Assalamu'alaikum ...

Foto saya
depok, jawa barat, Indonesia
jadilah apa yang kau inginkan!

Selasa, 13 Juli 2010

SM Tetrasiklin HCl Laporan 2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
 Mengetahui cara membuat sediaan salep mata steril
 Mengetahui metode-metode pembuatan salep mata steril

1.2 Teori dasar
a. Definisi Salep Mata
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar salep yang cocok. Salep mata memberikan arti lain dimana obat dapat mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan disekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan mata.
Basis untuk salep mata biasanya vaselin kuning, terdapat beberapa dasar salep mata yang dapat menyerap, bahan dasar salep yang mudah dicuci dengan air, dan bahan dasar salep larut dalam air ini dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar seperti ini memungkinkan disperse obat larut air lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata.

b. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sediaan berupa salep mata
 Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang bernar-benar aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi.
 Sterilitas merupakan syarat yang paling penting, tidak layak membuat sediaan larutan mata yang mengandung banyak mikroorganisme yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa.
 Sterilisasi terminal dari salep akhir dalam tube disempurnakan dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan radiasi gamma.
 Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau campuran bahan untuk mencegah pertumbuhan atau menghancurkan mikroorganisme yang berbahaya ketika wadah terbuka selama penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan adalah klorbutanol, paraben atau merkuri organik
 Salep akhir harus bebas dari partikel besar.
 Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata, membiarkan difusi obat melalui pencucian sekresi mata dan mempertahankan aktivitas obat pada jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang sesuai

c. Karakteristik sediaan salep mata
 Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas dari partikel asing dan jernih secara normal diperoleh dengan cara filtrasi. Tentunya, pentingnya peralatan filtrasi agar jernih dan tercuci baik sehingga bahan bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya. Pengerjaan penampilan untuk larutan dalam lingkungan yang bersih, penggunaan LAF dan harus tidak tertumpah memberikan kebersihan untuk penyiapan larutan jernih bebas dari partikel asing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan sterilisasi dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup. Keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tak tertumpahkan. Wadah atau tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama dalam penyimpanan. Normalnya dilakukan tes sterilisasi


 Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan seperti produk mata tergantung sifat kimia bahan obat, pH produk, metode penyiapan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan larutanb dan tipe pengemasan. Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH 6,8. Namun demikian pH stabilitas kimia (atau ketidakstabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau bulan. Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pada pH 5 kedua obat stabil dalam beberapa tahun

 Buffer dan pH
Idealnya sediaan mata sebaiknya diformulasikan pada pH yang ekivalen dengan cairan mata yaitu 7,4 dan prakteknya jarang tercapai. Mayoritas bahan aktif dalam sediaan obat mata adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator. pH diseleksi jadi optimum untuk stabil. Sistem dapar diseleksi agar mempunyai kapasitas adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk, dan kapasitas dapar adalah kunci utama untuk situasi ini.

 Tonisitas


 Viskositas
USP mengizinkan penggunaan peningkat viskositas untuk memperpanjang waktu kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metil selulose, polivinil alkohol dan hidroksil metil selulose ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas. Investigator telah mempelajari efek peningkatan viskositas pada waktu kontak dalam mata. Umumnya viskositas meningkat dari 25 – 50 cps range signifikan meningkatkan lama kontak dalam mata

d. Bahan Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata dibolehkan, namun pemilihannya dalam jumlah tertentu. Antioksidan khususnya natrium bisulfit atau metasulfit digunakan dalam konsentrasi sampai 0,3 persen khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein dapat digunakan. Umumnya antioksidan ini berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin.
Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. Surfaktan nonionic keluar toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendah, khususnya suspensi steroid dan berhubungan dengan kejernihan larutan. Surfaktan jarang digunakan sebagai kosolven untuk meningkatkan kelarutan. Penggunaan surfaktan, khususnya beberapa konsentrasi signifikan sebaiknya dengan karakteristik bahan. Surfaktan nonionic, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan komponen pengawet antimikroba dan inaktif system pengawet. Benzalkonium klorida dalam range 0,01 – 0,02 %, dengan toksisitas factor pembatas konsentrasi, sebagai pengawet dalam jumlah besar larutan dengan suspensi sediaan mata.

e. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses yang digunakan untuk membebaskan suatu bahan atau sediaan terhadap jasad renik.pernyataan steril merupakna hal yang absolute /mutlak sehingga hanya ada dua kemungkinan suatu sediaan dinyatakan steril atau tidak steril dan tidak ada antara keduanya.
I. Cara sterilisasi akhir
Cara ini merupakan cara sterilisasi umum dan paling banyak digunkan dalam pembuatan sediaan steril. Zat aktif harus stabil dengan adanya molekul air dan suhu sterilisasi. Dengan cara ini sediaan disterilkan pada tahap terakhir pembuatan sediaan. Semua alat setelah lubang-lubangnya ditutup kertas perkamen, dapat langsung digunakan tanpa perlu disterilkan lebih dahulu.
II. Cara aseptis
Cara ini terbatas penggunaanya pada sedian yang mengandung zat aktif peka suhu tinggi dan dapat mengakibatkan penguraian dan penurunan kerja farmakologisnya. Antibiotika dan beberapa hormon tertentu merupakan zat aktif yang sebaiknya diracik secara aseptis. Cara aseptis bukanlah suatu cara sterilisasi melainkan suatu cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan mencegah kontaminasi jasad renik dalam sediaan.
III. Sterilisasi panas dengan tekanan atau Sterilisasi uap (autoklaf)
Dengan memaparkan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme secara irreversible akibat denaturasi atau koagulasi protein sel. Sterilisasi ini dilakukan dengan suhu 121°C selama 30 menit. Autoklaf digunakan untuk mensterilkan alat-alat persisi seperti gelas ukur, pipet, corong beserta kertas saring, spuit.
IV. Sterilisasi panas kering (oven)
Terjadi melalui mekanisme konduksi panas. Panas akan diabsorpsi oleh permukaan alat yang disterikan lalu merambat kebagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Udara panas oven akan mematikan jasad renik meluli mekanisme dehidrasi-oksidasi terhadap mikroorganisme. Sterilisasi ini dilakukan dengan suhu 170°C selama 30 menit. Digunakan untuk mensterilkan alat-alat gelas non-persisi seperti beaker glass, elenmeyer, kaca arloji, cawan penguap, pinset logam, batang pengaduk.

















BAB II
PRAFORMULASI
A. TINJAUAN PUSTAKA ZAT AKTIF DAN ZAT TAMBAHAN
Zat aktif :
1. Tetrasiklin Hidrokloridum
a. Sinonim :
b. BM : C22H24N2O8,HCl =480.9
c. Pemerian : serbuk kristalin kuning, tidak berbau
d. Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, 100 bagian alkohol, dan praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. Larut dalam alkali hidroksidan dan karbonat, meskipn tetrasiklin perlahan lahan dapat rusak dalam larutan alkali hidroksida.
e. Penyimpanan : terlindung dari cahaya
f. Khasiat : Sebagai antimikroba (bakteriostatik) spektrum luas, sensitif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif , termasuk Clamydiaceae, Mycoplasma spp, Ricketsia spp
g. OTT : Inkompatible dengan preparasi alkalis dan zat aktif menjadi tidak stabil pada pH rendah
h. Sterilisasi :
i. Dosis : penggunaan sebagai salep mata : 1 %

2. Setil alkohol
a. BM : 242,44
b. Pemerian : Berupa serbuk, flake, berwarna putih, memiliki bau yang menyengat dan rasa yang lembut
c. Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan meningkat bila ditingkatkan suhu. Praktis tidak larut dalam air. Bercampur saat dipanaskan dengan lemak, cairan dan paraffin padat.
d. Fungsi : Stiffening agent, emulsifying agent

3. Paraffin cair
a. Sinonim : Paraffin liquidum (mineral oil)
b. Pemerian : mineral oil yang transparan, tidak berwarna, memiliki floresen pada cahaya biasa
c. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol (95%), gliserin dan air. Larut dalam aseton, benzen, kloroform, eter, dan petroleum eter
d. Fungsi : Solvent

4. Vaselin Kuning
a. Sinonim : Yellow soft paraffin (vaselin flavum)
b. Pemerian : Massa lembek berwarna kuning pucat, tidak berbau dan tidak berasa.
c. Kelarutan : praktis tidak larut dalam aseton, etanol panas dan etanol dingin, gliserin, dan air. Larut dalam benzen, karbon disulfida, kloroform
d. Fungsi : Oinment base










C. PENGKAJIAN PRAFORMULASI

No Permasalahan Solusi Alternatif pemecahan masalah Keputusan Keterangan
1 Bentuk sediaan bermacam-macam Dipilih bentuk sediaan yang sesuai a. Parenteral
b.Ophtalmic Eye Ophtalmic Eye
2 Pemilihan bentuk sediaan mata yang cocok dengan zat aktif (Tetrasiklin) Dipilih bentuk sediaan yang tahan lama pada membrane mata a. Salep mata
b. Krim mata Salep mata
3 Basis yang sesuai dengan tujuan terapi yang diinginkan Dipilih bentuk sediaan yang efektif menyerap air a. Basis serap
b. Basis hidrokarbon Basis serap (vaselin kuning)
4 Sediaan diinginkan memiliki viskositas yang baik Penambahan zat yang meningkatkan viskositas a. Setil alkohol
b. Cera alba Setil alkohol
5 Zat tambahan membutuhkan pelarut sebelum peleburan Ditambahkan zat pelarut Parafin cair





6 Penandaan alat bermacam-macam Dipilih penandaan obat yang sesuai
Merah
Hijau
Biru

Merah
Obat keras


D. OTT
E. USUL PENYEMPURNAAN SEDIAAN
F. ALAT DAN CARA STERILISASI
Nama alat Jumlah Sterilisasi berdasarkan praktikum Keterangan
Mortir dan alu 1 Oven 1700C selama 30 menit Dispensasi, sterilisasi selama 15 menit
Pinset 2 Oven 1700C selama 30 menit
Spatula 1 Oven 1700C selama 30 menit
Kaca arloji 1 Oven 1700C selama 30 menit
Perkamen 3 Oven 1700C selama 30 menit
Tube salep 1 Oven 1700C selama 30 menit
Basis salep Oven 1700C selama 30 menit
Tutup salep 1 Direndam dalam alcohol 30 menit
Sudip 1 Direndam dalam alcohol 30 menit


Formula akhir
Salep mata Klortetrasiklin Hidroklorida 1 % dalam 10 g
R/ Tetrasiklin Hidroklorida 100 mg
Setil alkohol 0,25 g
Parafin cair 4 g
Vaselin Kuning ad 10 g

Perhitungan
Dalam proses pembuatan, dikhawatirkan terjadi pengurangan massa salep, maka formulasi dibuat dalam 12 g, sehingga formulasi menjadi :
Tetrasiklin Hidroklorida 112 mg
Setil alkohol 300 mg
Parafin cair 4,8 g
Vaselin Kuning ad 12 g

Penimbangan bahan :
Untuk basis salep, dilebihkan 25 %. Basis salep sebelum dilebihkan = 11880 mg, setelah dilebihkan 25% dari 11880 mg menjadi = 14850 mg.
1. Setil alcohol = 300 mg + [(25/100) x 300] = 375 mg
2. Paraffin cair = 4800 mg + [(25/100) x 4800] = 6000 mg
3. Vaselin kuning = 6780 mg + [(25/100) x 6780] = 8475 mg
Untuk zat aktif, tidak mengalami pelebihan penimbangan, tetap 112 mg yang ditimbang
NB : Pada saat pemasukkan salep ke dalam wadah, penimbangan massa salep tetap dan harus tepat 10 g.





BAB III
PROSEDUR KERJA
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Basis salep ditimbang 20 – 25 % berlebih dari jumlah yang diminta dalam cawan penguap yang dihampar kain kassa rangkap 2 dan telah ditimbang. Tutup cawan penguap dengan kaca arloji besar, sterilkan dalam oven suhu 1700C selama 30 menit
3. Basis salep diperas panas-panas (jepit ujung kain dengan dua pinset steril, satukan dalam satu jepitan, pinset lain digunakan menekan bagian bawah jepitan mendesak leburan basis melewati kain batis), timbang sejumlah basis yang diperlukan
4. Zat aktif ditimbang, digerus halus dalam mortir steril
5. Masukkan basis salep steril dingin sedikit demi sedikit ke dalam gerusan zat aktif dan gerus hingga homogen
6. Menimbang sediaan sejumlah yang diperlukan di atas kertas perkamen steril, digulung dengan bantuan pinset steril. Gulungan harus sedemikian rupa agar dapat dimasukkan ke dalam tube steril yang ujungnya telah ditutup. Kertas perkamen dicabut dari tube jika zat aktif tersatukan dengan logam tube. Jika tidak maka kertas perkamen dibiarkan tinggal dalam tube sebagai perintang antara zat aktif dengan logam tube
7. Tekuk dasar tube minimal dua kali dengan penekuk logam







BAB IV
EVALUASI SEDIAAN
Evaluasi sediaan in yang telah jadi
 Penampilan luar
Hasil sediaan salep mata yang kelompok kami hasilkan berwarna kuning cerah, namun terjadi pengurangan volume sediaan yang seharusnya 10 g menjadi 9 g. Hal ini terjadi karena banyak sisa sisa basis salep yang menempel pada kain kassa serta wadah untuk melakukan sterilisasi.

















BAB V
PEMBAHASAN
Mata merupakan organ yang paling peka dari manusia, oleh karena itu sediaan obat mata mensyaratkan kualitasnya yang lebih tajam. Salep mata harus efektif dan tersatukan secara fisiologis (bebas rasa nyeri dan tidak merangsang) serta steril. Yang dimaksud dengan sediaan salep mata merupakan sediaan salep steril untuk pengobatan mata dengan menggunakan dasar salep yang cocok. Sediaan salep mata ini memberikan arti lain dimana obat dapat mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan disekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan mata. Basis untuk salep mata biasanya menggunakan jenis vaselin kuning, terdapat beberapa dasar salep mata yang dapat menyerap, bahan dasar salep yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar salep yang larut air ini dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar seperti ini memungkinkan dispersi obat larut air lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata, misalnya penggunaan vaselin putih karena masih terdapat kandungan asam sulfat akibat proses pemutihan vaselin kuning menjadi vaselin putih, dikhawatirkan akan menyebabkan iritasi pada mata.
Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum pembuatan sediaan salep mata dengan bahan aktif Tetrasiklin Hidroklorida dengan konsentrasi penggunaan untuk 1 sediaan 10 g salep mata mengandung bahan aktif 1% tetrasikln hidroklorida. Bahan aktif tetrasiklin HCl ini dibuat dalam sediaan salep mata diindikasikan untuk trakoma serta infeksi lain pada mata oleh karena bakteri gram negatif dan gram positif yang sensitif. Penggunaan batas konsentrasi 1% untuk sediaan salep mata ini mengacu pada Martindale edisi 28th dimana konsentrasi yang biasa digunakan untuk sediaan salep mata adalah 1%. Sementara dari sisi basis salep, alasan pemilihan basis ini mengacu pada FORNAS, meskipun dalam FORNAS untuk zat aktif Tetrasiklin HCl tidak terdapat komposisi utamanya, namun sebagian besar zat aktif menggunakan unguentum simplek, yang terdiri atas Setil alkohol, Adeps Lanae, Paraffin cair, dan Vaselin Kuning. Namun dalam sediaan kami formulasinya menjadi :
a. Zat aktif : Tetrasiklin Hidroklorida
b. Unguentum simplek, tersusun atas
1. Setil alkohol
2. Paraffin cair
3. Vaselin Kuning
Pemilihan bahan tambahan ini atas dasar efektifitas masing masing bahan, sedangkan adeps lanae, kami tidak jadi menggunakan karena adeps lanae dapat menyebabkan iritasi dan alergi pada beberapa orang dengan tingkat alergi terhadap komponen adeps lanae yang cukup tinggi.
Proses pembuatan sediaan salep mata berlangsung dengan metode aseptis. Semua peralatan dan basis salep dilakukan sterilisasi dengan menggunakan oven pada suhu 1700C selama 1 jam. Sedangkan untuk zat aktif tidak dilakukan proses sterilisasi dengan oven 1700C, dikarenakan zat aktif menjadi terurai karena proses pemanasan, seharusnya proses sterilisasi dilakukan dengan menggunakan sterilisasi dengan sinar gamma. Namun karena ketidaksediaan alat untuk melakukan proses sterilisasi dengan sinar gamma, jadinya zat aktif tetrasiklin tidak mengalami proses sterilisasi.
Setelah proses sterilisasi selesai, tahapan selanjutnya adalah melakukan pengkoliran basis dengan menggunakan pinset, basis harus segera di kolir, agar basis tidak langsung mengeras, karena adanya komposisi setil alkohol, pada suhu rendah akan cepat mengeras. Pada saat pengkoliran ini, terjadi pengurangan basis salep, dikarenakan banyak basis yang menempel di kassa steril, sehingga volume basis menjadi berkurang. Padahal diformulasi perhitungan telah dilebihkan jumlah basis salep yang dibutuhkan sebesar 25% dari formula awal, sebaiknya pelebihan basis sebesar 100% untuk mengantisipasi kekurangan basis pada saat pengkoliran dan penimbangan bahan. Setelah basis dikolir dan ditimbang, namun tidak sesuai dengan formula awal, sehingga terjadi pengurangan jumlah zat aktif tetrasiklin yang disesuaikan dengan jumlah basis yang ada. Jumlah basis yang didapatkan menjadi 9,2 g, sehingga zat aktif yang dicampurkan sejumlah 92 mg. Zat aktif didispersikan terlebih dahulu, kemudian ditambahkan basis salep ke dalam zat aktif, dan digerus hingga homogen. Setelah homogen, selanjutnya salep mata di timbang kembali sebelum dimasukkan ke dalam tube untuk mengetahui seberapa banyak bobot salep yang didapatkan dari hasil pencampuran. Selanjutnya salep mata dimasukkan ke dalam tube salep dengan dilapisi perkamen sebagai pembatas antara sediaan salep dengan bahan dasar tube yang berupa logam, karena secara fisik, zat aktif tetrasiklin dapat berinteraksi dengan logam.
Setelah sediaan jadi berupa campuran zat aktif dan basis, tahapan evaluasi yang dapat dilakukan untuk sediaan salep mata adalah berupa organolpetis penampilan luar, secara keseluruhan sediaan salep yang kelompok kami hasilkan tampilan warna berwarna kuning cerah. Untuk evaluasi pH, tonisitas, tidak dilakukan karena tidak adanya komposisi air di dalam formulasi salep, sehingga tidak dapat terukur pHnya.













BAB VI
KESIMPULAN
 Formula akhir sediaan salep mata Tetrasiklin HCl
Salep mata Klortetrasiklin Hidroklorida 1 % dalam 10 g
R/ Tetrasiklin Hidroklorida 100 mg
Setil alkohol 0,25 g
Parafin cair 4 g
Vaselin Kuning ad 10 g

 Proses pembuatan sediaan salep mata melalui cara aseptis. Semua alat, basis serta zat aktif menurut teori mengalami proses sterilisasi, hanya saja pada pelaksanaan praktikum, karena ketidaksediaan alat, kami tidak melakukan sterilisasi zat aktif Tetrasiklin HCl dengan sinar gamma
 Evaluasi sediaan yang dapat dilakukan adalah dilihat secara organoleptis penampilan fisik sediaan salep kelompok kami homogen, dan warna sediaan berupa kuning cerah. Hanya saja pada saat pelaksanaan pembuatan basis salep, terjadi pengurangan basis, dikarenakan banyak basis salep yang bersisa di wadah dan kassa untuk melakukan sterilisasi. Sehingga terjadi pengurangan jumlah zat aktif yang seharusnya menurut formula akhir kami adalah tiap 10 g mengandung 100 mg, menjadi jumlah basis yang didapat adalah 9,2 g, sedangkan zat aktif menjadi 92 mg.
 Saran untuk perbaikan formulasi adalah, melebihkan komponen basis 100 % dari formulasi awal, untuk menghindari adanya kekurangan basis.



DAFTAR PUSTAKA

Farmakope Indonesia Edisi ketiga. 1979. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Formularium Nasional Edisi Kedua. 1978. Departemen Kesehatan Repiblik Indonesia.

Departement of pharmaceutical Science. 1982. Martindale the Extra Pharmacoeia 28th edition. London: The Pharmaceutical Press.

Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Andi.

Wade, Ainley and Paul J.Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, second edition. London : The Pharmaceutical Press













LAMPIRAN
Brosur
VINICYCLIN ®
Salep mata
____________________________________________________________________________
Mengandung Tetrasiklin HCl 1%
Komposisi:
Tiap mg larutan mengandung
Tetrasiklin Hidrokloridum 0,1 gram
Indikasi:
Untuk mengobati trakoma dan infeksi lain pada mata oleh kuman gram positif dan gram negatif yang sensitif
Untuk profilaksis oftalmia neonatorum pada neonatas
Infeksi yang disebabkan oleh miktoorganisme yang sensitive terhadap tetrasiklin
Kontraindikasi:
Hipersensitif
Efek samping:
Dosis :
Dewasa dan anak – anak dioleskan secukupnya
Peringatan dan Perhatian:
1. Jangan digunakan bila larutan berubah warna dan keruh
2. Botol ditutup rapat
3. Jauhkan dari jangkauan anak.
4. Bila terasa sakit, gangguan penglihatan, pemerahan (iritasi lanjut) yang makin parah lebih
dari 72 jam hentikan pemakaian dan segera hubungi dokter.

Penyimpanan:
Simpan pada suhu kamar, terlindung dari cahaya, ruang bersih dan kering.
Kemasan:
Tiap dus berisi satu wadah @ 10 g
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
PT Naftalen Pharma
No. Reg : GKL9832301039 A1
No. Batch : 63370


Etiket

Tidak ada komentar: