Assalamu'alaikum ...

Foto saya
depok, jawa barat, Indonesia
jadilah apa yang kau inginkan!

Selasa, 13 Juli 2010

OTM Pilokarpin HCl laporan 4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Sediaan obat mata
Sediaan obat mata adalah sediaan steril berupa salep, larutan atau suspense, digunakan untuk mata dengan jalan meneteskan, mengoleskan pada selaput lender mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Berbeda dengan mukosa usus yang merupakan organ untuk proses absorbs, permukaan maa bukanlah suatu tempat yang baik untuk proses penyerapan obat ooleh mata. Hal ini disebabkan karena :
a. Pengeluaran dan mengaliran air mata bertentangan dengan arah penebusan obat.
b. Struktur kornea mata yang khas.

Persyaratan sediaan obat mata :
a. Steril.
b. Larutan tetes mata harus jernih dan bebas partikel, asing, serat atau benang. Basis mata tidak boleh ioritasi terhadap mata.
c. Bila mungkin isohidris dengan cairan mata yaitu pH 7,4.(Diktat Kuliah,
Teknologi Farmasi Sediaan Steril, hal 301). Sedangkan pH yang masih bisa
ditolerir adalah 3,5 – 10,5. (The Pharmaceutical Codex, p. 163).
d. Bila mungkin isotonis, yang masih bisa diterima adalah 0,7 – 1,5 %. (TPC, p.
163).
e. Peringatan : sediaan tidak dapat digunakan 30 hari setelah dibuka.
B. Komponen larutan sediaan mata
a. Bahan aktif obat
Konsentrasi bahan aktif bahan obat dipilih berdasarkan studi keamanan, efikasi dan ketersediaan hayai pada binatang pemilihan bahan tambahan sesuai dengan sifat fisiko kimia bahan aktif dan dapat tersatukan serta rasional
b. Pengawet
Pemilihan system pengawet harus di dasarkan pada pertimbangan kompatibilitas, keamanan dan efikasi pengawet.
Syarat pengawet dalam tetes mata :
- Harus efektif dan efisien
- Tidak berionteraksi dengan bahan aktif atau bahan pembantu lainnya
- Tidak iritan terhadap mata
- Tidak toksik
Pengawet yang sering digunakan yaitu :
- Thiomersal (0.002%)
- Garam fenil merkuri (0,002%)
- Garam alkonium dan garam benzalkonium (0,002-0,01%) dalam kombinasinya dengan natrium edetat (0,1%)
- Klorheksidin (0,005-0,01%)
- Klorbutanol (0,5%)
- Benzilalkohol (0,5-1%).

c. Buffer
Tujuan penggunaan dapar pH adalah untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca. Kenaikan pH dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Garam alkaloid paling efektif pada pH optimal untuk pembentukan basa bebas tidak terdisosiasi. Tetapi pada pH ini obat mungkin menjadi tidak stabil, sehingga pH harus diatur dan dipertahankan tetap dengan penambahan dapar. Air mata mempunyai kapasitas dapar yang baik. Obat mata akan merangsang pengeluaran air mata dan penetralan akan terjadi dengan cepat asalkan kapasitas dapar larutan obat tersebut kecil (jumlah mol asam dan basa konjugat dari pendapar kecil). Garam alkaloid bersifat asam lemah dan kapasitas daparnya lemah. Satu atau dua tetes larutan obat mata ini akan dinaikkan pHnya oleh air mata. Dalam menyiapkan dapar dengan pH yang diinginkan, harus dipilih sistem asam garam yang pKa-nya mendekati pH yang diinginkan agar angka banding asam terhadap garam mendekati satu dan diperoleh keefektifan maksimal terhadap penaikan dan penurunan pH. Kriteria pemilihan untuk buffer harus didasarkan pada pH target larutan ( ditunjukan pada profil stabilitas pH bahan obat ), kompatibilitas, keamanan termasuk iritasi dan kapasitas buffer. Target pH yang disukai adalah 7,4 ± 0,2, dengan 6,0 – 8,0 sebagai rentang yang dapat diterima. Pengecualian adalah kasus – kasus dimana bahan obat ridak stabil pada rentang pH tersebut.
Buffer yang paling umum digunakan dan rentang pH nya adalah :
No Buffer pH
1 Asetat 4,5 – 5,5
2 Sitrat 3,5 – 6,0
3 Fosfat 6,0 – 8,0
4 Borat 7,0 – 8,0

d. Tonisitas
Nilai isotonisitas cairan dengan darah dan mempunyai nilai isotonisitas sesuai dengan larutan natrium klorida 0,9%. Secara ideal larutan obat mata harus mempunyai nilai isotonis tersebut, tetapi mata tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara dengan larutan natrium klorida P 0,6 % dan tertinggi setara dengan larutan natrium klorida P 0,2 % tanpa gangguan nyata. Nilai pH :
a. Air mata normal memiliki pH kurang lebih 7,4 dan mempunyai kapasitas dapar tertentu ( FI IV )
b. Menurut Art of Compounding pH obat tetes mata dapat mencapai harga pH antara 4,5 – 9 %
c. Menurut Troolie dan lessen pH antara 7,3 – 9,7 tidak memberikan rangsangan. pH lebih kecil dari 5,8 dan lebih besar dari 11,4 dapat merangsang mata
e. Bahan peningkat viskositas
Penggunaan bahan pengental dalaam obat tetes mata bertujuan sebagai bahan pelicin untuk lensa kontak dan meningkatkan waktu kontak antara sediaan dengan kornea, sehingga jumlah bahan aktif yang berpenetrasi dalam mata semakin meningkat. Tetes mata dalam air mempunyai kerugian, oleh karena mereka dapat ditekan keluar dari saluran konjunktival oleh gerakan pelupuk mata. Oleh karena itu waktu kontaknya pada mata menurun. Melalui peningkatan viskositas dapat dicapai distribusi bahan aktif yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak yang lebih panjang. Lagi pula sediaan tersebut memiliki sifat lunak dan licin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Oleh Karena itu sediaan ini sering dipakai pada pengobatan keratokonjunktifitis. Sebagai peningkat viskositas digunakan metal selulosa, hidroksimetil selulosa dan polivinilpiroridon (PVP).
f. Bahan pengkelat
Bahan pengkelat memiliki peran untuk membersihkan pengotor ion logam berat yang dapat memberiakan efek yang merugikan terhadap stabilitas obat tertentu. Contoh : disodium edetat.
C. Kategori farmakologi produk obat mata
Beberapa obat ini bekerja pada system syaraf otonomik sehingga harus di tangani denga hati – hati. Kelompok besar dari produk obat mata adalah sebagai berikut
a. Sebagai antimikroba dan anti inflamasi
Sifat pengobatan pada infeksi ocular berbeda-beda dab bergantung paa sifat mikroorganisme penyebab infeksi. Sebagian besar infeksi pada mata disebabkan oleh bakteri atau anti virus. Infeksi yang disebabkan jamur pada mata seperti keratitis jamur jarang dijumapi. Glaucoma ditandai dengan hipertensi ocular dengan hilangnya penglihatan secara cepat dan dapat menghasilkan kebutaan karena kerusakan apda syaraf optic dan retina. Glaucoma adalah penyakit yang sangat kompleks dimana seseorang dengan hipertensi ocular tidak dapat mengembangkan proses degeneratifnya yang berhubungan dengan glaucoma untuk waktu yang lama.
b. Midriatik dan siklopegik
Midriatik adalah obat yang mendilatasi pupil ketika diberikan secara topical pada mata. Siklopegik adalah obat yang menyebabkan paralisis ketika diberikan sebagai tetes mata topical. Midriasis diinduksi oleh obat simpatolitik atau parasimpatolitik.
c. Pengobatan “ dry eye syndrome “
“ Dry eye syndrome “ merupakan suatu kondisi dimana pasien mengeluh sakit mata yang mengarah pada sensasi terhadap kekeringan pada mata. Sindrom ini dihasilkan dari kekurangan aqueous dan komponen musin pada lapisan air mata pra kornea.
d. Produk intra ocular
Produk intra ocular dikalsifikasikan sebagai berikut : larutan irigasi, bahan viskoelastik, midriatik, miotik dan produk – produk enzim.
D. Absorbsi obat pada mata
Absorbsi obat yang diberikan secara oral atau parenteral dapat dievaluasi dengan mengukur konsentrasi obat dalam plasma atau urin sebagai ukuran ketersediaan hayatinya, ketersediaan hayati pemberian obat mata secara topical tidak dapat dievaluasi dengan mengambil sampel cairan jaringan ocular tanpa menyebabkan kerusakan ocular. Absorbsi produk obat mata yang diberiakn secara topical dipengaruhi oleh beberapa factor : volume kapasitas mata yang terbatas untuk menahan bentuk sediaan yang diberikan, laju sekseri dan laju alitan air mata, absorbsi oleh jaringan vascular konjungtiva, penetras obat – obat melintasi kornea dan sclera laju kedipan, dan reflex tangisan yang disebabkan oleh pemberian obat. Pengaliran dari tetes obat yang diberiakn melalui saluran naso lakrimal, dimulai sejak penetesan ke dalam saluran gastrointestinal jika volume caoran melampaui kapasitas dari cul-de-sac. Kelebihan cairan memasuki puncta lakrimal superior dan inferior turun melalui kanalikuli kemudian masuk kedalam lacrimal sac dan kemudian masuk kedalam saluran gastrointestinal
E. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses yang digunakan untuk membebaskan suatu bahan atau sediaan terhadap jasad renik.pernyataan steril merupakna hal yang absolute /mutlak sehingga hanya ada dua kemungkinan suatu sediaan dinyatakan steril atau tidak steril dan tidak ada antara keduanya.
I. Cara sterilisasi akhir
Cara ini merupakan cara sterilisasi umum dan paling banyak digunkan dalam pembuatan sediaan steril. Zat aktif harus stabil dengan adanya molekul air dan suhu sterilisasi. Dengan cara ini sediaan disterilkan pada tahap terakhir pembuatan sediaan. Semua alat setelah lubang-lubangnya ditutup kertas perkamen, dapat langsung digunakan tanpa perlu disterilkan lebih dahulu.
II. Cara aseptis
Cara ini terbatas penggunaanya pada sedian yang mengandung zat aktif peka suhu tinggi dan dapat mengakibatkan penguraian dan penurunan kerja farmakologisnya. Antibiotika dan beberapa hormon tertentu merupakan zat aktif yang sebaiknya diracik secara aseptis. Cara aseptis bukanlah suatu cara sterilisasi melainkan suatu cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan mencegah kontaminasi jasad renik dalam sediaan.
III. Sterilisasi panas dengan tekanan atau Sterilisasi uap (autoklaf)
Dengan memaparkan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme secara irreversible akibat denaturasi atau koagulasi protein sel. Sterilisasi ini dilakukan dengan suhu 121°C selama 30 menit. Autoklaf digunakan untuk mensterilkan alat-alat persisi seperti gelas ukur, pipet, corong beserta kertas saring, spuit.
IV. Sterilisasi panas kering (oven)
Terjadi melalui mekanisme konduksi panas. Panas akan diabsorpsi oleh permukaan alat yang disterikan lalu merambat kebagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Udara panas oven akan mematikan jasad renik meluli mekanisme dehidrasi-oksidasi terhadap mikroorganisme. Sterilisasi ini dilakukan dengan suhu 170°C selama 30 menit. Digunakan untuk mensterilkan alat-alat gelas non-persisi seperti beaker glass, elenmeyer, kaca arloji, cawan penguap, pinset logam, batang pengaduk.

F. Pengujian atau Evaluasi Obat tetes mata
1. Kejernihan Larutan (FI IV, <881>)
Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral.
Prosedur kerja:
o Masukkan ke dalam 2 tabung reaksi, masing-masing larutan zat uji dan suspensi padanan yang sesuai secukupnya, yang dibuat segar sehingga volume larutan
dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40 mm.
o Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan Suspensi padanan,
dengan latar belakang hitam.
o Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus ke arah
bawah tabung.
2. Volume Terpindahkan (FI IV, <1261>)
Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari 10 wadah satu persatu.
Prosedur kerja:
Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan gelembung udaa pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit.
Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran:
volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100 %, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95 % dari volume yang dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100 % dari yang tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95 % dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian terdadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100 % dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % seperti yang tertera pada etiket..
3. Penetapan pH
Diuji dengan:
• Kertas indikator pH, kertas dicelupkan ke dalam larutan dan hasil warna yang terbentuk dibandingkan terhadap warna standar.
• pH meter (FI IV, <1071>), Harga pH adalah harga yan gdiberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan terhadap Baku larutan dapar, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH. Pelarut untuk Larutan
dapar harus sama dengan pelarut sediaan.




BAB II
P R A F O R M U L A S I
A. Bahan aktif dan zat tambahan
Pilokarpin HCl
Rumus molekul : C11H16N2O2.HCl
Berat molekul : 244.72
Pemerian : Hablur tidak berwarna, agak transparan, tidak berbau; rasa agak
pahit; higroskopis dan dipengaruhi oleh cahaya, bereaksi asam terhadap
kertas lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol; sukar larut
dalam kloroform; tidak larut dalam eter. Larut 1 dalam 0,3 air; 1 dalam
alkohol; dan 1 dalam 360 kloroform.
Stabilitas : Mengalami hidrolisis yang dikatalisis oleh ion hidrogen dan hidroksida, terjadi epimerisasi pada pH basa. Peningkatan temperatur akan meningkatkan kecepatan hidrolisis bila pH larutan 10,4. pH stabilitas maksimum 5,12.
pH : pH larutan 5 % dalam air antara 3,5 dan 4,5. (Martindale, p. 1396).
OTT : Inkompatibel dengan klorheksidin asetat dan garam fenilmerkuri, juga dengan alkali, iodin, garam perak dan klorida merkuri.
∆Tf-nya : 0,26 °
Konsentrasi/dosis : Untuk perawatan glaukoma, konsentrasi dan frekuensi pemberian pilokarpin hidroklorida tergantung pada kebutuhan dan respon setiap individu. Dosis lazim = 1 – 2 tetes larutan 1 – 4 % setiap 4 – 12 jam. (AHFS 2002, hal 2718). Atau dosis lazim sekali = 0,1 ml larutan 0,5 – 4 %. Dosis maksimal sekali = 20 mg. (FI III, hal 498). Dosis 1 tetes larutan Pilokarpin HCl 2 % setiap 6 jam sebelum pembedahan untuk glaukoma kongenital atau goniotomy. (AHFS, p. 2718).
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Khasiat : Miotikum dan parasimpatomimetik


Benzalkonii kloridum
Rumus molekul: ( C5H5CH2N)CH3)2R+)CL-:R
Berat molekul : 360
Pemerian : Serbuk amorf berwarna putih atau putih kekuning-kuningan bersifat higroskopis dan berbau aromatis serta rasanya sangat pahit
Kelarutan : Sangat mudah laarut dalam air dalam etanol (95%) dan dalma aseton, zat anhidrat agak sukar larut dalam eter dan mudah larut dam benzen.
pH : 5-8
OTT : Alumunium surfaktan anionic, sitrat, kapas, lanolin, kaolin, iodide,HPMC,H2O2,
Sterilisasi : Sterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi.
Konsentrasi/dosis : 0.01-0.02
∆Tf ; 0.048 ˚
Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk dan kering.
Khasiat : Pengawet
Asam Acetat
Rumus molekul : CH3COOH
Berat molekul : 60.5
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna bau menusuk, rasa asam, tajam.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%), dan dengan gliserol.
pH : 4.5-5.5
E : 0.96
pKa : 4,76
Khasiat : Zat tambahan ( Pendapar )

Natrium Acetat
Rumus molekul : NaC2H3O2 .3H2O
Berat molekul : 136.08
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna bau menusuk, rasa asam, tajam.
Kelarutan : Mudah larut dalam air.
E : 0.45
Khasiat : Zat tambahan ( Pendapar )

B. Rancangan Produk
1. Nama Sediaan Jadi INDOCARP
2. Nama Bahan Aktif Pilokarpin HCL
3. Bentuk Sediaan Obat tetes mata
4. Dosis pemakaian
. Kemasan Botol OTM
SPESIFIKASI SYARAT
6. Pemerian :
Warna Bening Dilarutkan dan disaring
Bau Tidak berbau Tidak ditambahkan zat pengaroma
Rasa Tidak berasa Tidak ditambahkan zat perasa
Bentuk Larutan Memenuhi syarat umum larutan tetes mata
Wadah dan Penyimpanan
7. Penyimpanan -- Tertutup rapat dan kedap udara
Wadah Botol otm Dari plastic
Berwarna putih gading
8. Penandaan Golongan Obat
Keras










BAB III
F O R M U L A S I
1. Formulasi Standar

R/ Tiap 10 ml mengandung:
Pilokarpin HCL 500 mg
Benzalkonii kloridum 1 mg
Dintarii EDTA 5 mg
Pendapar asam asetat
Asam asetat
Natrium asetat
API 10ml

Usul Penyempurnaan
Volume sediaan dibuat menjadi 25 ml, agar sediaan tetap 10ml (pada saat pengerjaan dikhawatirkan terjadi pengurangan volume

Alat dan Cara Sterilisasi
Nama alat Jumlah Sterilisasi
Pinset 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Kaca arloji 4 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Beaker glass 5 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Erlenmeyer 2 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Gelas ukur 1 buah Autoklaf 1150 C selama 30 menit
Batang pengaduk gelas 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Corong gelas 1 buah Autoklaf 1150 C selama 30 menit
Kertas saring lipat 2 buah Autoklaf 1150 C selama 30 menit
Botol OTM 1 buah Rebus air panas selama 15 menit
Botol OTM + Sediaan 1 buah Autoklaf selama 15 menit
Spatula logam 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit
2. Formulasi Akhir yang akan dibuat
Tiap 10 ml mengandung :
R/ Pilokarpin HCL 3 %
Benzalkonii kloridum 0.001 %
Asam Acetat 2.19 mg
Na Acetat 5.25 mg
NaCL 50mg
API add 10

Perhitungan dan penimbangan bahan
 Diketahui : E pilokarpin = 0.21
E benzalkonium klorida = 0.15
E asam asetat = (17x 3.4/60) = 0.96
E Na asetat = 0.45
E NaCL = 1

 Perhitungan dapar
Asam acetat : Mr = 60 pKa: 4.76
Na asetat : Mr = 83 Ph: 5
Ka.Antilog 4.76= 0.575 x 10-5
{H+}= 10-5



= 1,73




 Kapasitas dapar = 0.1








 C = ( Garam ) + ( Asam )
0.01 = 1.76 ( Asam ) + Asam
0.01 = 2.73 ( Asam )
( Asam ) = 3.66 x 10-3
( Garam ) = 1.73 ( 3.66 x 10-3 )
= 6.33 x 10-3
 Asam = M/Mr x 1000/v
o x 10-3 = M/60 x 1000/10
M Asam = 2.19 mg
Konsentrasi asam dalam % : 0,0219 %
BJ asam asetat : 1,05
P = m/v
v = m/p
= (2,19 x 10-3)/1,05
= 2,08 x 10-3 ml (volume yang digunakan untuk membuat larutan asam asetat encer dari asam asetat pekat)



Dilakukan pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2
2,08 x 10-3 x 3,66 x 10-3 = 50 x M2
M2 = 1,5 x 10-7
Faktor pengenceran sebanyak 50 kali
Maka konsentrasi setelah mengalami pengenceran, menjadi :

[ ]1 = [ ]2 x 50
2,08 x 10-3 = [ ]2 x 50
[ ]2 = 4,16 x 10-6 ml


 garam M/Mr x 1000/v
6.33 x 10-3 = M/83 x 1000/10
M garam = 5.25 mg
Konsentrasi garam dalam persen : 0,0525 %

 Kesetaraan NaCL
Kes. NaCL = (0.75 x 0.21) + ( 0.001 x 0.15) + (0.00219 x 0.96) + (0.00525 x 0.45) + (0.05)
= 0.2 ( Hipotonis )

Penimbangan bahan :
Untuk 1 botol, volume dilebihkan 5 % sehingga menjadi = 10 ml + (5 % x 10) ml
= 10,5 ml
Volume 10,5 ml untuk dimasukkan ke dalam botol. Tujuan dilebihkan yaitu supaya volume terpindahkan tetap 10 ml. Untuk 2 botol dibutuhkan 21 ml. Untuk pembuatan dilebihkan 10 %, menjadi: = 21 ml + ( 21 x 10 % ) ml = 23,1 ml, jadi Volume total yang akan dibuat = 25 ml


a. Pilokarpin HCl
0.03 mg x 25 ml = 750 mg = 0.75 g

b. Benzalkonium klorida
Mengalami pengenceran
Benzalkonium klorida 50 mg
Maka, (1/50) x 25 ml = 0.5 ml

c. API 25 ml
d. Dapar
Asam Acetat 2.19 mg
Na Acetat 5.25 mg
e. NaCL 50 mg

Cara kerja
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Semua alat- alat yang digunakan disterilkan dengan oven dan autoklaf sesuai petunjuk sterilisasi alat diatas. Botl yang akan digunakan sebelumnya dikalibrasi menggunkan API dengan volume 10 ml.
a) Disiapkan Aqua Pro Injeksi bebas O2 dengan cara : ( Catatan : Dilakukan pada White Area )
b) Dipanaskan aquades diatas hotplate sampai mendidih.
c) Dihitung waktu pemanasan selama 30 menit (waktu mulai dihitung setelah air mendidih).
d) Dipanaskan lagi selama 10 menit agar diperoleh API bebas O2.

Pembuatan sediaan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
b. Zat aktif (pilokarpin HCl) dan zat tambahan (NaCl) ditimbang dengan kaca arloji, dimasukkan ke dalam beakerglass, dilarutkan dengan API ad larut (m1)
c. Larutan benzalkonium klorida yang telah diencerkan, diambil 0,2 ml kemudian ditambahkan ke dalam campuran m1
d. Menambahkan sisa API ke dalam campuran zat aktif sampai kira-kira 20 ml (dengan menggunakan gelas ukur), diaduk
e. Membasahi kertas saring lipat dengan API
f. Menyaring campuran zat aktif ke dalam erlenmeyer 100 ml yang telah ditara 25 ml. Membilas gelas ukur dengan API lalu disaring kembali ad 25 ml
g. Erlenmeyer yang berisi filtrat ditutup dengan kapas dan aluminium foil, lalu diikat dengan tali simpul champagne
h. Disterilkan dengan autoklaf selama 10 menit
i. Larutan obat dimasukkan ke dalam kemasan obat tetes mata yang telah disterilkan dengan etanol 70% dengan volume 10,5 ml tiap botol
j. Lakukan evaluasi sediaan obat tetes mata

3. Evaluasi Sediaan
1. Penampilan
Larutan berwarna bening, homogen, serta tidak ada partikel yang melayang.
2. Penetapan pH
Diuji dengan:
 Kertas indikator pH, kertas dicelupkan ke dalam larutan dan hasil warna yang terbentuk dibandingkan terhadap warna standar.
 pH meter (FI IV, <1071>), Harga pH adalah harga yan gdiberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan terhadap Baku larutan dapar, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH. Pelarut untuk Larutan
dapar harus sama dengan pelarut sediaan.






BAB IV
PEMBAHASAN

Tujuan praktikum kali ini membuat sediaan obat tetes mata, Obat tetes mata atau Guttae Opthalmicae adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata.Obat tetes mata yang dibuat yaitu obat tetes mata pilokarpin, Pilokarpin adalah senyawa alkaloid yang berasal dari tanaman Pilocarpus jaborandi dan Pilocarpus microphyllus, termasuk obat kolinergik parasimpatomimetik yang menyebabkan miosis bila dipakai sebagai obat tetes mata. Zat aktif yang dipilih adalah bentuk garam pilokarpin yaitu pilokarpin hydrochloridum karena mempertimbangkan bahwa alkaloid bebas kurang larut air daripada bentuk garamnya sedangkan sediaan obat tetes mata yang akan dibuat berupa larutan yang harus jernih. Tidak dipilih bentuk pilokarpin nitras karena pada pemeriannya dinyatakan beracun. Pilokarpin HCl merupakan bahan obat yang khas digunakan pada mata (opthalmologika) dengan kerja penyempit pupil (miotika), Pilokarpin HCl dibuat sedian tetes mata karena berfungsi sebagai miotik untuk pengobatan glaucoma. Sediaan tetes mata merupakan sediaan dosis ganda sehingga diperlukan bahan pengawet seperti Benzalkonium klorida.
Sediaan obat tetes mata pilokarpin memiliki pH 5.12, pH mungkin menjadi tidak stabil, sehingga pH harus diatur dengan penambahan dapar. Air mata mempunyai kapasitas dapar yang baik. Obat mata akan merangsang pengeluaran air mata dan penetralan akan terjadi dengan cepat asalkan kapasitas dapar larutan obat tersebut kecil (jumlah mol asam dan basa konjugat dari pendapar kecil). Garam alkaloid bersifat asam lemah dan kapasitas daparnya lemah. Satu atau dua tetes larutan obat mata ini akan dinaikkan pHnya oleh air mata. Dalam menyiapkan dapar dengan pH yang diinginkan, harus dipilih sistem asam garam yang pKa-nya mendekati pH Pilokarpin HCL yang diinginkan agar diperoleh keefektifan maksimal terhadap penaikan dan penurunan pH, nilai pKa yang mendekati Pilokarpin HCL ( 5.12 ) adalah Asam acetat dan Na Acetat dengan nilai pKa-nya adalah 4.76 pada range pH 4.5-5.5.
Zat tambahan yang dipakai dalam pembuatan sediaan obat tetes mata adalah :
1. Dapar pH yaitu dapar acetat yang berfungsi untuk untuk mencegah kenaikan pH
2. Pengawet yaitu benzalkonium klorida dengan konsentrasi 0.01 %
3. API berfungsi untuk melarutkan zat aktif dan zat tambahan
4. Tonisitas yaitu NaCL

Dalam pembuatan obat tetes mata dilakukan beberapa tahapan yaitu membuat aqua pro injeksi bebas O2 yang berasal dari aquabidestilata yang digunakan untuk melarutkan zat aktif dan zat tambahan, kemudian menimbang Pilokarpin HCL sebanyak 0.75 gr, Benzilkonium klorida 0.001, NaCL 0.05 gr, API sebanyak 25 ml. Tahap selanjutnya yaitu membuat sediaan obat tetes mata dengan melarutkan pilokarpin HCL dengan API secukupnya sampai larut, melarutkan Benzilkonium klorida dengan API secukupnya sampai larut, kemudian mencampurkan campuran tersebut ke dalam beker gelas , setelah itu melakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring yang sudah dibasahi dengan menggunakan API kedalam erlenmeyer. Menuangkan sedikit demi sedikit larutan tersebut kedalam gelas ukur, sebelum menacapai batas volume yang dibuat dilakuakan evaluasi cek PH terlebih dahulu. Tahap selanjutnya yaitu melakukan sterilisasi sediaan dengan menggunakan autoklaf selama 30 menti dengan suhu 121o C, tahap terakhir yaitu menuangkan sediaan yang sudah disterilisasi ke dalam botol obat tetes mata sampai tanda batas kalibrasi.

Kemudian kami melakukan evaluasi terhadap sediaan obat tetes mata Pilokarpin HCL, yang diperoleh dan di dapatkan data sebagai berikut :
1. Penampilan
Larutan berwarna bening, homogen, serta tidak ada partikel yang melayang.
2. Derajat Keasaman
Pilokarpin HCL memiliki nilai pH 5.12, sedangkan dari hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan kertas indicator universal didapatkan pH = 4.

Dari hasil evaluasi yaitu uji PH dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator universal dapat diketahui bahwa pH pada sediaan tidak sesuai dengan literature ( 5,12 ) yaitu 4. Hal ini disebabkan dalam pembuatan sediaan obat tetes mata tidak menggunakan dapar acetate yang berfungsi untuk menaikan pH sehingga pH sediaan tidak sesuai dengan literature.
Dalam proses pembuatan sediaan obat mata terdapat beberapa tahap yang termasuk dalam dispensasi yaitu :
1) Sterilisasi alat yaitu Erlenmeyer, kaca arloji, cawan penguap, kertas saring, baker glass, gelas ukur, batang pengaduk, corong, pinset, spatula.
2) pH
3) Tidak menggunakan dapar Acetat



























BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
- Formulasi sediaan obat tetes mata
Tiap 10 ml mengandung :
R/ Pilokarpin HCL 3 %
Benzalkonii kloridum 1mg
NaCL 50 mg
Dapar fosfat
Asam Acetat 2.19 mg
Na Acetat 5.25 mg
API add 10
- Proses sterilisasi yang di lakukan adalah Sterilisasi akhir.
- pH pada sediaan tidak sesuai dengan literature ( 5.12 ) yaitu 4

Saran
Dalam penyusunan praformulasi sediaan steril ( obat tetes mata ) kita harus memperhatikan kecocokan antara bahan aktif dan zat-zat tambahan.













Lampiran
INDOCARP ®
Tetes mata
____________________________________________________________________________
Mengandung Pilokarpin HCl 3%, Benzalkonium klorida 0,01%, Dapar Acetat
Komposisi:
Tiap 10 ml larutan mengandung
Pilokarpin HCl 3 %
Benzalkonium klorida 0,01 %
Asam acetat
Na Acetat
Mekanisme kerja:
Menurunkan tekanan intraokular, kontraksi sfinkter iris dan otot iris sehingga kontriksi pupil
Indikasi:
Midriasis karena Atropin, glaukoma dan sebelum pembedahan glaucoma sudut terbuka.
Kontraindikasi:
Pasien resiko retinal detachment
Efek samping:
Iritasi dan efek miosis awal
Peringatan dan Perhatian:
1. Jangan digunakan bila larutan berubah warna dan keruh
2. Untuk mencegah kontaminasi jangan memegang ujung mulut botol.
3. Botol ditutup rapat
4. Jauhkan dari jangkauan anak.
5. Bila terasa sakit, gangguan penglihatan, pemerahan (iritasi lanjut) yang makin parah lebih
dari 72 jam hentikan pemakaian dan segera hubungi dokter.
Dosis:
1 tetes pada mata setiap 6 jam
Penyimpanan:
Simpan pada suhu kamar, terlindung dari cahaya, ruang bersih dan kering.
Kemasan:
Tiap dus berisi satu wadah @ 10 ml
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
PT Naftalen Pharma
No. Reg : DKL02 005 010 07A 1
No. Batch : 63367
Tgl. Daluwarsa : November 2013
Etiket






























DAFTAR PUSTAKA

American Pharmaceutical Association. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient second edition. London: The Pharmaceutical Press.
Ansel, Howard.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Pharmacy, edisi keempat. Jakarta: UI press
Departement of pharmaceutical Science. 1982. Martindale the Extra Pharmacoeia 28th edition. London: The Pharmaceutical Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Badan Pengaeas Obat dan Makanan.
Hardjasaputra, S. L. Purwanto, Dr. dkk. 2002. Data Obat di Indonesia (DOI), edisi 10. Jakarta: Grafidian medi press.
ISFI. 2006. ISO Indonesia, volume IV. Jakarta: PT. Anem Kosong Anem (AKA).
Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: ANDI
Tjay, Tan Hoan, Drs, dkk. 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.

Tidak ada komentar: