Assalamu'alaikum ...

Foto saya
depok, jawa barat, Indonesia
jadilah apa yang kau inginkan!

Selasa, 13 Juli 2010

Injeksi Ringer laktat

Injeksi Ringer laktat adalah larutan steril dari Kalsium klorida, Kalium klorida, Natrium klorida dan Natrium laktat dalam Air untuk injeksi; tiap 100 ml mengandung tidak kurang dari 285,0 mg dan tidak lebih dari 315,0 mg natrium (sebagai NaCl dan C3H5NaO3), tidak kurang dari 14,1 mg dan tidak lebih dari 17,3 mg kalium (K, setara dengan tidak kurang dari 27,0 mg dan tidak lebih dari 33,0 mg KCL), tidak kurang dari 4,90 mg dan tidak lebih dari 6,00 mg kalsium (Ca, setara dengan tidak kurang dari 18,0 mg dan tidak lebih dari 22,0 mg CaCl2.2H20), tidak kurang dari 368.0 mg dan tidak lebih dari 408,0 mg klorida (Cl, sebagai NaCl, KCl dan CaCl2.2H20), dan tidak kurang dari 231,0 mg dan tidak lebih dari 261,0 mg laktat (C3H5O3, setara dengan tidak kurang dari 290,0 mg dan tidak lebih dari 330,0 mg C3H5NaO3). Injeksi Ringer laktat tidak boleh mengandung bahan antimikroba.

Baku Pembanding Natrium Laktat BFPI ; Lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60C selama 4 jam sebelum digunakan. Endotoksin BPFI.

pH : antara 6.0 – 7.5 (FI IV)
5-7 (Martindale)

Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah kaca atau plastik dosis tunggal, sebaiknya dari kaca Tipe I atau Tipe II

Pemberian : secara iv , kecepatan tidak boleh lebih dari 300 ml/jam.


BAHAN YANG DIGUNAKAN

Sodium Laktat
Kelarutan : Larut dalam air, alkohol dan gliserol. Praktis tidak larut dalam kloroform, eter dan minyak.
Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi
OTT : Dengan Novobiosin sodium, Oksitetrasiklin HCl, Sodium Bikarbonat, Sodiumkalsiumedetat dan Sulfadialin sodium
KontraIndikasi : Pada penderita gangguan fungsi hati.
pH : 5-7
E Sodium laktat : 0.55

NaOH
Pemerian : Bentuk batang, butir, hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur, putih atau padatan putih, mudah meleleh, basah. Sangat alkalis dan korosif, segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, etanol 95% dan gliserol.
E NaOH : 17 x 3.8/40 = 1.615

NaCl
Bobot molekul : 58,44
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk Kristal putih, tiap 1g setara dengan 17,1 mmol NaCl.
Kelarutan : 1bagian larut dalam3 bagian air, 10 bagian gliserol, sedikit larut dalam etanol, larut dalam 250 bagian etanol 95%, larut dalam 2,8 air dan dalam 2,6 bagian air pada suu 100˚ C.
Sterilisasi : autoklaf atau filtrasi
Stabilitas : stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan pengguratan partikel dari tipe gelas.
pH : 4,5-7
OTT : logam Ag, Hg, Fe
E NaCl : 1
Kesetaraan E elektrolit: 1g ≈ 17,1 mEq
Kosentrasi/ dosis : lebih dari 0.9%. injeksi iv 3-5% dalam 100 ml selama 1 jam. Injeksi NaCl mengandung 2,5-4 mEq/ml. Na⁺ dalam plasma = 135-145 mEq/ml.
Khasiat : pengganti ion Na⁺,Cl⁻ dalam tubuh dan agen tonisitas.
Farmakologi : berfungsi untuk mengatur distribusi air, cairan dan keseimbangan elektrolit dan tekanan osmotic cairan tubuh.



KCl
Pemerian : Kristal atau serbuk putih atau tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa atau berasa asin.
Kelarutan : larut dalam air, sangat mudah larut dalam air panas, larut dalam air panas, larut dalam 14 bagian gliswerin, praktis tidak larut dalam eter, aceton, etanol dan alcohol.
pH : 4-8, 7 untuk larutan pada suhu 15˚C.
konsentrasi : 2,5-11,5%
dosis : konsentrasi kalium pada ryte iv tidk lebih dari 40 mEq/L dengan kecepatan 20 mEq/jam (untuk hipokalemia). Untuk mempertahankan konsentrasi kalium pada plasma 4 mEq/L. K⁺ dalam plasma = 3,5-5 mEq/L.
stabilitas : stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk dan kering.
Kegunaan : biasa digunakan dalam sediaan parenteral sebagai senyawa pengisotonis, dan juga sebagai sumber ion Kalium.
OTT : larutan KCl iv inkompatibel dengan protein hidrosilat, perak dan garam merkuri.
Sterilisasi : dengan autoklaf atau filtrasi.
Ekuivalen : 0,76
Kesetaraan E elektrolit: 1g ≈ 13,3 mEq K⁺

Acidum lacticum
Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna atau agak kuning, tidak berbau atau berbau lemah, tidak enak, larutan encer yang berasa asam; Higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol 95% dan dalam eter
E Acidum lacticum : 0.41

CaCl2
Pemerian : granul atau serpihan, putih, keras, tidak, berbau
Kelarutan : mudah larut dalam air (1,2 bagian), dalam etanol (4 bagian), dan dalam etanol mendidih (2 bagian), sangat mudah larut dalam air panas (0,7 bagian).
pH : 4,5-9,2
OTT : karbonat, fosfat, sulfat, tartrat, sefalotin sodium, CTM dengan tetrasiklin membentuk kompleks.
Kegunaan : untuk mempertahankan elektrolit tubuh, untuk hipokalemia, sebagai elektrolit yang esensial bagi tubuh untuk mencegah kekurangan ion kalsium yang menyebabkan iritabilitas dan konvulsi.
Sterilisasi : autoklaf
E CaCl2 : 0,53
Kesetaraan E elektrolit: 1g CaCl2 ≈ 13,6 mEq Ca⁺⁺
Farmakologi : penting untuk fungsi integritas dari saraf muscular, system skeletal, membrane sel dan permeabilitas kapiler.

API
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Kegunaan : pembawa dan pelarut



PENGKAJIAN PRAFORMULASI
No Masalah Diinginkan Pemecahan Pemilihan Alasan
1. Zat aktif terdiri dari NaCl, KCl, CaCl2 dan Natrium laktat Dibuat sediaan yang cocok -sediaan parenteral volume kecil
-sediaan parenteral volume besar Sediaan parenteral volume besar sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infuse intravena untuk menambah cairan tuuh, elektolit, atau member nutrisi
2. Dibuat dibuat sediaan parenteral Pemberian dilakukan secara tepat, sehingga tidak menimbulkan efek samping Alternative pemberian sediaan: im, sc, iv Diberikan secara iv Sediaan infuse biasanya diberikan secara iv. Menurut martindale penggunaan larutan ringer adalah infuse intravenous.
3. Pelarut yang digunakan Diuat air yang bebas dari pirogen Digunakan API API API digunakan sebagai pelarut dan pembawa karena bahan-bahan larut dalam air
4. Kestabilan selama pemyimpanan Tetap stabil tidak terkontaminasi mikroba Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal. (FI ed. IV)
5. Sediaan dalam kondisi steril Sediaanyang steril Dilakukan proses sterilisasi:
-sterilisasi akhir
-aseptis Sterilisasi akhir Injeksi ringer disterilkan dengan cara sterilisasi A (fornas)







Data Larutan Ringer
Daftar obat Pengertian pH Jenis steriliassi Khasiat Catatan
NATRII LACTATIS INJECTIO COMPOSITUM atau
Injeksi Natrium Laktat majemuk atau
Injeksi Ringer Laktat Injeksi Ringer laktat adalah larutan steril dari Kalsium klorida, Kalium klorida, Natrium klorida dan Natrium laktat dalam Air untuk injeksi 6.0 – 7.5 (FI IV)
5-7 (Martindale) Sterilisasi A (Fornas),sterilisasi A (martindale) Infuse intravenous Injeksi ringer tidak boleh mengandung bahan antimikroba



Formulasi standar dari Fornas

NATRII LACTATIS INJECTIO COMPOSITUM
Injeksi Natrium Laktat majemuk
Injeksi Ringer Laktat
Komposisi. tiap 500 ml mengandung
Acidum Lacticum 1.2 ml
Natrii Hydroxydum 575 mg
Natrii Chloridum 3 g
Kalii Chloridum 200 mg
Calcii Chloridum 1.35 mg
Penyimpanan. Dalam wadah dosis tunggal
Catatan. 1. Ditambahkan Asam Klorida 0.1 N hingga pH 5,0 sampai 7,0.
2. Mengandung ion bikarbonat dihitung sebagai laktat 29 mEq, ion kalium 5 mEq, ion kalsium 8 mEq, ion klorida 111 mEq dan ion natrium 131 mEq per liter.
3. tidak boleh mengandung bakterisida
4. disterilkan dengan cara sterilisasi A, segera setelah dibuat
5. bebas pirogen
6. pada etket harus juga tertera :
a. Banyaknya ion bikarbonat dihitung sebagai laktat, ion kalium; ion klorida; dan ion natrium masing-masing dalam mEq/L
b. Daluwarsa
7. diinjeksikan secara infuse

Usul : dibuat sediaan infuse sebanyak 100 ml


Alat dan cara sterilisasinya
No Nama Alat Cara sterilisasi Waktu
1 Spatula Oven 170˚C 30 menit
2 Batang pengaduk Oven 170˚C 30 menit
3 Cawan penguap Oven 170˚C 30 menit
4 Pinset Oven 170˚C 30 menit
5 Erlenmeyer Oven 170˚C 30 menit
6 Beaker glass Oven 170˚C 30 menit
7 Gelas ukur Autoklaf 115-116˚C 30 menit
8 Corong Autoklaf 115-116˚C 30 menit
9 Kertas saring Autoklaf 115-116˚C 30 menit




Formulasi Akhir
R/ Tiap 100 ml mengandung
Acidum Lacticum 0.24 ml
Natrii Hydroxydum 115 mg
Natrii Chloridum 0.6 g
Kalii Chloridum 40 mg
Calcii Chloridum 0.27 mg
API ad 100 ml


NaCl 900 mg/100 ml
Berat Na+ =
=
= 353,8 mg
Cl- = 900 – 353.8
= 546.2 mg
Na+ = 310 mg (300x1) / 23 = 13.47 meq/L
K+ = 16 mg (16x1) / 39.1 = 0.40 meq/L
Ca 2+ = 6 mg (6x2) / 40 = 0.03 meq/L
Cl- = 370 mg (400x1) / 35.5= 11.33 meq/L
Laktat- = 250 mg (250x1) / 89 = 2.8 meq/L


Na laktat = = 313.6 mg
Sisa Na+ = 13.47 – 2.8 = 10.6
NaCl = = 620.1 mg
Sisa Cl- = 11.3 – 10.6 = 0.7
CaCl2 = = 1.665 mg
KCl = = 29.8 mg



R/ Na laktat 313.6 mg
NaCl 620.1 mg
CaCl2 1.6 mg
KCL 29.8 mg
965.1 ̴ 0.9

Osmolaritas dan Tonisitas
M osmole/ L NaCl = (0.620/58.5)x2x1000x10 = 212
M osmole/ L CaCl2 = (0.001665/111)x3x1000x10 = 0.045
M osmole/ L KCl = (0.0298/74.6)x2x1000x10 = 8
M osmole/ L Na Laktat = (0.313/112)x2x1000x10 = 56
276 (isotonis)

White Vincent
V = W x E x 111,1
= {(0,313 x 0,55)+(0.620x1)+(1.665x10-3 x 0,53)+(29,8x10-3 x 0,76)} x 111,1
=


Dilebihkan 10% dari jumlah sediaan, sehingga menjdi 110 ml
Jadi :Asam laktat = 110/100 ml x 0.24 ml = 0.264 ml = 264 mg
NaOH = 110/100 ml x 115 mg = 126.5 mg
NaCl = 110/100 ml x 0,6 g = 0.66 g
KCl = 110/100 ml x 40 mg = 44 mg
CaCl2 = 110/100 ml x 0.27 mg = 0.297 mg









PROSEDUR KERJA
A. PEMBUATAN AQUA PRO INJEKSI
a. Memanaskan air hingga mendidih selama 30 menit.
b. Setelah mendidih panaskan kembali hingga 10 menit.

B. PEMBUATAN SEDIAAN
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Zat aktif dan zat tambahan ditimbang dengan kaca arloji atau cawan penguap dilakukan di dalam Grey Area.
3. Gelas piala yang digunakan dikalibrasi sesuai dengan volume larutan yang akan dibuat yaitu 250 ml.
4. Zat-zat yang sudah ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas piala yang telah dikalibrasi 250 ml.
5. Menuangkan air steril untuk melarutkan zat dan membilas kaca arloji sampai tanda kalibrasi tercapai.
6. Menimbang 0,1% (0,3 g) karbon aktif
7. Melarutkan semua zat secara terpisah pada beaker glass, lalu mencampurkannya kedalam beaker glass didalam white area.
8. Mencukupkan larutan hingga setengah dan mengecek pH sediaan. Jika pH sediaan sudah sesuai maka diadd hingga tanda batas kalibrasi.
9. Menambah karbon aktif 0.3 gr, lalu dimasukkan ke dalam larutan sediaan. Gelas piala ditutup kaca arloji dan disisipi batang pengaduk. Karbon aktifnya diaktifkan dengan cara dipanaskan 40-70 selama 15 menit sambil diaduk.
10. Kertas saring ganda dan terlipat, dibasahi terlebih dahulu dengan air bebas progen (dibuat seperti larutan bebas pirogen).
11. Memindahkan corong dan kertas saring ke Erlenmeyer steril bebas pirogen.
12. Menyaring larutan hangat-hangat ke dalam Erlenmeyer.
13. Mengukur volume larutan dalam gelas ukur tepat 200 ml dan mengisi langsung ke dalam botol infus 200 ml.
14. Memasang tutup karet botol infus steril dengan mengikat dengan simpul champagne
15. Mensterilkan botol infus yang berisi larutan dalam autoclave suhu 115-116°C selama 10 menit.
16. Masukkan ke dalam botol infus.
17. Lakukan evaluasi.
18. Beri etiket dan kemasan pada botol infus.
19. Sediaan siap untuk digunakan.




























PEMBAHASAN

Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah relative sama. Rasionya dalam tubuh adalah air 57%, lemak 20,8%, protein 17,0%, serta mineral dan glikogen 6% ketika terjadi gangguan homeostatis (keseimbangan cairan tubuh ), maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit.
Secara klinis fungsi larutan elektrolit adalah untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada dua jenis kondisi plasma darah yang menyimpang yaitu:
a) Asidosis merupakan kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih.
b) Alkalosis merupakan kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion natrium, kalium,dan kalsium dalam jumlah berlebih
Penyebab kekurangan elektrolit plasma adalah kecelakaan,kebakaran, operasi atau perubahan patologis organ, gastroenteritis,demam tinggi, atau penyakit lain yang menyebabkan output dan input tidak seimbang. Kehilangan natrium disebut hipovolemia, sedangkan kekurangan H2O disebut dehidrasi. Kemudian kekurangan HCO3 disebut asidosis metabolic dan kekurangan K+ disebut hipokalemia.
Keseimbangan air dalam tubuh harus dipertahankan supaya jumlah yang diterima sama dengan jumlah yang dikeluarkan. Penyesuaian dibuat dengan penambahan/pengurangan jumlah yang dikeluarkan sebagai urin juga keringat.
Ini menekankan pentingnya perhitungan berdasarkan fakta tentang jumlah cairan yang masuk dalam bentuk minuman maupun makanan dan dalam bentuk pemberian cairan lainnya. Elektrolit yang penting dalam komposisi cairan tubuh adalah Na, K, Ca, dan Cl.
Dalam praktikum steril kali ini kami membuat sediaan infuse ringer laktak. Infus sendiri merupakan larutan dalam jumlah basar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok.
Infuse ringer laktat adalah larutan steril Natrium klorida, Kalium klorida, Kalsium klorida dan natrium laktat dalam air untuk obat suntik. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-zat tersebut dalam larutan fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan elektrolit yang diperlukan tubuh.
Pada proses pembuatan kami tidak menggunakan natrium laktat dikarenakan natrium laktat tidak tersedia dilaboratorium. Ion natrium (Na+) dalam injeksi berupa natrium klorida dapat digunakan untuk mengobati hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. NaCl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus setara dengan 0,9% larutan NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh. Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel. Untuk menggantikan kalium yang hilang digunakan KCl yang lebih mudah larut dalam air. Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam proses penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium di bawah konsentrasi normal dapat menyebabkan iritabilitas dan konvulsi. Kalsium yang dipakai dalam bentuk CaCl2 yang lebih mudah larut dalam air.
Pada saat pembuatan kami tidak menggunakan pengawet dikarenakan infus ditujukan untuk penggunaan intravena. Sediaan infus diberikan secara intravena untuk segera dapat memberikan efek. Pelarut yang digunakan adalah Air Pro Injection (API). Sediaan infus yang kami buat sebanyak 250 ml dengan penambahan volume pada saat pembuatan sediaan sebanyak 10% sehingga menjadi 275 ml. Hal ini dilakukan karena pada saat penyaringan, filtrate pertama yang agak kehitaman akibat dari penambahan karbon aktif, dibuang kurang lebih 10 ml. Sediaan infus sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, yaitu mempunyai tekanan osmosis larutan yang sama dengan tekanan osmosis cairan tubuh. Larutan infuse yang kami buat adalah isotonis, yaitu 276 ml. Pembuatan sediaan infus ini harus steril dan bebas pirogen. Cara sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi akhir dengan teknik autoklaf karena untuk menjamin kesterilan sediaan.
Infuse harus bebas pirogen karena pirogen menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam, sakit badan, kenaikan tekanan darah arteri, kira-kira 1 jam setelah injeksi. Pirogen dapat dihilangkan dari larutan dengan absorbsi menggunakan absorban pilihan. Dalam prakteknya, kami menambahkan karbon aktif sebanyak 0,1% untuk menghilangkan pirogen tersebut. Mekanisme kerja dari karbon aktif ini adalah pirogen akan terserap pada karboabsorben. Untuk mengantisipasi penyerapan zat aktif pada karboabsorben, zat aktif ditimbang dilebihkan 5%.
Berdasarkan literature, pH sediaan larutan infus ringer laktat yaitu pada rentang pH 6,0 sampai 7,5. Sediaan yang kami buat memiliki pH 6,5 sehingga dapat dikatakan sediaan infus yang kami buat memenuhi persayaratan pH sediaan. Tujuan utama pengaturan pH dalam sediaan infus ini adalah untuk mempertinggi stabilitas obat, misalnya perubahan warna, efek terapi optimal obat, menghindari kemungkinan terjadinya reaksi dari obat tersebut, sehingga obat tersebut mempunyai aktivitas dan potensi. Selain itu, untuk mencegah terjadinya rangsangan atau rasa sakit seaktu disuntikkan. pH yang terlalu tinggi akan menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan pH yang terlalu rendah menyebabkan rasa sakit jika disuntikkan.
Penandaan obat sediaan infus ringer laktat yang digunakan adalah label obat keras, karena pada umumnya pemberian sediaan infus perlu dilakukan oleh tenaga ahli medis dan harus dengan resep dokter untuk menghindari penyalahgunaan sediaan. Pada etiket, selain dituliskan lambang obat keras, juga dicantumkan jumlah isi atau volume sediaan. Pemberian etiket pada wadah sedemikian rupa sehingga sebagian wadah tidak tertutup oleh etiket, hal ini dilakukan untuk mempermudah pemeriksaan isi secara visual.



EVALUASI

1. Uji pH dengan indikator pH
Adanya perubahan pH mengindikasikan telah terjadi penguraian obat atau terjadi interaksi obat dengan wadah.
Hasil pH sediaan infus ringer laktat : 6,5 , berada pada rentang pH sediaan yang diinginkan
2. Uji adanya partikel melayang
Dilihat secara visual tidak terdapat partikel melayang pada sediaan infus yang dibuat.




KESIMPULAN

1. Sediaan parenteral volume besar harus steril dan bebas pirogen karena sediaan diinjeksikan langsung pada aliran darah (infus intravena)
2. Sediaan infus ringer laktat ditujukan sebagai penambah cairan elektrolit yang diperlukan tubuh.
3. pH sediaan infus ringer laktat yang dibuat memenuhi persyaratan pH sediaan infus ringer laktat menurut literature (6,0– 7,5 ) yaitu 6,5.
4. Pengaturan pH dalam sediaan infus ini adalah untuk mempertinggi stabilitas obat sehingga obat tersebut mempunyai aktivitas dan potensi dan untuk mencegah terjadinya rangsangan atau rasa sakit seaktu disuntikkan.
5. Sterilisasi sediaan infus dilakukan sterilisasi akhir karena untuk menjamin kesterilan sediaan.



DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. Ilmu Meracik Obat. 2004. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ansel, Howard C. 1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta : UI-Press.
Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia, edisi III. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional, Ed II. Jakarta.
Department of Pharmaceutical Sciences. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-eight edition. London : The Pharmaceutical Press.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994.Teori dan Praktek Farmasi Indrustri. Edisi Ketiga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press.
Syamsuni, H.A. 2006.Ilmu Resep.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of Pharmaceutical excipients.Ed II.1994.London; The Pharmaceutical Press.

Tidak ada komentar: