Assalamu'alaikum ...

Foto saya
depok, jawa barat, Indonesia
jadilah apa yang kau inginkan!

Selasa, 13 Juli 2010

OTM Neomisin laporan 1

BAB I
TEORI DASAR

I. Pendahuluan

Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Obat mata (optalmika) adalah tetes mata (Oculoguttae), salep mata (Oculenta), pencuci mata (Colyria), dan beberapa bentuk pemakaian khusus (lamela dan penyemprot mata) serta inserte sebagai bentuk depo yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka.
Karena kapasitas mata untuk menahan atau menyimpan cairan dan salep terbatas, pada umumnya obat mata diberikan dalam volume yang kecil. Preparat cairan sering diberikan dalam bentuk sediaan tetes dan salep dengan mengoleskan salep yang tipis pada pelupuk mata. Volume sediaan cair yang lebih besar dapat digunakan untuk menyegarkan atau mencuci mata.
Larutan Untuk Mata
Larutan untuk mata adalah larutan steril yang dicampur dan dikemas untuk dimasukkan ke dalam mata. Selain steril preparat tersebut memerlukan pertimbangan yang cermat terhadapfaktor-faktor famasi seperti kebutuhan bahan antimikroba, isotonisita, dapar, viskositas dan pengemasan yang cocok.
Semua larutan untuk mata harus dibuat steril jika diberikan dan bila mungkin ditambahkan bahan pengawet yang cocok untuk menjamin sterilitas selama pemakaian.
Meskipun larutan untuk mata disterilkan dengan uap air mengalir dalam otoklaf dalam wadah akhirnya, metode yang digunakan tergantung pada sifat khusus dari sediaannya. Obat-obat tertentu yang dalam media asam termostabil (tahan panas) dapat menjadi termolabil (tidak tahan panas) ketika didapar mendekati kisaran pH fisiologis (kira-kira 7,4). Jika diinginkan pH yang lebih tinggi, larutan obat yang belum didapar dapat dipanaskan dahulu dalam otoklaf dan larutan dapar steril ditambahkan kemudian secara aseptis. Dengan kekecualian garam basa kuat dengan asam lemah seperti natrium flourescein atau natrium sulfasetamid, larutan obat mata yang paling biasa yang disiapkan dalam pembawa asam borat dapat dosterilkan dengan aman ada 121° C selama 15 menit.
Untuk membuat sediaan yang tersatukan, maka kita perlu memperhatikan beberapa faktor persyaratan berikut:
1. Steril
Farmakope modern mesyaratkan sterilitas kuman bagi optalmika (angka kuman harus 0). Pembuatan tetes mata pada dasarnya pada kondisi kerja aseptik.
2. Kejernihan
Persyaratan larutan bebas partikel bertujuan menghindari rangsangan akibat bahan padat. Filtrasi dengan kertas saring atau kain wol tidak dapat menghasilkan larutan bebas partikel melayang. Oleh karena itu, sebagai material penyaring kita menggunakan leburan gelas. Misalnya Jenaer Fritten berukuran pori G3-G5.
3. Pengawetan (antimicrobial preservative)
Meskipun steril, ketika disalurkan setiap larutan untuk mata ini harus mengandung bahan antibakteri yang efektif yang tidak mengiritasi atau campuran dari bahan-bahan tersebut untuk mencegah berkembang atau masuknya mikroorganisme dengan tidak sengaja yang masuk k edalam larutan, ketika wadah terbuka selama pemakaian. Pengawetan yang tepat dan konsentrasi maksimum dari pengawet untuk tujuan ini termasuk:
a) 0,013% benzalkonium klorida
b) 0,01% benzetonium klorida
c) 0,5% klorobutanol
d) 0,004% fenilmerkuri asetat
e) 0,004% fenilmerkuri nitrat
f) 0,01% timerosal
4. Tonisitas
Karena kandungan elektrolit dan koloid di dalamnya, cairan air mata memiliki tekanan osmotik, yang nilainya sama dengan darah dan cairan jaringan. Besarnya adalah 0,65 – 0,8 M Pa (6,5 – 8 atmosfir), penurunan titik bekunya terhadap air 0,52° K atau konsentrasinya sesuai dengan larutan natrium klorida 0,9% dalam air. Larutan hipertonis relatif lebih dapat diterima daripada hipotonis. Larutan yang digunakan pada mata luka atau yang telah dioperasi menggunakan larutan isotonis. Pada larutan yang mengandung perak, kita memakia garam nitrat 1,2 – 1,6%.



5. Stabilitas
a) Pendaparan
Harga pH mata sama dengan darah, yaitu 7,4. Pada pemakaian tetesan biasa, larutan yang nyaris tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3 – 9,7. Namun, daerah pH 5,5 – 11,4 masih dapat diterima.
Larutan dapar berikut digunakan secara internasional:
• Dapar Natrium asetat – Asam borat, kapasitasnya tinggi di daerah asam.
• Dapar fosfat, kapasitasnya tinggi di daerah alkalis.

b) Viskositas dan aktivitas permukaan
Tetes mata dalam air mempunyai kekurangan karena dapat ditekan keluar dari saluran konjungtiva oleh gerakan pelupuk mata. Namun, melalui peningkatan viskositas tetes mata dapat mencapai distribusi bahan aktif yang lebih baik di dalam cairan dan waktu kontak yang panjang. Sebagai peningkat viskositas, kita memakai metilselulosa dan polivinilpirilidon (PVP) dan sangat disarankan menggunakan polivinilalkohol (PVA) 1-2%. Kita memakai larutan dengan viskositas 5-15 mPa detik (5-15 cP). Apabila zat padat sulit larut, maka kita dapat menambahkan Tween 80, polioksietilen 40, stearat dan benzalkonium klorida atau benzalkonium bromida.













BAB II
PRAFORMULASI

I. Tinjauan Pustaka
 ZAT AKTIF

NEOMICIN SULFAT
1) Organoleptis
Warna : serbuk berwarna putih sampai agak kuning / padatan kering
mirip es
Bau : Tidak berbau atau praktis tidak berbau
Sifat : Higroskopis, larutannya memutar bidang polarisasi ke kanan
2) Sifat dan Kelarutan
Dalam air : Mudah larut dalam air
Dalam alkohol : Sangat sukar larut
Dalam kloroform : Tidak larut dalam kloroform
3) Stabilitas
Stabil dalam bentuk larutan tetapi karena reaksi pengasamannya dapat menyebabkan rasa sakit pada saat diteteskan ke mata.
4) Sterilisasi
Sterilisasi dengan filtrasi.

Sifat kimia
Rumus molekul :
Berat molekul :
Ekivalensi : 0,12
pH : Antara 5,0 dan 7,5
OTT : Golongan anionik, sodium lauryl sulfat.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya
Stabilitas : Neomisin peka terhadap oksidasi udara. Setelah penyimpanan selama 24 bulan tidak terjadi kehilangan potensi (masih 99% dari potensi asli). Serbuk neomisin sulfat stabil selama tidak kurang dari3 tahun pada suhu 20°C. Neomisin sulfat dapat juga dipanaskan pada suhu 110°C selama 10 jam (yakni selama sterilisasi kering), tanpa kehilangan potensinya, meskipun terjadi perubahan warna. Neomisin cukup stabil pada kisaran pH 2,0 sampai 9,0. Menunjukkan aktivitas optimumnya pada kira-kira pH 7,0.
Indikasi
• Terapi jangka pendek infeksi okular eksternal superfisial disebabkan oleh organisme.
• Memberi efek miotik untuk mengatasi midriasis yang disebabkan oleh atropin.
• Menurunkan tekanan intraokular dan memberi efek miosis intensif sebelum pembedahan pada penanganan darurat glaukoma sudut terbuka.

Kontra Indikasi
• Hipersensitif

Efek Samping
• Sensitisasi konjungtiva dan kutaneus.
.
Dosis Pemberian
Untuk perawatan glaukoma, konsentrasi dan frekuensi pemberian pilokarpin
hidroklorida tergantung pada kebutuhan dan respon setiap individu.
• Dosis lazim = 1 – 2 tetes 2 – 4 kali sehari atau lebih sering selama 7 – 10 hari .
• 0,35% (DI 2003 hal 2604) ; 0,5 % (ISO)
Rute Pemberian
Neomicin sulfat digunakan secara topikal dan oral.

Farmakokinetik
• Penurunan tekanan intraokular maksimum terjadi dalam 1,5 – 2 jam setelah pemberian ke sistem okular dan biasanya bertahan selama 7 hari.
 ZAT TAMBAHAN

• Benzalkonium Klorida
1) Organoleptis
Warna & Bentuk : Serbuk amorf berwarna putih atau putih kekuning-kuningan bisa sebagai gel yang tebal atau seperti gelatin Kristal tidak berwarna atau serbuk kristal berwarna putih
Bau : Berbau aromatis
Rasa : Sangat pahit
Sifat : Higroskopis
2) Sifat dan Kelarutan
Dalam air : Sangat mudah larut dalam air
Dalam etanol : Sangat mudah larut dalam etanol 95%,
Dalam kloroform : Bentuk anhidrat mudah larut dalam benzene
Dalam Eter : Bentuk anhidrat agak sukar larut dalam eter
3) Stabilitas
Bersifat higroskopis dan mungkin dipengaruhi oleh cahaya, udara dan bahan logam. Larutannya stabil pada rentang pH dan rentang temperatur yang lebar. Larutannya dapat disimpan pada periode waktu yang lama dalam suhu kamar.
4) Sterilisasi
Sterilisasi dengan autoklaf.

Sifat kimia
Rumus molekul : [C6H5CH2N(CH3¬)R]Cl
Struktur Molekul :





Berat molekul : 360
pH : 5-8 untuk 10%w/v larutan
OTT : aluminium, surfaktan anionik, sitrat, kapas, fluoresin, H2O2, HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terhindar dari cahaya.
Khasiat dan penggunaan
Digunakan sebagai pengawet, antimikroba, Antiseptik, Desinfektan, Pelarut, dan zat pembasah.



Dosis
Dalam sediaan preparat mata, benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet dengan konsentrasi 0,01%-0,02%, biasanya dikombinasi dengan 0,1%w/v disodium edetat.
• Natrium Edetat
Sinonim : Disodium Edetate
1) Organoleptis
Warna & Bentuk : Serbuk kristal putih
Bau : Tidak berbau
Rasa : Sedikit rasa asam
Sifat : Higroskopis
2) Sifat dan Kelarutan
Dalam air : Larut dalam 11 bagian air dan eter
Dalam kloroform : Praktis tidak larut dalam kloroform
Dalam Eter : Larut dalam etanol (95%)
3) Stabilitas
Sangat higroskopis dan harus dilindungi dari kelembaban
4) Sterilisasi
Sterilisasi dengan autoklaf.
Sifat kimia
Rumus molekul : C10H14N2Na2O8 336.2 (for anhydrous)
C10H18N2Na2O10 372.2 (for dihydrate)
Berat molekul : 336.2 (for anhydrous)
372.2 (for dihydrate)
Struktur Molekul :





pH : 4,3-4,7 dalam larutan 1% air bebas CO2
OTT : Dengan pengoksidasi kuat, dan ion logam polifalen seperti tembaga, nikel, Na EDTA merupakan asam lemah dan bereaksi dengan logam membentuk hidrogen.
Wadah dan penyimpanan : Harus disimpan diwadah bebas alkali, tertutup rapat dan ditempat sejuk dan kering.

Khasiat dan penggunaan
Sebagai chelating agent
Dosis
0,005-0,1% w/w sebagai chelating agent

II. Rangkuman Hasil Pengkajian Praformulasi
No Masalah Diinginkan Pemecahan Pemilihan Alasan
1 Dibuat sediaan tetes mata steril Membuat sediaan yang cocok untuk stabilitas zat aktif • Sedian steril Volume Kecil
• Sedian steril Volume Besar
Sedian steril Volume kecil
Karena kapasitas mata untuk menahan atau menyimpan cairan dan salep terbatas, pada umumnya obat mata diberikan dalam volume yang kecil.
2 Rute pemberian untuk tetes mata steril

Sediaan harus digunakan dengan rute pemberian yang sesuai Rute pemberian yang benar
Im,
Iv,
guttae guttae Karena pada umumnya, pemberian obat tetes mata steril langsung diteteskan di balik kelopak mata.

3 Sediaan dibuat obat tetes mata steril Dapat tercampur dengan konsentrasi dalam tubuh Dibuat sediaan yang bersifat
 Isotonis
 Hipotonis
 hipertonis isotonis Syarat sediaan tetes mata steril harus berupa sediaan yang isotonis

4 Zat/sediaan dikhawatirkan terkontaminasi oleh adanya mikroba Sediaan tetes mata steril yang stabil secara biologi. Dberi zat antimikroba:
 Fenilmerkuri nitrat.0,002%
 Benzalkonimu klorida 0,01%
 Phenylhidragri nitras 0,002 % Benzalkonimu klorida 0,01%
Merupakan pengawet yang biasa digunakan untuk pembuatan tetes mata steril dengan bahan aktif Neomisin sulfat

6. Zat/sediaan dikhawatirkan terkontaminasi oleh adanya mikroorganisme Sediaan steril terhindar dari mikroorganisme Dilakukan proses sterilisasi
• sterilisasi aseptis
• sterilisasi akhir Sterilisasi aseptis Karena pada umumnya pembuatan tetes mata steril didasarkan pada kondisi kerja aseptik
7 Penandaan berdasarkan golongan obat bermacam-macam
Penandaan golongan yang sesuai sebagai petunjuk penggunaan konsumen
=Obat keras


=Obat bebas terbatas

=Obat bebas

Obat keras
Karena penggunaan sediaan injeksi harus dengan resep dokter dan perlu dilakukan oleh tenaga ahli medis





BAB III
FORMULASI

I. Formulasi
Tiap 10 ml mengandung
R/ Neomisin sulfat 0,5%
Benzalkonium klorida 0,01%
Dinatrii EDTA 0,01%
API ad 10ml

Spesifikasi Dan Syarat Sediaan Yang Diinginkan
No. Nama Produk NEOSYFAT®

Bentuk sediaan Tetes mata

Bahan Aktif Neomisin sulfat

Kemasan botol 10 ml


Pemeriksaan SPESIFIKASi SYARAT
Warna Tidak berwarna
Tidak berwarna


Formulasi dari Fornas atau Martindale
Dalam Martindale :
R/ Neomisin sulfat 0,5%
Larutan Benzolkonium chlorid 0,02% v/v;
Disodium edetate 0,05 %;
API hingga 100%
Formulasi Akhir
Tiap 10 ml mengandung
R/ Neomisin sulfat 0,5%
Benzalkonium klorida 0,01%
Dinatrii EDTA 0,01%
API ad 10ml


II. Perhitungan Bahan
 Perhitungan tonisitas
• Menggunakan Kesetaraan NaCl
Berat Nacl (isotonis) =
Neomisin sulfat = 0,14 x 0,5% = 0,007 gr
Benzalkonium klorida = 0,16 x 0,01 % = 0,0016 gr
Disodium Edetate = 0,23 x 0,01% = 0,00023
NaCl = 0,09 – (0,007+ 0,00016 + 0,00023) = 0.083 gr
 Jadi penambahan NaCl adalah 0.083 gr
• White Vincent
Rumus white vincent  V = w x E x 111,1
= [ ( 0,05 x 0,14 ) + ( 0,001 x 0.16 ) + (0.001 x0,23 ) ] x 111,1
= (0.007+ 0,00016+ 0.00016) x 111,1 = 0,821
Karena harus di buat isotonis maka, 1 – 0,821= 0,179
NaCl yang harus ditambahkan V/E x VI = (0,179/1 ) x 111,1 = 19,89
FORMULA YANG DIBUAT
Volume yang dibuat = (n + 2) V’ + (2 x 3)
= (2+ 2) 10,5 + 6 ml
= 48 ml

Penimbangan Bahan
Neomicin sulfat : 0.05 x 2 = 0.1 gr
Benzalkonii Chloridum : 0.001 x 2 = 0.002 gr
Dinatrii Edetas : 0.001 x 2 = 0.002 gr
API : 48ml / 2 botol

Metoda Pembuatan
Pembuatan Tetes mata kloramfeniol dilakukan dengan cara sterilisasi B atau C ( aseptis atau Filtrasi).





Alat dan Cara Sterilisasinya
Nama Alat Waktu Cara Sterilisasi
Sendok porselen 30 menit 0ven 170°C
Spatel logam 30 menit 0ven 170°C
Pinset logam 30 menit 0ven 170°C
Batang pengaduk gelas 30 menit 0ven 170°C
Erlenmeyer 30 menit 0ven 170°C
Cawan penguap 30 menit 0ven 170°C
Kaca arloji 30 menit 0ven 170°C
Gelas ukur 30 menit Autoklaf ( 115°C -116°C )
Pipet tetes tanpa karet 30 menit Autoklaf (115oC-1160C)
Karet pipet 30 menit Rebus
Kertas saring 30 menit Autoklaf
Bekerglass 30 menit 0ven 170°C
Wadah botol 10 menit Autoklaf (1150C-116C)C)

III. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Alat - alat yang digunakan disterilkan dengan oven dan autoklaf sesuai petunjuk sterilisasi alat diatas. Botol yang akan digunakan sebelumnya dikalibrasi menggunkan API dengan volume 10 ml.
3. Disiapkan Aqua Pro Injeksi bebas O2 dengan cara : ( Catatan : Dilakukan pada White Area ).
a. Dipanaskan aquades diatas hotplate sampai mendidih.
b. DIhitung waktu pemanasan selama 30 menit (waktu mulai dihitung setelah air mendidih).
c. Dipanaskan lagi selama 10 menit agar diperoleh API bebas O2.

4. Ditimbang masing-masing bahan dengan neraca timbangan dengan tepat sesuai jumlah yang diperlukan.
5. Zat aktif satu persatu dilarutkan dengan menggunakan API, lalu dicampur kedalam gelas piala.
6. Add kan larutan dengan API sampai 48 ml.
7. Menyaring larutan ke dalam Erlenmeyer bersih dan kering. Sebelumnya kertas saring dibilas dahulu dengan API.
8. Dipipet 10 ml larutan kemudian memasukannya ke dalam botol berpipet yang khusus digunakan untuk sediaan tetes mata.
9. Diberi etiket .
IV. Hasil Pengamatan
1. API
Dibuat API bebas O2 dengan cara memanaskan aquades secara bertahap selama 30 menit dihitung setelah air mulai mendidih dan ditambah 10 menit lagi.
( Disajikan dalam Lembar Penyediaan Aqua Pro Injeksi )
2. Sediaan
Sediaan dibuat dalam Botol tetes mata gelap dengan volume 10 ml
Sediaan berupa injeksi volume kecil ( Guttae )
Volume : 10 ml
Warna : jernih
pH : 6,5
3. Sterilisasi
Dilakukan Sterilisasi Aseptis












BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, kita akan coba membuat sediaan Obat tetes mata neomisin sulfat yang mengandung zat aktif dan zat tambahan antara lain : Benzalkonium klorida, Natrium edetat dan API. Obat tetes mata ini digunakan sebagai antibiotikum. Selain itu neomisin sulfat bisa juga digunakan untuk terapi jangka pendek infeksi okular eksternal superfisial disebabkan oleh organisme, memberi efek miotik untuk mengatasi midriasis yang disebabkan oleh atropine, dan menurunkan tekanan intraokular dan memberi efek miosis intensif sebelum pembedahan pada penanganan darurat glaukoma sudut terbuka.
Untuk stabilitas zat aktif, maka sediaan Obat tetes mata neomisin sulfat dapat dibuat dalam sediaan parenteral volume kecil (SPVK) yang harus bebas dari mikroba dan harus bebas pirogen, karena dikhawatirkan pirogen yang merupakan zat endotoksin dapat masuk kedalam darah akan terjadi reaksi negatif pada tubuh, seperti reaksi demam.
Pembawa yang digunakan untuk sediaan Obat tetes mata menggunakan Aqua Pro Injeksi bebas O2, karena dikhawatirkan akan terjadi reaksi samping, yaitu terbentuknya pengendapan CaCO3. Obat tetes mata ini harus dibuat dalam keadaan isotonis, maka pH sediaan harus sesuai dengan pH darah. Perhitungan isotonis yang digunakan oleh kami yaitu rumus white vincent, berdasarkan formula standar dihasilkan sediaan yang hipertonis maka perlu dilakukan pengurangan NaCl yang digunakan agar tetap dalam keadaan isotonis. Selain itu, Obat tetes mata harus bebas pirogen.
Volume sediaan yang inginkan yaitu 10 ml, perlu ditambahkan 200 % volume berlebih dari volume awal sebanyak 20 ml, karena agar setara dengan perbandingan kelarutan dalam 400 bagian air .Namun, saat pengisian sediaan kedalam wadah dan pemberian kepada pasien, jumlah obat yang dimasukkan tetap dalam volume 10 ml.
Proses sterilisasi sangat dibutuhkan untuk mendapatkan keadaan yang steril, bebas dari mikroorganisme. Proses sterilisasi yang dilakukan seharusnya filtrasi tapi karena alat untuk melakukan filtrasi maka kami mendapatkan dispensasi untuk melakukan sterilisasi dengan cara aseptis.
Pada proses sterilisasi yang kami strerilkan hanya alat – alat yang digunakan karena bahan – bahan (khususny zat aktif) tidak tahan terhadap pemanasn sehingga kami mendapatkan dispensasi.
Sedian yang dihasilkan berwarna putih jernih. pH yang dihasilkan sekitar 6 , pH yang dihasilkan hampir mendekati pH ideal mata adalah sekitar 7,4 tetapi hal ini tidak menjadi masalah karena dapat dinetralkan dengan bantuan air mata.







































BAB V

KESIMPULAN

• Hal yang dapat disimpulkan dalam praktikum pembuatan sediaan injeksi volume kecil yang berisi:
Bahan aktif : Neomisin Sulfat
Zat tambahan : Benzalkonium Klorida
Natrium Edeta
• Sedían akhir dari Obat tetes mata yang dihasilkan sediaan antara lain:
 Berwarna bening, jernih
 Dilihat dengan kasat mata tidak ada partikel yang melayang
 Semua bahan (zat aktif dan zat tambahan) larut sempurna di dalam larutan (air)
 pH yang dihasilkan 6
• Sterilisasi yang dilakukan secara aseptis

















DAFTAR PUSTAKA

Sulistiawati, Farida dan Suryani Nelly. 2009. Formulasi Sediaan Steril. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.
Farmakope Indonesia Edisi ketiga. 1979. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Farmakope Indonesia Edisi keempat. 1995. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Formularium Nasional Edisi Kedua. 1978. Departemen Kesehatan Repiblik Indonesia.
Wade, Ainley and Paul J.Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, second edition. London : The Pharmaceutical Press
Direction of the Council of The Pharmaceutical Society of Great Britain. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia Twenty eight Edition. London : The Pharmaceutical Press.
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi empat. Jakarta : Gaya Baru.
Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Anief, Moh. 2005. Farmaseutika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.













LAMPIRAN
ETIKET

Tidak ada komentar: