Assalamu'alaikum ...

Foto saya
depok, jawa barat, Indonesia
jadilah apa yang kau inginkan!

Senin, 12 Juli 2010

Infus Glukosa Laporan 1

BAB I
PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang
Sediaan parenteral volume besar merupakan sediaan cairan steril mengandung obat yang dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia.
Keperluan akan ketersediaan parenteral volume besar meningkat dikarenakan:
1. Kebutuhan tubuh akan air, elektrolit dan karbohidrat yang kurang harus dengan cepat diganti
2. Obat banyak diberikan melalui infus, mengingat beberapa keuntungan, misalnya tidak menyuntik pasien berkali-kali
3. Mudah mengatur keseimbangan antara keasaman dan kebasaan obat dalam darah
4. Sebagai penambah zat makanan bila pasien tidak dapat makan.
5. Larutan penambah zat parenteral volume besar berfungsi sebagai dialisa pada pasien gagal ginjal.
Beberapa komponen fisiologis tubuh yang menunjang dapat diberikan bentuk sediaan parenteral volume besar seperti kebutuhan tubuh akan air, elektrolit, karbohidrat, asam amino, lipida, vitamin dan mineral.
Dengan cepatnya komponen penunjang fisiologi tubuh diganti maka kesehatan tubuh akan cepat tercapai.


I. 2. Tujuan
I.2.1. Tujuan Praktikum
• Mampu membuat dan memahami pembuatan sediaan steril bentuk sediaan parenteral volume besar atau infus
• Mampu memahami macam-macam teknik sterilisasi
• Mampu melakukan evaluasi sediaan steril infuse

I.2.2. Tujuan Pembuatan Sediaan
Formulasi sediaan disusun berdasarkan zat aktif yang digunakan, sehingga perlu diperhatikan ada atau tidaknya interaksi yang terjadi dengan zat tambahan yang digunakan agar obat/sediaan dapat digunakan secara efektif dan dapat memenuhi syarat-syarat resmi.

BAB II
TEORI DASAR

II.1. Pengertian Infus
Infus merupakan sediaan parenteral volume besar berupa sediaan cairan steril yang mengandung obat yang dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk menusia dan umumnya diberikan secara intravena dengan kecepatan pemberian dosisnya konstan.
Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk menambah cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena adalah sediaan parenteral dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Pada umumnya cairan infus intravena digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya yakni sebagai pembawa obat-obat lain.
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam wadah plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh karena volumenya yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena untuk menghindari toksisitas yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus intravena biasanya mengandung zat-zat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin.
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat. Sedangkan kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya dengan cara dimuntahkan

II.2. Tujuan Penggunaan Infus
1. Apabila tubuh kekurangan air, elektrolit dan karbohidrat, maka kebutuhan tersebut harus cepat diganti
2. Pemberian infus memiliki keuntungan karena tidak harus menyuntik pasien berulang kali
3. Mudah mengatur keseimbangan keasaman dan kebasaan obat dalam darah
4. Sebagai penambah nutrisi bagi pasien yang tidak dapat makan secara oral
5. Larutan penambah zat parenteral volume besar berfungsi sebagai dialisa pada pasien gagal ginjal.

II.3. Persyaratan Infus
1. Sediaan parenteral volume besar harus steril dan bebas pirogen, karena :
a. Sediaan yang diinjeksikan langsung ke dalam aliran darah (iv)
b. Sediaan yang ditumpahkan pada tubuh dan daerah gigi (larutan penguras)
c. Sediaan langsung berhubungan dengan darah (hemofiltrasi)
d. Sediaan langsung ke dalam tubuh (dialisa peritoneal).
2. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan yang ada dalam sediaan; terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia.
3. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya interaksi bahan obat dengan material dinding wadah.
4. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. untuk itu, beberapa faktor yang paling banyak menentukan adalah bebas kuman, bebas pirogen, bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral, isotonis, isohidris serta bebas bahan melayang.
II.4. Konsep Formulasi Sediaan Parenteral Volume Besar
A. Parameter Fisiologi
Beberapa komponen penunjang fisiologi tubuh dapat diberikan dalam bentuk sediaan parenteral volume besar seperti kebutuhan tubuh akan air, elektrolit, karbohidrat, asam amino, vitamin dan mineral. Apabila komponen penunjang fisiologi tubuh cepat diganti maka kesehatan tubuh akan segera tercapai.

B. Faktor Fisikokimia
- Kelarutan
Pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk membuat sediaan parenteral volume besar mudah larut, jadi kelarutan jarang menjadi hambatan. Kelarutan penting diperhatikan apabila sediaan yang dipakai sebagai pembawa obat lain atau terjadinya kristal dari beberapa zat.
- pH
pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat berpengaruh pada darah, kestabilan obat dan berpengaruh pada wadah terutama wadah gelas, plastik dan tutup karet. pH darah normal sebesar 7.35-7.45.
- Pembawa
Pada sediaan parenteral volume besar umumnya digunakan pembawa air, tetapi dapat juga dipakai emulsi lemak intravena yang diberikan sendiri atau kombinasi dengan asam amino atau dekstrose asalkan partikel tidak boleh lebih besar dari 0.5 μm.
- Cahaya dan Suhu
Cahaya dan suhu dapat mempengaruhi kestabilan obat. Contohnya yaitu vitamin yang harus disimpan dalam wadah terlindung cahaya.
- Faktor Kemasan
Bahan wadah sangat berpengaruh terhadap kestabilan obat parenteral volume besar seperti gelas, plastik dan tutup karet.

II.5. Sterilisasi Sediaan Parenteral
1. Sterilisasi Panas dengan Tekanan atau Sterilisasi Uap (Autoklaf)
Uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi pelepasan energy laten uap yang mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme secara ireversibel akibat denaturasi atau koagulasi protein sel. Sterilisasi uap merupakan metode paling efektif dan ideal, karena:
a. Uap merupakan pembawa (carrier) energy termal paling efektif dan semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan, sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi
b. Bersifat nontosik, mudah diperoleh, dan relative mudah di kontrol.

2. Sterilisasi Panas Kering
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas. Panas akan di absorbsi oleh permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Temperatur yang digunakan yaitu 150-170 oC. Pada sterilisasi panas kering, pembunuhan mikroorganisme terjadi melalui mekanisme oksidasi sampai terjadinya koagulasi protein sel.

3. Sterilisasi Gas atau Etilen Oksida
Sterilisasi gas merupakan pilihan lain yang digunakan untuk sterilisasi alat yang sensitive terhadap panas. Etilen oksida merupakan senyawa organic kelompok epoksida dari golongan eter.

4. Sterilisasi Radiasi
a. Ultraviolet (Efek Optimal pada 254 nm), digunakan untuk sterilisasi ruangan pada penggunaan aseptik.
b. Ion
Mekanismenya mengikuti teori tumbukan, yaitu sinar langsung menghatam pusat kehidupan mikroba (kromosom).

c. Gamma
Digunakan untuk sterilisasi alat kedokteran serta alat yang terbuat dari logam. Dosis efektifnya adalah 2,5 M Rad

5. Sterilisasi Filtrasi
Sterilisasi dengan penyaringan tergantung pada penghilangan mikroba secara fisik dengan adasorbsi pada media penyaringan atau dengan mekanisme penyaringan, yang digunakan untuk sterilisasi larutan yang tidak tahan panas.



BAB III
PRAFORMULASI

III.1. Kajian Praformulasi
G L U K O S A

Chemical Structure of Glucose Monohydrate
Sinonim : Dextrosum Monohydridicum; Glucosum Monohydricum; Glukosa monohydrát; Glukosmonohydrat; Glycosum; Grape Sugar
Nama Kimia : D-(+)-Glucopyranose monohydrate
Rumus molekul : C6H12O6.H2O
Bobot Molekul : 198.2
Injeksi glukosa mengandung Glukosa, C6H12O6.H2O, tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari 105,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.
Organoleptis
Bentuk : Serbuk hablur atau butiran putih
Warna : Tidak berwarna
Bau : Tidak berbau
Rasa : Rasa manis
Kelarutan
Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam etanol (95%) P mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P.
Sifat Kimia & Fisika
pH : 3.5 – 6.5
Farmakologi
Khasiat : Kalorigenikum
Indikasi : infuse vena perifer sebagai sumber kalori dimana
pengganti cairan dan kalori dibutuuhkan
Kontraindikasi : penderita sindrom malabsorbsi glukosa-galaktosa,
penderita koma diabetikum
Dosis : 2,5-11,5 % dan pada umumnya digunakan 5 %
Sterilisasi : disterilkan dengan Cara Sterilisasi A (Autoklaf) segera setelah dibuat
OTT
OTT terhadap cyanocobalamin, kanamyicin sulfat, novobiocin sodium atau warfarin sodium.
Rute Pemberian
Intra vena
Penyimpanan
Dalam wadah dosis tunggal, tertutup baik

ZAT TAMBAHAN
a. API (Bebas pirogen)
Sinonim : Aqua Pro Injeksi
Organoleptis
Bentuk : Larutan bebas pirogen
Warna : Jernih
Bau : Tidak berbau
Rasa : Tidak berasa
Khasiat : sebagai pelarut dalam injeksi

b. Sodium Chloride
Sinonim : Natrium Klorida
Bobot Molekul : 58.44
Organoleptis
Bentuk : Hablur heksahedral atau serbuk hablur putih
Warna : Putih atau tidak berwarna
Bau : Tidak berbau
Rasa : Asin
Khasiat : Sebagai larutan pengisotonis
Kelarutan : larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan
dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol
(95 ) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

III.2. Rancangan Formulasi
R/ Glukosa 10 g
API ad 200 ml

Alasan Pemilihan Bahan
Masalah Yang diinginkan Alternatif Pilihan Alasan
Zat aktif dibuat sediaan infus dengan pelarut air. Pelarut air yang jenis pelarutnya cocok dengan zat aktif Pelarut air jenis :
• Aqua bidest
• API bebas pirogen API bebas pirogen Zat aktif glukosa mudah larut dalam API dan sediaan harus bebas pirogen.
Zat aktif merupakan sediaan parenteral dengan banyak rute pemberian Zat aktif cepat mencapai efek terapetik menggunakan rute pemberian yang sesuai Dipilih rute pemberian secara :
• Intravena
• Subcutan
• Intramuskular Intravena






Karena larutan memiliki basis air dan menggunakan larutan isotonis sehingga baik diberikan langsung ke peredaran darah melalui intravena.
Pembuatan sediaan infus harus steril Sediaan bebas pirogen dan mikroorganisme menggunakan metode sterilisasi yang sesuai Dilakukan sterilisasi
• Akhir dengan autoklaf
• Aseptis dengan oven
Sterilisasi akhir dengan autoklaf Karena zat aktif tidak tahan terhadap proses pemanasan suhu tinggi

Wadah penyimpanan sediaan infus Digunakan jenis wadah yang sesuai dengan penggunaan dan penyimpanan Dipilih wadah infus berupa :
• Botol plastik bening
• Botol plastik gelap Botol plastik bening Zat aktif tidak mudah terdegradasi maupun teroksidasi oleh pengaruh cahaya.
Penandaan berdasarkan golongan obat bermacam-macam Penandaan golongan yang sesuai sebagai petunjuk penggunaan konsumen


= Obat keras


= Obat bebas terbatas


= Obat bebas




Obat keras



Karena penggunaan sediaan infus harus dengan resep dokter dan perlu dilakukan oleh tenaga ahli medis sehingga merupakan golongan obat keras


BAB IV
FORMULASI
IV.1. Data Zat Aktif
Daftar obat Dosis lazim Kelarutan pH Jenis sterilisasi Khasiat
Glukosa 2,5-11,5 % dan pada umumnya digunakan 5 % (Martindale) Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam etanol (95%) P mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P. 3.5 – 6.5 Autoklaf (sterilisasi akhir) Kalorigenikum

IV.2. Formula Standar Dari Fornas
Glucosi Injectio
Injeksi Glukosa
Komposisi. Tiap 500 ml mengandung :
Glukosum 25 g
Aqua pro Injectione hingga 500 ml
Penyimpanan. Dalam wadah dosis tunggal
Catatan.
1. pH 3,5 sampai 6,5
2. Tidak boleh mengandung bakterisida
3. Disterilkan dengan cara sterilisasi A segera setelah dibuat
4. Bebas Pirogen
5. Sediaan berkekuatan lain: 50 gr, 100 gr, 125 gr, 250 gr
6.
IV.3. Usul Penyempurnaan Sediaan
Formula yang dibuat bersifat hipotonis, sehingga perlu ditambahkan NaCl sebagai larutan pengisotonis.
IV.4. Alat dan Cara Serilisasinya
Masing-masing alat tidak perlu disterilkan terlebih dulu, karena metode yang digunakan adalah sterilisasi akhir (dilakukan ketika sediaan telah dibuat).
NAMA ALAT JUMLAH STERILISASI SUHU (0 C) WAKTU (Menit)
Spatel Logam 2 Oven 170 30
Pinset Logam 2 Oven 170 30
Batang pengaduk 1 Oven 170 30
Erlenmeyer 2 Oven 170 30
Kaca Arloji 2 Oven 170 30
Gelas Ukur 3 Autoklaf 115 – 116 30
Beacker glass 2 Oven 170 30
Corong 1 Oven 170 30
Pipet tetes tanpa karet 2 Autoklaf 115-116 30
Karet pipet 2 Direbus 30

IV.5. Formula Akhir
R/ Glukosa 10 g
API ad 200 ml

Perhitungan Volume yang dibuat
Akan dibuat infus sebanyak 1 buah, volume yang dibuat dilebihkan 10 % menjadi:
- Glukosa 10 % x 10 g = 1 gr, maka glukosa menjadi 10 g + 1 g = 11 g
Khusus untuk zat aktif, dilebihkan kembali 5 % untuk mengantisipasi larutan tertinggal di wadah pada saat pembuatan = 5 % x 11 g = 0.55 g, maka glukosanya menjadi 11 g + 0.55 g = 11.55 gr
- NaCl 10 % x 0.2 g = 0.02 gr, maka NaCl menjadi 0.2 g + 0.02 g = 0.22 g
- API 10 % x 200 ml = 20 ml, maka API di add 200 ml + 20 ml = 220 ml


Perhitungan dengan rumus :
Diketahui : E (ekivalensi NaCl) untuk glukosa = 0.16
1. White Vincent
V = W x E x 111.1
Keterangan :
V = volume (ml)
W = berat (gr)
E = ekivalensi NaCl

W = 11 g x 0.16 x 111.1
= 195.536 ml
Karena harus dibuat isotonis, maka obat dicampur dengan air sampai 195.536 ml, kemudian ditambahkan dengan pelarut isotonik sampai 220 ml (220ml – 195.536 ml = 24.464 ml)

NaCl yang harus ditambahkan yaitu :
W = = = 0.22 gr/220 ml

2. Kesetaraan NaCl
NaCl = 11 x 0.16 = 1.76
NaCl yang ditambahkan = ( x 220 ml ) – 1.76
= 1.98 ml – 1.76
= 0.22 gr / 220 ml

3. Harga Osmolaritas
M osmol/liter = gram/liter zat terlarut x 1000 x jumlah ion
BM zat terlarut
glukosa = 10 gr/ 200 ml = 50 gr/l
M osmole/l = 50 x 1000 x 1
198,17
= 252,3 sedikit hipotonis (tabel osmolaritas)

Tabel hubungan osmolaritas dengan tonisitas
Osmolaritas (m osmole/liter) Tonisitas
lebih dari 350 Hipertonis
329 – 350 Sedikit hipertonis
270 – 328 Isotonis
250 – 269 Sedikit hipotonis
0 – 249 Hipotonis

Perhitungan Bahan
- Glukosa = 11.55 g
- NaCl = 0.22 g
- API ad 220 ml = 220 ml – (11.55+0.22 ) = 220 ml – 11.77 = 208.23 ml
- Karbon aktif = 0.1 % x 220 ml = 0.22 ml

IV.6. Metoda Pembuatan
Pembuatan Injeksi Glukosa dilakukan dengan cara sterilisasi akhir di dalam autoklaf.
PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Membuat Aqua Pro Injeksi Bebas O2
Sejumlah aquadest dalam labu erlenmeyer ditutup dengan rapat agar tidak terkontaminasi O2 kemudian didihkan dan panaskan kembali selama 40 menit sehingga diperoleh API bebas O2
3. Menimbang zat aktif dan zat tambahan karbon aktif 0,1 % dengan kaca arloji.
4. Kalibrasi gelas piala sebanyak 220 mL dan wadah infus sebanyak 204 mL.
5. Tuangkan air steril untuk melarutkan zat dan membilas kaca arloji sampai tanda kalibrasi tercapai.
6. Timbang 0,1% karbon aktif, masukkan ke dalam larutan. Gelas piala ditutup kaca arloji dan disisipi batang pengaduk.
7. Hangatkan larutan pada suhu 500-700C selama sekitar 15 menit sambil sesekali diaduk.
8. Kertas saring ganda dan terlipat, dibasahi dahulu dengan API.
9. Pindahkan corong dan kertas saring ke erlenmeyer steril bebas pirogen.
10. Saring larutan hangat-hangat ke dalam erlenmeyer.
11. Ukur volume larutan dalam gelas ukur tepat 204 mL dan isikan langsung ke dalam wadah infus 204 mL
12. Pasang tutup karet botol infus steril, ikat dengan simpul champagne.
13. Sterilkan botol infus yang berisi larutan dalam autoklaf suhu 1150 – 1160 C selama 10 menit.
14. Pembuatan infuse tidak disertai cara IAD.

BAB VI
EVALUASI

1. Uji pH
pH sediaan yang diperoleh 6. pH tersebut sudah sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

2. Uji Penampilan
a. Bentuk : Sediaan berbentuk larutan.
b. Warna : Sediaan infus glukosa yang dibuat berwarna jernih.

3. Evaluasi wadah
Wadah botol yang digunakan berwarna bening dan tertutup rapat setelah di press dengan menggunakan alat penutup botol.

BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum steril kali ini, kami membuat sediaan parenteral volume besar berupa infus dengan zat aktif Glukosa. Infus merupakan sediaan parenteral volume besar berupa sediaan cairan steril yang mengandung obat yang dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk menusia dan umumnya diberikan secara intravena dengan kecepatan pemberian dosisnya konstan.
Sebelum kami membuat sediaan injeksi, maka langkah awal yang kami lakukan adalah membuat rancangan praformulasi terlebih dahulu, tujuan dari rancangan praformulasi untuk memilih metoda serta bahan tambahan yang sesuai untuk digunakan pada sediaan infus glukosa sesuai dengan sifat fisika kimia maupun stabilitas dari masing-masing zat tersebut. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa glukosa memiliki kelarutan mudah larut dalam air dan memiliki pH 3.5 – 6.5. Karena kelarutan dari glukosa yang mudah larut dalam air, sehingga kami menggunakan pelarut air berupa API (Aqua Pro Injeksi) yang harus steril dan bebas pirogen sesuai dengan persyaratan sediaan parenteral volume besar. Jika dilihat dari sifatnya, glukosa bersifat hipotonis sehingga kami harus menambahkan NaCl sebagai larutan pengisotonis dalam sediaan infus yang dibuat.
Pelarut yang digunakan dalam sediaan infus yang dibuat berupa API (Aqua Pro Injeksi) yang harus steril dan bebas pirogen. Pembuatan API (Aqua Pro Injeksi) bebas pirogen dilakukan dengan cara menambahkan karbon aktif sebesar 0.1 % dari jumlah total volume yang dibuat, kemudian dipanaskan larutan pada suhu 40-70oC dan didiamkan selama 15 menit yang selanjutnya disaring dengan menggunakan kertas saring rangkap dua. API (Aqua Pro Injeksi) yang digunakan harus bebas pirogen karena sediaan yang dibuat ditujukan untuk injeksi iv yang langsung dialirkan ke dalam darah.
Berdasarkan literatur, pembuatan infus glukosa ini dilakukan secara sterilisasi akhir segera setelah dibuat. Sterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 115oC selama 30 menit karena zat aktif yang digunakan tahan terhadap pemanasan.
Dari data praformulasi yang telah kami buat maka kami dapat menetapkan formula infuse glukosa terdiri dari glukosa dan API (Aqua Pro Injeksi) bebas pirogen. Glukosa memiliki konsentrasi 5 mg/ml dengan dosis tunggal sehingga tidak perlu ditambahkan pengawet dan zat tambahan lainnya. Pada sediaan injeksi pelarut air yang digunakan harus bebas pirogen, hal ini bertujuan untuk meminimalisasi terjadinya kontaminasi mikroorganisme.
Sediaan infus glukosa yang telah kami buat menghasilkan bentuk larutan yang berwarna jernih dan memiliki pH 6. Larutan dan pH yang diperoleh sudah sesuai dalam sediaan injeksi yang diinginkan. Wadah yang digunakan untuk menyimpan infus berupa wadah botol bening dan sesuai dengan yang diinginkan.

BAB VI
PENUTUP

VI.1. KESIMPULAN
• Infus merupakan sediaan parenteral volume besar berupa sediaan cairan steril yang mengandung obat yang dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk menusia dan umumnya diberikan secara intravena dengan kecepatan pemberian dosisnya konstan.
• Pembuatan sediaan infus glukosa menggunakan :
Zat aktif : Glukosa
Zat tambahan : API (Aqua Pro Injeksi) bebas pirogen sebagai pelarut
• Metode sterilisasi yang digunakan yaitu sterilisasi akhir
• Sediaan infus glukosa yang telah kami buat sudah sesuai dengan sediaan yang diinginkan, yaitu bentuk larutan yang berwarna jernih dan memiliki pH 6.

VI.2. SARAN
Fasilitas laboratorium sebaiknya dilengkapi lagi demi kelancaran proses praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. Ilmu Meracik Obat. 2004. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Anief, Muhamad.1993. Farmaseutika Dasar. Yogyakarta : UGM Press

Anonim. 1978. FORMULARIUM NASIONAL.Ed: II. Jakarta: DEPKES

Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. 1989. Jakarta : UI-Press.

Department of Pharmaceutical Sciences. Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-eight edition. 1982. London : The Pharmaceutical Press.

Depkes RI. Farmakope Indonesia Ed III.1979.Jakarta.

Depkes RI. Farmakope Indonesia Ed III.1979.Jakarta.

Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta : UI Press

Harjasaputra, Purwanto, dkk. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian Medipress

Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of Pharmaceutical excipients.Ed II.1994.London; The Pharmaceutical Press.





LAMPIRAN
ETIKET :

Tidak ada komentar: