semua alat yang digunakan dianggap sudah steril.
Basis salep yang digunakan sebelumnya dilakukan sterilisasi awal dengan oven selama 1 jam pada suhu 150oC dalam cawan penguap yang telah dilapisi kain kasa rangkap dua, namun karena keterbatasan waktu maka diberi dispensasi sterilisasi selama 10 menit pada suhu 138oC. Basis salep yang dibuat kami lebihkan sebanyak 100% dari total basis yang digunakan untuk mengantisipasi kekurangan jumlah basis yang akan digunakan setelah dilakukan pemerasan menggunakan kain kasa. Setelah bahan-bahan yang digunakan dalam basis meleleh seluruhnya, dilakukan pemerasan. Setelah itu dibuat basis salep dengan menggerus bahan-bahan yang telah diperas tersebut hingga terbentuk basis yang homogen yang ditandai dengan adanya bunyi gesekan yang cukup keras antara lumpang dan alu. Basis salep tersebut kemudian ditimbang sesuai dengan penggunaan basis yang seharusnya yaitu 7.5 gr.
Zat aktif berupa sulfadiazin, sebelumnya ditimbang dan digerus sampai homogen didalam lumpang bekas menggerus basis. Hal ini dilakukan supaya zat aktif tersebut tidak masuk ke dalam pori-pori lumpang karena pori-pori lumpang sudah tertutup dengan basis salep. Setelah itu ditambahkan sedikit demi sedikit basis salep yang akan digunakan hingga habis, lalu digerus hingga terbentuk sediaan salep yang homogen dan tidak lagi terdapat partikel kasar karena partikel kasar dapat mengiritasi mata.
Sediaan salep mata yang kami buat homogen dan berwarna putih dan dimasukkan ke dalam wadah. Wadah yang digunakan berupa tube steril yang sebelumnya sudah direndam dengan alkohol. Dalam pengerjaannya, dibutuhkan kesabaran dan ketrampilan dalam memasukkan sediaan yang telah jadi ke dalam wadah. Sediaan yang kami inginkan terdiri dari 2 tube, akan tetapi karena adanya kesalahan teknik dalam memasukkan sediaan ke dalam wadah maka kami hanya dapat menghasilkan 1 tube saja. Evaluasi sediaan yang dilakukan berupa evaluasi fisik meliputi homogenitas, konsistensi, bau dan warna. Akan tetapi, kami tidak melakukan uji kebocoran tube dan uji partikel logam serta uji kontaminasi mikroba.



BAB VI
PENUTUP


VI.1 KESIMPULAN
Pada praktikum teknologi sediaan steril dengan percobaan pembuatan sediaan Salep Mata Sulfadiazin dapat disimpulkan bahwa :
1. Sulfadiazin digunakan sebagai salep mata ditujukan untuk anti bakteri.
2. Proses sterilisasi yang dilakukan adalah dengan cara teknik aseptis karena sulfadiazin tidak tahan terhadap pemanasan
3. Basis salep yang digunakan yaitu Occulentum simplex yang terdiri dari vaselin flavum, propilenglikol, paraffin liquid dan setil alkohol
4. Basis salep yang digunakan berupa basis salep serap yang dapat menyerap air.
5. Salep mata tidak boleh mengandung partikel kasar dan harus dalam keadaan steril.
6. Sediaan salep mata Sulfadiazin yang dihasilkan berwarna putih dan homogen.

VI.2 SARAN
1. Pada proses sterilisasi sediaan sebaiknya diperhatikan suhu dari alat yang digunakan (oven) agar sesuai dengan literatur.
2. Untuk pembuatan basis salep, sebaiknya tidak menggunakan lanolin dan vaselin album karena dapat menyebabkan iritasi pada mata dan peradangan pada mata.
3. Dalam pengerjaannya, dibutuhkan kesabaran dan ketrampilan dalam memasukkan sediaan yang telah jadi ke dalam wadah.





DAFTAR PUSTAKA

• Anief, Moh. Ilmu Meracik Obat. 2004. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
• Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. 1989. Jakarta : UI-Press.
• Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia, edisi III. Jakarta.
• Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta.
• Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional, Ed II. Jakarta.
• Department of Pharmaceutical Sciences. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-eight edition. London : The Pharmaceutical Press.
• FORMULARIUM NASIONAL. Edisi kedua.1978. DepKes RI.
• Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of Pharmaceutical excipients.Ed II.1994.London; The Pharmaceutical Press.

Tidak ada komentar: