Assalamu'alaikum ...

Foto saya
depok, jawa barat, Indonesia
jadilah apa yang kau inginkan!

Kamis, 08 Juli 2010

Infus Pendahuluan aja..

I. PENDAHULUAN
Sediaan parenteral volume besar : sediaan cair steril mengandung obat yg dikemas dlm wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia (Diktat Steril,176). Atau larutan produk obat yang disterilisasi akhir dan dikemas dalam wadah dosis tunggal dengan kapasitas 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. Parenteral volume besar meliputi infus intravena, larutan irigasi, larutan dialisis peritonal & blood collecting units with antikoagulant (Lachman Parenteral vol 1 hal 249)
Berdasarkan cara pemberiannya, sediaan parenteral volume besar terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Secara intravena (Turco hal 163 ) : = infus intravena = venoclysis
2. Non intravena (Turco hal 177) :
a. Larutan dialisis, contoh : Peritoneal Dialysis Solution (Turco,180), Hemodialysis (Turco, 181)
b. Larutan irigasi, contoh : Surgical Irrigating Solution (Splash Solution) = Sodium Chloride for Irrigation (Turco, 178), Urologic Irrigation Solution (Turco, 179), Glycine Solution (Turco, 179), Sorbitol Solution (Turco, 180), Urologic Solution G / Suby’s Solution (Turco, 180).
Rute pemakaian secara intravena diindikasikan untuk keadaan : (The Pharmaceutical Codex, ed.12 hal 415)
1. Obat tidak dapat diabsorpsi secara oral
2. Terjadinya absorpsi yang tidak teratur setelah penyuntikan secara intramuskular
3. Obat menjadi tidak aktif dalam saluran pencernaan
4. Perlunya respon yang cepat
5. Pasien tidak dapat mentoleransi obat atau cairan secara oral.
6. Rute pemberian secara intramuskular atau subkutan tidak praktis
7. Obat harus terencerkan secara baik atau diperlukannya cairan pembawa
8. Obat mempunyai waktu paruh yang sangat pendek dan harus diinfus secara terus menerus
9. Diperlukan perbaikan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
10. Obat hanya bersifat aktif oleh pemberian secara intravena
Keuntungan pemberian secara intravena (Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, hal 401)
1. Dapat digunakan untuk pemberian obat agar bekerja cepat, seperti pada keadaan gawat.
2. Dapat digunakan untuk penderita yang tidak dapat diajak bekerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan melalui oral.
3. Penyerapan dan absorbsi dapat diatur.
Di samping keuntungan-keuntungan dari pemberian secara intravena, terdapat pula kemungkinan terjadinya komplikasi seperti : (The Pharmaceutical Codex, ed.12 hal 415)
1. Emboli udara
2. Inkompatibilitas obat
3. Hipersensitivitas
4. Infiltrasi atau ekstravasasi
5. Sepsis
6. Thrombosis atau phlebitis (terbentuknya trombus akibat rangsang tusukan jarum pada dinding vena, Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, hal 401)
7. Kerugian yg lain: (Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, hal 401)
• Pemakaian sediaan lebih sulit dan lebih tidak disukai oleh pasien.
• Obat yang telah diberikan secara intravena tidak dapat ditarik lagi.
• Lebih mahal daripada bentuk sediaan non sterilnya karena lebih ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi (steril, bebas pirogen, jernih, praktis bebas partikel).

A. DEFINISI
• FI edisi III hal. 12
Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak. Emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar. Diameter fase dalam tidak lebih dari 5 m. kecuali dinyatakan lain, infus intravenous tidak diperbolehkan mengandung bakterisida dan zat dapar. Larutan untuk infus intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel. Emulsi untuk infus intravenous setelah dikocok harus homogen dan tidak menunjukkan pemisahan fase.
• FI IV hal 10
Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 ml.
• BP 2002, hal 1889
Infus merupakan sediaan steril, berupa larutan atau emulsi dengan air sebagai fase kontinu; biasanya dibuat isotonis dengan darah. Prinsipnya infus dimaksudkan untuk pemberian dalam volume yang besar. Infus tidak mengandung tambahan berupa pengawet antimikroba.
Larutan untuk infus, diperiksa secara visible pada kondisi yang sesuai, adalah jernih dan praktis bebas partikel-partikel. Emulsi pada infus tidak menujukkan adanya pemisahan fase.
• Turco hal 163
Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah bertanda volume 100 ml atau lebih. Sediaan ini dapat dikemas dalam wadah yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dikosongkan secara cepat dan dapat mengandung volume lebih dari 1000 ml. Sediaan ini dikemas dalam unit dosis tunggal, dalam wadah gelas atau plastik yang sesuai, harus steril, bebas pirogen dan bebas bahan partikulat. Karena diberikan dalam volume besar, maka tidak ditambahkan bakteriostatik untuk mencegah keracunan yang dapat dihasilkan dari jumlah total bakteriostatik yang dikandung.
• Repetitorium Teknologi Farmasi Sediaan Farmasi hal 23
Infus adalah larutan dalam jumlah besar (terhitung mulai 50 ml) yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Harus steril dan bebas pirogen, sebaiknya isotoni dan isohidri, tetapi larutan dengan pH 4,0-7,5 masih bisa diterima.
• RPS ed 18 vol 3 hal 1570
Injeksi volume besar yang ditujukan untuk pemberian melalui infus intravena , biasa disebut cairan intravena dan termasuk golongan produk steril parenteral volume besar yang merupakan injeksi dosis tunggal dengan volume 100 ml atau lebih dan tidak mengandung zat tambahan cairan intravena, dikemas dalam wadah dengan kapasitas antara 150-1000 ml.

B. FAKTOR-FAKTOR PENTING
1. Persyaratan Infus Intravena (FI edisi III hal 12)
a. Sediaan steril berupa larutan atau emulsi
b. Bebas pirogen
c. Sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah
d. Infus emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar, diameter fase dalam tidak lebih dari 5 m
e. Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar
f. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel
g. Emulsi untuk infus intravena setelah dikocok harus homogen dan tidak menunjukkan pemisahan fase, diameter globul fase terdispersi untuk infus intravena harus dinyatakan
h. Volume netto / volume terukur tidak kurang dari nilai nominal
i. Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal.
j. Penandaan : (FI Ed. IV hal 1020)
Etiket pada larutan yang diberikan secara intra vena untuk melengkapi cairan, makanan bergizi, atau elektrolit dan injeksi manitol sebagai diuretika osmotik, disyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya.
Jika keterangan mengenai osmolalitas diperlukan dlm monografi masing-masing, pada etiket hendaknya disebutkan kadar osmolar total dlm miliosmol per liter.
k. Memenuhi syarat injeksi. Kecuali dinyatakan lain, syarat injeksi meliputi (FI III, 19):
• Keseragaman bobot
Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas yg tertera pada daftar berikut, kecuali satu wadah yang boleh menyimpang tidak lebih dari 2 kali batas yang tertera.
Bobot yang tertera pada 0etiket Batas penyimpangan %
Tidak lebih dari 120 mg + 10
Antara 120 – 300 mg ± 7,5
300 mg atau lebih ± 5
• Keseragaman volume.
Volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Kelebihan volume yang dianjurkan tertera dalam daftar di bawah ini,

Volume pada etiket Volume tambahan yang dianjurkan
Untuk cairan encer Untuk cairan kental
0,5 ml 0,1 ml 0,12 ml
1 ml 0,1 ml 0,15 ml
2 ml 0,15 ml 0,25 ml
5 ml 0,3 ml 0,5 ml
10 ml 0,5 ml 0,7 ml
20 ml 0,6 ml 0,9 ml
30 ml 0,8 ml 1,2 ml
50 ml atau lebih 2% 3%
• Pirogenitas (tercakup di atas)
Untuk sediaan lebih dari 10 ml, memenuhi syarat Uji Pirogenitas yang tertera pada Uji Keamanan Hayati.
• Sterilitas (tercakup di atas)
Injeksi harus memenuhi syarat Uji Sterilitas yang tertera pada Uji Keamanan Hayati.
• Penandaan : Pada etiket harus juga tertera, untuk:
a. injeksi berupa suspensi: ”kocok dahulu”
b. injeksi yang mengandung antibiotik: kesetaraan bobot terhadap UI dan daluwarsa.
c. serbuk untuk injeksi: 1. volume pelarut atau zat pembawa yg diperlukan, dan 2. jika akan digunakan dilarutkan dalam pelarut atau zat pembawa yang tertera pada etiket dan harus segera digunakan.
 Sediaan parenteral volume besar harus steril dan bebas pirogen karena (Diktat Kuliah, 186) :
- Sediaan diinjeksikan langsung pada aliran darah (infus intravena)
- Sediaan ditumpahkan pada tubuh dan daerah gigi (larutan irigasi)
- Sediaan langsung berhubungan dengan darah (hemofiltrasi)
- Sediaan langsung ke dalam tubuh (dialisa peritoneal)
2. Karakteristik Cairan Infus (The Pharmaceutical Codex, ed.12 hal 427)
Karakteristik fisikokimia larutan infus intravena yang paling umum digunakan dan relevan secara klinik adh parameter aktivitas osmotik yg dinyatakan dalam terminologi osmolalitas (jumlah osmol zat terlarut per kg pelarut), osmolaritas (jumlah osmol zat terlarut perliter larutan), dan isotonisitas. Konsentrasi zat terlarut biasa dinyatakan dalam osmol atau miliosmol. Osmolalitas larutan adalah jumlah osmol zat terlarut per kilogram pelarut (mosmol/kg), sedangkan osmolaritas larutan adalah jumlah osmol zat terlarut per liter larutan (mosmol/liter). Osmolalitas kurang lebih sama dng osmolaritas pada larutan encer tapi tidak pada larutan pekat. Osmolalitas normal plasma 280-295 mosmol/kg.
3. Aspek Klinik (The Pharmaceutical Codex, ed.12 hal 429)
Osmolalitas dan tonisitas sangat penting dalam terapi infus secara intravena. Infus isotonik termasuk diantaranya larutan NaCl 0,9%, glukosa 5%, dan campuran NaCl 0,18% dan glukosa 4%. Larutan-larutan ini ideal untuk pemberian perifer, walaupun pemberian berlebih infus isoosmotik NaCl 0,9% dapat menyebabkan peningkatan volume carian ekstraseluler yang dapat menyebabkan berlebihnya cairan dalam sistem sirkulasi terutama pada pasien manula dan anak kecil. Larutan hipotonis bervolume besar untuk penggunaan parenteral biasa disesuaikan atau diatur tonisitasnya dengan penambahan NaCl atau glukosa agar diperoleh larutan isotonis. Ada beberapa kekecualian, misalnya penggunaan larutan NaCl 0,45% (154 mosmol) yang digunakan untuk penanganan dehidarasi khususnya pada pasien diabetes.
4. Perbedaan infus dan injeksi
(Benny Logawa hlm 23, Di TS 2005 ditulis pustakanya:Wattimena, Dasar-Dasar Pembuatan dan Resep-Resep Obat suntik, Hal 103 tp buku ini sdh tdk ada di perpus Dep.FA)

No Kriteria Injeksi Infus
1 Pemberian Terapi melalui suntikan Pengganti cairan plasma, elektrolit, darah, dll,
Memberi tambahan kalori
2 Metode pemberian Suntikan Tetesan
3 Alat Alat suntik Peralatan infuse
4 Volume pemberian Maks 20-30 ml (lazim 10 ml) Bisa sampai beberapa liter
5 Lama pemberian Maks 15-20 menit (lazim 1 menit) Bisa beberapa jam
6 Pembawa Air, gliserin, propilenglikol, minyak lemak, etil oleat, dll Air
7 Isohidris Bila memungkinkan baru dilakukan Diperlukan
8 Isotonis Bila memungkinkan baru dilakukan Mutlak perlu
9 Tekanan osmotik Tidak penting artinya Penting untuk larutan yang mengandung molekul koloid seperti dekstran, gelatin, PVP, dll
10 Isoioni Tidak penting Pada beberapa infus harus diperhatikan
11 Bebas pirogen Tidak ditekankan kecuali jika 1 kali suntik lebih dari 10 ml Mutlak perlu
12 Wadah Ampul, vial Botol infus
13 Larutan Dapar BOLEH menggunakan dapar TIDAK BOLEH menggunakan dapar


C. BERBAGAI TUJUAN&PENGGUNAAN
1. Kegunaan Cairan Intravena. Larutan sediaan parentral volum besar digunakn utk: (Ansel, 448)
a. Terapi pemeliharaan
Bila penderita tidak dapat menerima nutrisi atau cairan lewat mulut untuk masa yang agak lebih lama (3-6 hari) maka dapat digunakan larutan yang mengandung kalori tinggi.
Bila penderita dirawat dengan diberi cairan parenteral hanya untuk beberapa hari, maka digunakan larutan sederhana yang mengandung air dan dextrosa secukupnya. Pada keadaan dimana pemberian makanan lewat mulut harus tertunda untuk beberapa minggu atau lebih lama, nutrisi lengkap parenteral harus diberikan. Yang termasuk dalam larutan ini adalah protein hidrolisat, karbohidrat, vitamin, mineral, elektrolit dan air yang cukup.
b. Terapi pengganti
Pd keadaan tjd kehilangan byk air&elektrolit spt diare berat/muntah, mula-mula dpt diberikn larutan parentral dlm jumlah yg lebih besar dr yg lazim kmd diberikn terapi pengganti.
c. Kebutuhan air
Terapi pengganti air untuk orang dewasa, dibutuhkan 70 ml air per kg/hari disamping kebutuhan air untuk pemeliharaan. Karena pemberian air secara intravena dapat menyebabkan hemolisis osmotik sel darah merah, dan karena penderita yang menerima air umumnya memerlukan nutrisi atau elektrolit, maka pemberian air secara parenteral umumnya sebagai larutan yang mengandung dextrosa atau elektrolit sehingga larutan mempunyai tonisitas yang cukup untuk mencegah sel darah merah pecah.
d. Kebutuhan elektrolit
Kebutuhan kalium setiap harinya adalah kurang lebih 100 mEq dan kehilangan kalium setiap harinya kurang lebih 40 mEq, sehingga pada terapi pengganti, harus paling sedikit dikandung 40 mEq ditambah sejumlah yang dibutuhkan untuk pengganti kehilangan tambahan. Natrium kation merupakan kation utama ekstrasel. Kebutuhan Na rata-rata 135-170 mEq (8-10 gr NaCl). Tubuh dapat menahan natrium bila ion ini hilang atau jumlahnya kurang dalam makanan. Bila terjadi kehilangan natrium, pemberian 3-5 gr NaCl (51-85 mEq) setiap harinya akan mencegah imbangan negatif natrium. Walaupun elektrolit dan mineral lain seperti kalsium, Mg, dan besi hilang dari tubuh, tetapi umumnya mineral-mineral tersebut tidak dibutuhkan selama terapi parenteral jangka pendek.
e. Kebutuhan kalori
Umumnya penderita yg memerlukan cairan parenteral diberi dextrosa 5% utk memperkecil kekurangan kalori yg biasa terjadi pd penderita yg mengalami terapi penggantian atau pemeliharaan. Penggunaan dextrosa juga mengurangi ketosa & kerusakan protein.
f. Hiperalimentasi parenteral
Merupakan infus yang mengandung sejumlah besar nutrisi dasar yang cukup untuk sintesis jaringan aktif dan pertumbuhan. Digunakan pada pemberian larutan protein jangka panjang lewat intravena yang mengandung dextrosa kadar tinggi (kurang lebih 20%), elektrolit, vitamin, dan pada beberapa keadaan mengandung insulin.
2. Parenteral volume besar telah digunakan untuk: (Lachman, Pharmaceutical Dosage Form:Parenteral, vol I, 1992, hal 250 ; Diktat Steril, 1994, hal 176)
1) Mensuplai kebutuhan air, elektrolit, dan karbohidrat sederhana yang diperlukan oleh tubuh.
2) Bertindak sebagai pembawa untuk obat-obat yang dapat bercampur dengan larutan infus.
3) Mensuplai kebutuhan nutrisi pada saat bahan makanan tidak dapat diberikan secara oral (TPN=Total Parenteral Nutrition).
4) Sebagai larutan untuk memperbaiki keseimbangan asam-basa tubuh.
5) Bertindak sebagai cairan pengganti plasma.
6) Meningkatkan diuresis pada saat tubuh banyak menahan cairan.
7) Bertindak sebagai agen dialisis pada pasien penderita gagal ginjal.
3. Cairan intravena biasa digunakan pd kondisi klinik tertentu, a.l: (RPS ed.18, hal 1570)
1) Memperbaiki keseimbangan elektrolit
2) Memperbaiki gangguan pada cairan tubuh (pengganti cairan tubuh)
3) Memerlukan nutrisi dasar tubuh
4) Dasar untuk keperluan TPN (Total Parenteral Nutrition)
5) Sebagai pembawa bagi obat-obat lain

D. METODE PEMBERIAN INTRAVENA (Turco hal 193)
1. Macam metode pemberian
Perbedaan metode pemberian dilakukan dengan pertimbangan kecepatan pencapaian kadar obat dalam darah dan untuk meminimumkan tingkat iritasi yang dapat timbul karena pemberian obat.
• Terapi kontinu
a. Infus intravena, obat dilarutkan dalam cairan infus dan diteteskan perlahan-lahan ke dalam vena. Dengan metoda ini secara simultan dapat menyempurnakan terapi obat dan cairan, secara kontinu konsentrasi obat dalam darah konstan.
b. Hook-ups, menggunakan sebuah tabung dengan klem yang menghubungkan dua wadah cairan infus
• Terapi periodik
a. Metode Piggyback, digunakan dalam pemberian dua macam cairan; jarum infus II diinjeksikan ke karet pada sistem jarum infus I.
b. Pemberian intravena secara langsung (Direct iv Push/Bolus), larutan obat diinjeksikan secara langsung ke dalam vena dalam selang waktu yang pendek.


2. Laju pemberian (Turco, hal 203-212)
Laju pemberian yang tepat akan menjamin keamanan dan efektivitas obat hingga menimbulkan respon yang diinginkan. Sebaliknya, laju pemberian yang tidak tepat akan dapat membahayakan pasien, antara lain (Turco hal 212) :
a. Respon melambat atau mencapai konsentrasi toksik
b. Meningkatkan kemungkinan flebitis dan tromboflebitis
c. Infiltrasi yang rumit
d. Menyebabkan edema pulmonar yang dapat menyebabkan rusaknya fungsi ginjal dan jantung
e. Menyebabkan speed shock
f. Menimbulkan masalah metabolisme
Laju pemberian infus intravena didasarkan pada luas area permukaan tubuh dan usia pasien serta komposisi cairan. Laju dan volume total pemberian seringkali dibatasi oleh kemampuan pasien untuk menerima cairan tersebut, misalnya pada kasus gagal ginjal dan hati.
Laju pemberian normal/lazim untuk larutan isotonis dengan viskositas rendah (dextrosa 5%, NaCl fisiologis, ringer laktat) adalah 125 ml/jam = 1 liter tiap 8 jam atau 2 mL/menit. Larutan sangat hipertonik seperti larutan hiperalimentasi digunakan dengan kecepatan tidak lebih dari 1 L setiap 8 jam atau 3 L setiap 24 jam. Kecuali pada kasus khusus (kehilangan darah, shock, tujuan anestesi) laju pemberian dapat 1 liter tiap 1,5 jam = 11 ml/menit.
Laju pemberian infus intravena dapat dinyatakan dalam beberapa cara : 1000 ml tiap 8 jam, 1000 ml pada 50 ml/jam, 30 tetes/menit.
Metode yang paling sederhana adalah dengan bantuan gaya gravitasi, dimana agar cairan mengalir, wadah harus diletakkan di atas pasien, biasanya digantung  3 kaki di atas pasien. Cairan mulai mengalir apabila penjepit klem dibuka yang diikuti dengan masuknya udara ke dalam wadah (untuk wadah plastik, agar cairan mengalir, tidak dibutuhkan masuknya udara ke dalam wadah). Dalam hal ini laju dapat diatur dengan menghitung jumlah tetesan yang masuk ke dalam drip chamber.
Untuk menentukan laju aliran yang diminta, harus diketahui jumlah tetesan/ml yang dihasilkan oleh infus administration set.

Misal : diketahui set alat menghasilkan 10 tetes/ml, maka :
• untuk cairan 1000 ml yang diberikan selama 480 menit
Laju = 1000 ml = 2,08ml /mnt x 10 tetes/ml = 20,8 tetes/menit  21 tetes/mnt
480 menit
• untuk cairan R/ diberikan dengan laju 50 ml/jam
Laju = 50 ml/60 mnt = 0,83 ml/menit x 10 tetes/ml = 8,3 tetes/menit  8 tetes/mnt


II. FORMULASI
A. FORMULA UMUM
R/ Zat berkhasiat
Zat tambahan (pengisotoni, adjust pH)
Pembawa

B. PREFORMULASI
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan infus parenteral :
(Diktat Kuliah Steril, hal 177-181)
1. Parameter Fisiologi
Beberapa komponen yang menunjang fisiologi tubuh dapat diberikan dalam bentuk sediaan parenteral volume besar yaitu air, elektrolit, karbohidrat, asam amino, lipida, vitamin, dan mineral. Dgn cepatnya komponen penunjang fisiologi tubuh diganti maka kesehatan tubuh akan cepat tercapai. Berikut ini kebutuhan kation dan anion tubuh:


Elektrolit Intravaskular
(m eq / L) Interstitial
(m eq / L) Intraseluler
(m eq / L)
Na+ 142 145 10
K+ 4 4 160
Ca+2 5 5 2
Mg+2 2 2 26
Cl- 102 115 2
HCO3- 27 30 8
HPO4-2 2 2 120
SO4-2 1 1 20
Asam organik 6 7 -
Protein 16 1 48

Tekanan Osmosa/Osmolaritas merupakan faktor fisiologi penting yg berpengaruh pd formulasi. Tekanan osmosa adl perpindahan pelarut dan zat terlarut melalui membran permeabel yang memisahkan 2 komponen, dinyatakan dalam osmole per kilogram = osmolarita
Daftar osmolarita beberapa sediaan parenteral volume besar yang penting :
Larutan BM Kons (g / l) Jumlah ion mosmole/L Tonisitas
Plasma
NaCl
Dekstrosa -
58,5
198 -
9
50
200 -
2
-
- 306
308
252
1010 Isotonis
Isotonis
Isotonis
hipertonis

2. Faktor Fisikokimia
a. Kelarutan
Pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk membuat sediaan parenteral volume besar mudah larut, jadi kelarutan tidak menjadi hambatan.
Kelarutan menjadi hal yang harus diperhatikan apabila sediaan parenteral volume besar dipakai sebagai pembawa obat lain, atau terjadinya kristal pd beberapa zat (cth : manitol 13 g dlm 100 ml air pd suhu <14oC maka cenderung mengendap  membentuk kristal) .
Cara pembuatan juga berpengaruh terhadap kelarutan, misalnya pada larutan SUBI “G”
R/ Asam sitrat monohidrat 2,65 g
Na sitrat dihidrat (tribasik) 0,808 g
Mg O anhidrat 0,384 g
Aquadest ad 100 ml
Pembuatan : Asam asetat dan Na sitrat dilarutkan dulu dalam air sehingga diperoleh pH rendah lalu ditambah sedikit demi sedikit MgO sambil dikocok.
b. pH
pH darah normal adalah 7,35-7,45 sehingga bila sediaan parenteral volume besar mempunyai pH di luar batas tersebut akan menyebabkan masalah pada tubuh.
pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat menyebabkan :
1. Berpengaruh pada tubuh terutama darah
2. Berpengaruh pada kestabilan obat
3. Berpengaruh pada wadah terutama wadah gelas, plastik, dan tutup karet.
Pengaturan pH sangat penting artinya dalam mempersiapkan sediaan farmasi terutama sediaan parenteral. Dgn pengaturan pH dpt dicegah kemungkinan merugikan&diperoleh beberapa keuntungan sbb: (G. Agoes, Larutan Parenteral, p59-61)
1. akan dapat menjamin stabilitas larutan obat suntik
2. mencegah perubahan warna dari larutan obat suntik
3. mengurangi sifat merangsang dari bahan berkhasiat
4. untuk mendapatkan efek terapi yang optimal dalam pengobatan
5. menghindari kemungkinan terjadinya reaksi-reaksi sediaan yang telah selesai.
Obat-obat suntik sebaiknya mempunyai pH yang mendekati pH fisiologi 7,4 yang berarti isohidris dengan darah dan cairan tubuh lainnya. Tetapi dalam pelaksanaannya hal ini sulit karena kebanyakan obat pada pH ini tidak stabil.
Tujuan utama pengaturan pH dalam sediaan injeksi adalah untuk mempertinggi stabilita sehingga obat-obat tersebut tetap mempunyai aktivitas dan potensi, jadi bukan untuk membuat pH larutan tersebut mendekati pH fisiologi ttp bila hal ini bisa mk akan lebih baik.
Kekurangan pemakaian dapar seringkali larutan menjadi agak hipertonis, meskipun tidak begitu merugikan. Yang perlu diperhatikan adalah pendaparan yang jauh menyimpang dari pH 7,4 akan memperlambat dan mempersulit penyerapan obat, karena penyerapan baru akan terjadi apabila kapasitas dapar telah ditiadakan. pH larutan yang tidak didapar boleh bergeser antara 3-5 sedangkan untuk larutan yang didapar sebaiknya sekitar 5,5-7,5 agar waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan pengaruh zat pendapar tidak terlalu lama. Untuk infus tidak boleh pakai dapar.
c. Pembawa
Pada sediaan parenteral volume besar umumnya digunakan pembawa air tetapi dapat juga dipakai emulsi lemak intravena yang diberikan sendiri atau dikombinasi dengan asam amino dan atau dekstrosa asalkan partikel tidak boleh lebih besar dari 0,5 µm.
d. Cahaya dan Suhu
Cahaya dan suhu dapat mempengaruhi kestabilan obat misalnya vitamin harus disimpan dalam wadah terlindung dari cahaya atau larutan mengandung dekstrosa dengan kadar tinggi harus terlindung dari suhu yang tinggi.
e. Faktor Kemasan
Bahan pembuat wadah sangat berpengaruh terhadap kestabilan obat parenteral volume besar, seperti gelas, plastic, dan tutup karet.. Harus diusahakan kemasan tidak mempengaruhi kestabilan obat untuk sediaan parenteral volume besar.

3. Stabilisator pada sediaan parenteral volume besar
Bahan penambah seperti dapar (menurut FI III, tidak boleh ditambahkan), antioksidan, komplekson jarang ditambahkan pada sediaan parentaral volume besar.

C. PERHITUNGAN DAN CONTOH
(Voigt, Rudolf, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1995 : 486-489, Repetorium Benny Logawa hlm 8)

• TONISITAS
Lihat di TS injeksi

• OSMOLARITAS
(FI Ed. IV hal 1020)
Etiket pada larutan yang diberikan secara intra vena untuk melengkapi cairan, makanan bergizi, atau elektrolit dan injeksi manitol sebagai diuretika osmotik, disyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya.
Keterangan kadar osmolar pada etiket suatu larutan parenteral membantu untuk memberikan informasi pada dokter apakah larutan tersebut hipo-osmotik, iso-osmotik, atau hiper-osmotik.
Satuan kadar osmolar = miliosmol (disingkat mosmol) zat terlarut per liter larutan
Kadar osmolar ideal dapat ditentukan dengan rumus :

g/liter zat terlarut
m osmole / liter = x 1000 x jumlah ion
BM zat terlarut




 CONTOH PERHITUNGAN
1. Diketahui : Larutan 0,9% NaCl, BM = 58,5
NaCl  Na+ + Cl- jumlah ion = 2
M osmolarita NaCl = ?
Jawab : Larutan 0,9% NaCl = 0,9 g/100 ml = 9 g/L
m osmole/liter = 9 x 1000 x 2 = 307,7 (isotonis)
58,5
2. Osmolaritas glukosa anhidrat 5%
5 % glukosa anhidrat = 5 g/100 ml = 50 g/L
BM = 180,2 ; n = 1
mosM/L = 50/180,2 x 1 x 1000
= 277,46 ( isotonis )
Hubungan Antara Osmolarita Dan Tonisitas
Osmolarita
(m osmole / liter) Tonisitas
> 350 Hipertonis
329-350 Sedikit hipertonis
270-328 Isotonis
250-269 Sedikit Hipotonis
0-249 Hipotonis
Isoosmotik: jika suatu larutan memiliki tekanan osmose sama dengan tekanan osmose serum darah, maka larutan tersebut dikatakan isoosmotik. (0,9% NaCl memiliki tekanan osmose 0 ,86 atm)


III. METODE DAN PROSEDUR PEMBUATAN
A. METODE STERILISASI
Umumnya infus disterilisasi akhir dengan autoklaf, jika ada bahan tidak tahan suhu autoklaf maka sterilisasi akhir dengan radiasi gamma (jika tahan radiasi gamma) tetapi bila tidak tahan radiasi gamma maka sterilisasi akhir dengan filtrasi. Untuk mengurangi bioburden, alat & semua bahan disterilkan dgn cara sterilisasi yg sesuai dan proses aseptik, baik untuk sterilisasi filtrasi maupun sterilisasi akhir dengan autoklaf/radiasi gamma.
Teori cara sterilisasi lihat pada cara sterilisasi TS injeksi
*Sterilisasi alat lihat pd jurnal siap salin infus hal atau Benny logawa hal 44

B. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
Akan dibuat sediaan infus .X.., sejumlah..A..botol @..Z...ml dengan kekuatan sediaan…W..%

Perhitungan
Sediaan yang ditugaskan untuk dibuat sebanyak .A..botol @ Z..ml ditambah keperluan evaluasi :
Penetapan volume injeksi dalam wadah 1 botol atau lebih
Pemeriksaan bahan partikulat dalam injeksi 1 botol
Penetapan pH 0 botol (setelah penetapan vol)
Uji kebocoran semua (tidak destruktif)
Uji kejernihan larutan semua (tidak destruktif)
Identifikasi 3 botol
Penetapan kadar 3 botol
Uji sterilitas 10 botol
Uji endotoksin bakteri 2 botol
Uji pirogen 2 botol
Penetapan potensi antibiotik secara mikroba (bila zat antibiotik) 1 botol +
Total B botol
Jumlah Sediaan Jumlah Botol Volume Jumlah
Tugas A X ..... ml .....
Evaluasi B X ..... ml .....
Jumlah C X ..... ml P ml
Jadi, total sediaan yang akan dibuat adalah…A…botol (yang ditugaskan) ditambah .....B....botol untuk evaluasi = …C…botol.

Kelebihan volume tiap wadah untuk cairan encer untuk sediaan dengan volume lebih dari 50,0 ml yaitu 2% (FI IV hal 1044)
→ 2% X 500 ml X C botol = ..Q.. ml
Total volume = P ml + Q ml = ...R.. ml

Kelebihan volume total untuk antisipasi kehilangan selama proses = 10%
→ 10% X R ml = S ml
Maka volume total yang dibuat adalah = R ml + S ml = T ml
Kesimpulan : jumlah bulk yang akan dibuat T ml infus....

Penimbangan
Formula yang akan dibuat :
R/ Zat aktif W %
Zat Tambahan N %
Aqua pro injeksi ad Z mL

• Zat aktif : ...W..% x T ml = .F..gram
• Zat aktif dilebihkan 5% (Benny Logawa hlm 28) atau sesuai monografi sediaan (selisih rentang kadar dibagi 2) untuk mengantisipasi kehilangan akibat absorbsi oleh karbon aktif
Zat aktif : F gram + 5% = G gram
Total jumlah.....(zat aktif) yang digunakan adalah : F gram + G gram = H gram
• Karbon aktif 0,1% b/v (terhadap volume total) = 0,1% X T ml = K gram
• Zat tambahan : N % x T ml
• Aqua pro injeksi ad T ml

Zat dalam formula Bobot dalam formula (..Z...ml) Bobot untuk .T...ml
(yang akan dibuat)
Zat aktif ..................... mg ..................... mg
Eksipien 1 ..................... mg ..................... mg
Eksipien 2 ..................... mg ..................... mg
Dst ..................... mg ..................... mg
Kesimpulan :
Untuk membuat sediaan infus...% sebanyak C botol, @....ml diperlukan :
 Zat aktif :..H..gram
 Karbon aktif :...K..gram
 dll.....................................
 Aqua pro injectione hingga T ml


C. PROSEDUR UMUM PEMBUATAN
Lebih lanjut lihat di jurnal siap salin infus

1. Penyiapan ruangan
Ruangan disterilisasi dengan penyinaran lampu ultraviolet selama 24 jam.
2. Alat yang dibutuhkan
Pembuatan infus membutuhkan alat dengan volume besar dan bebas pirogen. Gelas piala yang digunakan dikalibrasi dulu sesuai dengan volume larutan yang dibuat.
Kemasan : Flakon ….. mL (sesuai kebutuhan)
*Sterilisasi alat lihat pd jurnal siap salin infus hal 6 atau Benny Logawa hal 44.
3. PROSEDUR
a. Zat aktif ditimbang dalam kaca arloji (penimbangan dilebihkan 5 %)
b. Masukkan ke dalam gelas piala steril yang sudah dikalibrasi sejumlah volume infus yang akan dibuat
c. Tuangkan aqua pro injeksi untuk melarutkan zat aktif dan untuk membilas kaca arloji, tuangkan sampai tanda batas
d. Gerus karbon aktif, timbang sebanyak 0,1 % b/v, masukkan ke dalam larutan (3), gelas piala ditutupi kaca arloji dan disisipi batang pengaduk
e. Panaskan larutan pada suhu 60-70 OC selama 15 menit (waktu dihitung setelah dicapai suhu 60-70 OC) sambil sesekali diaduk.
f. Siapkan Erlenmeyer, corong, dan kertas saring rangkap 2 yang telah terlipat dan telah dibasahi air bebas pirogen (air bebas pirogen telah dibuat sebelumnya). Airnya ditampung di Erlenmeyer lain (disiapkan 2 Erlenmeyer).
g. Saring larutan hangat-hangat ke dalam Erlenmeyer
h. Ukur volume larutan dalam gelas ukur tepat sesuai volume infus per botol. Kekurangan volume di ad dengan aqua bidestilata bebas pirogen (yang telah disiapkan) yang terlebih dahulu digunakan untuk membilas gelas piala dan kemudian disaring ke dalam Erlenmeyer.
i. Tuang larutan ke dalam kolom G3 dengan bantuan pompa penghisap (pori-pori kertas Whattman 0,22 µm) kemudian dimasukkan ke dalam botol infus yang sudah ditara
j. Botol ditutup dengan flakon steril, kemudian diikat dengan simpul champagne
k. Sterilisasi akhir dalam autoklaf pada suhu 121 OC selama 15 menit
l. Sediaan diberi etiket dan dikemas dalam dus dan disertakan brosur informasi obat

Catatan :
• Pencampuran eksipien dilakukan di awal, dengan cara melarutkan dahulu eksipien masing2 baru ditambahkan ke dalam larutan stok
• Aqua pro injeksi maksudnya air yang sudah disterilkan dalam autoklaf
• Air bebas pirogen dibuat sebelumnya untuk menggenapkan sediaan
• Pembuatan aqua bidestilata yang telah dididihkan 30 menit sejak air mendidih, kemudian didinginkan dan digunakan sebagai pembawa larutan infus yang mengandung air. Jika diperlukan bebas oksigen maka air tersebut didinginkan sambil dialiri gas nitrogen.


IV. EVALUASI DAN PENYIMPANAN
* Uraian mengenai masing-masing evaluasi dpt dilihat pd TS injeksi

A. EVALUASI FISIKA, KIMIA, DAN BIOLOGI
1. Evaluasi Fisika
• Penetapan pH (FI IV <1071> hal 1039-1040)
• Penetapan volume injeksi dalam wadah (FI IV <1131> hal 1044)
• Bahan partikulat dalam injeksi (FI IV <751> hal 981-982)
• Uji Kebocoran (GA, Lar.Parenteral hal 191)
• Uji kejernihan dan Warna (GA, Lar.Parenteral hal 201)
2. Evaluasi Kimia
• Penetapan kadar (sesuai monografi)
• Identifikasi (sesuai monografi)
3. Evaluasi Biologi
• Uji sterilitas (FI IV <71> hal 855-863)
• Uji pirogen (FI IV <231>hal 908-909)
• Uji Endotoksin Bakteri (FI IV <201> hal 905-907)
• Penetapan potensi antibiotik (FI IV <131> hal 891-899)  khusus untuk sediaan infus antibiotik.

B. Pengemasan dan Penyimpanan
• Infus intravena disimpan dalam wadah dosis tunggal (FI edisi III, hal 12).
• Volume injeksi wadah dosis tunggal dapat memberikan jumlah tertentu untuk pemakaian parenteral sekali pakai dan tidak ada yang memungkinkan pengambilan isi dan pemberian sebesar 1 liter (FI edisi IV, hal 11).

C. Penandaan (FI edisi IV, hal 11)
Pada etiket tertera nama sediaan, untuk sediaan cair tertera persentase atau jumlah zat aktif dalam volume tertentu, cara pemberian, kondisi penyimpanan dan tanggal kadaluarsa, nama pabrik pembuat dan atau pengimpor serta nomor lot atau bets yang menunjukkan identitas. Nomor lot dan nomor bets dapat memberikan informasi tentang riwayat pembuatan lengkap meliputi seluruh proses pengolahan, sterilisasi, pengisian, pengemasan, dan penandaan.
Bila dalam monografi tertera berbagai kadar zat aktif dalam sediaan parenteral volume besar, maka kadar masing-masing komponen disebut dengan nama umum misalnya Injeksi Dekstrosa 5% atau Injeksi Dekstrosa (5%) dan Natrium Klorida (0,2%).
Bila formula lengkap tidak tertera dalam masing-masing monografi, untuk sediaan cair penandaan mencakup informasi sbb; % isi atau jumlah tiap komponen dalam volume tertentu, kecuali bahan yang ditambahkan untuk penyesuaian pH atau untuk membuat larutan isotonik, dapat dinyatakan dengan nama dan efek bahan tersebut.
Pemberian etiket pada wadah sedemikian rupa sehingga sebagian wadah tidak tertutup oleh etiket, untuk mempermudah pemeriksaan isi secara visual.
Menurut BP’2001 hal 1805 label pada sediaan infus harus mencantumkan jumlah isi atau volume sediaan.
Menurut FI IV hal 1020 jika keterangan mengenai osmolalitas diperlukan dlm monografi masing-masing, pada etiket hendaknya disebutkan kadar osmolar total dlm miliosmol per liter. Jika kandungan kurang dari 100 ml, atau jika pada etiket disebutkan bahwa sediaan tidak untuk suntikan langsung, tetapi larutan harus diencerkan sebelum digunakan, etiket dapat menyebutkan kadar osmolar total dalam miliosmol per liter.

D. Wadah yang Digunakan
1. Wadah Plastik untuk Sediaan Parenteral Volume Besar (Diktat Steril, hal 107-109)
a. Poliolefin
Poliolefin banyak digunakan untuk wadah plastik untuk sediaan parenteral volume besar karena sifatnya yang menguntungkan.
Ada 3 jenis poliolefin yang dipakai, yaitu :
i) Polipropilen
( -CH2 – CH – CH2 – CH - )n
 
CH3 CH3
dengan beberapa keuntungan, misalnya :
• Mempunyai titik leleh yang relatif tinggi yaitu 165C hingga dapat disterilkan pada 116C di otoklaf tanpa rusak.
• Tahan terhadap asam kuat atau basa kuat pada temperatur kamar.
• Dapat dipakai untuk sediaan gas (aerosol) karena kristal polimernya membuat plastik tahan terhadap tekanan.
Contoh formula polipropilen :
R/ Polipropilen resin 99,45 – 99,99
Anti oksidan 0,01 – 0,025
Lubrikan 0,05 – 0,3
Pemilihan anti oksidan pada polimer polipropilen sangat penting untuk mendapatkan kualitas yang baik.
Anti oksidan polipropilen yang dipakai, misalnya :
 Distearilpentaeritritol difosfat
 Trisnonifenil fosfit (TNPP)
 Fenol tersubstitusi

ii) Polietilen
iii) Kopolimer antara propilen dan etilen

b. Polivinil Klorida (PVC)
Polivinil khlorida merupakan gabungan dari vinil dan monokhloro etana, dengan adanya suatu inisiator (misalnya peroksida organik atau garam persulfat organik).
Polimerisasi dari gas vinil khlorida seperti :
R1 – O – O – R2  R1O + R2O

H Cl
 
R – C – C + CH2 = CHCl
 
H H


H Cl H H
   
R – C – C – C – C
   
H H H Cl
Plastik dari polivinil khlorida dibagi 2, yaitu :
i) Elastis, sekitar 45% dari polimer polivinil khlorida, lebih jarang dipakai untuk wadah dalam sediaan parenteral terutama untuk sediaan parenteral volume besar.
ii) Rigid, sekitar 55% dari polimer polivinil khlorida dan paling banyak dipakai, terutama karena residu monomer vinil khloridanya < 1 ppm.
Contoh formula polivinil khlorida :
R/ PVC resin 99 – 100
Bahan penambah plastis 30 – 40
Stabilisator 0,25 – 7
Stabilisator yang dipakai misalnya Zn stearat, garam Pb atau bentuk esternya dan garam logam berat lainnya.

2. Wadah Gelas (Diktat Kuliah Teknologi Farmasi Sediaan Steri, hal 88)
Gelas Borosilikat (tipe I)
Wadah gelas borosilikat mengandung Na2O pada jumlah kecil, sedang kandungan Al2O3 sangat tinggi. Oleh karena itu daya tahan kimia gelas tipe I sangat tinggi, yaitu tahan terhadap produk alkali, terutama disebabkan oleh kandungan Al2O3 yang tinggi. Pemberian B2O3 akan membantu proses pelelehan karena hanya digunakan Na2O dalam jumlah kecil.
Gelas tipe I untuk membuat wadah tiup dalam bentuk tabung, misalnya vial, ampul, badan alat suntik (syringe) dan bagian infus set. Beberapa sediaan parenteral volume kecil dikemas dalam alat suntik gelas sekali pakai (disposable one-trip glass syringe).


V. CONTOH SEDIAAN INFUS YANG ADA DI PUSTAKA

Infus Glukosa 5% / Dekstrosa 5%
• Infus Intravena Glukosa (BP’88; Martindale edisi 29 hal 1265) :
Merupakan larutan steril dari glukosa anhidrat atau monohidrat. Potensi dinyatakan sebagai bentuk glukosa anhidrat. Penyimpanan : pada suhu tidak lebih dari 25C.
• Injeksi Glukosa (USP XXII)
Adalah larutan steril dari glukosa anhidrat atau monohidrat, tidak mengandung antimikroba. Potensi dinyatakan dalam glukosa monohidrat. pH larutan yang mengandung tidak lebih dari 5% glukosa adalah 3,5 – 6,5.
• Injeksi Glukosa (Fornas 1978, hal 137)
Tiap 500 ml mengandung glucosum 25 g, aqua pro injectione hingga 500 ml.
Penyimpanan : dalam wadah dosis tunggal.
Catatan :
1. pH 3,5 – 6,5
2. Tidak boleh mengandung bakterisida
3. Disterilkan dengan cara sterilisasi A (pemanasan dalam otoklaf), segera setelah dibuat
4. Bebas pirogen
5. Sediaan berkekuatan lain : 50 g, 100 g, 125 g, 250 g
Formula :
Formula usulan :
R/ Glukosa anhidrat 5%
HCl 0,1 N secukupnya hingga pH 5,5
Aqua pro Injectione ad 250 ml
Formula alternatif :
R/ Glukosa monohidrat 5%
HCl 0,1 N secukupnya hingga pH 5,5
Aqua pro Injectione ad 250 ml

Perhitungan Tonisitas :
Formula usulan :
ENaCl glukosa anhidrat = 0,18
1 g glukosa anhidrat 0,18 NaCl
5 g glukosa anhidrat 5 x 0,18 = 0,9 (isotonis)
Formula alternatif :
ENaCl glukosa monohidrat = 0,16
1 g glukosa anhidrat 0,16 NaCl
5 g glukosa anhidrat 5 x 0,16 = 0,8 (hipotonis)
Pengisotoni : glukosa yang ditambahkan = (0,9 – 0,8) : 0,16 = 0,625 g

Perhitungan mOsmolarita : (glukosa anhidrat) BM = 180,2
Formula usulan :
Glukosa anhidrat 5% = 5 g/100 ml = 50 g/L = (50/180,2) mol/L
= 277,46 mmol/L = 277,46 mOsmol/L



Goeswin Agoes “Larutan Parenteral”, tahun 1967

Nomor Formula Nama Sediaan Nomor Formula Nama Sediaan
109 Injeksi glukosa 156 Injeksi NaCl
110 Injeksi glukosa dan NaCl 158 Injeksi NaI
111 Injeksi glukcosi Locke Ringeri 159 Injeksi Na-laktat
126 Injeksi KCL dan glukosa 163 Injeksi Na-p-aminosalisilat
127 Injeksi K-Na-klorida 164 Injeksi Na3PO4 isotoni
138 Injeksi K-Na-laktat 203 Injeksi Ringer dengan glukosa
136 Injeksi Manitol 204 Injeksi ringer laktat
148 Injeksi Na2CO3 asam

Turco hal 174-177
• Injeksi I-Arginine HCl (Turco,p 174)
• Urea (bentuk lyophilized) (Turco,p 174)
• Manitol (Turco,p 175)
• Dekstran 70, Dekstran 40 (Turco,p 176)
• Injeksi Na-bikarbonat 5 % (Turco,p 176)
• Injeksi Na-laktat 1/6 molar (Turco,p 176)
• Injeksi Ammonium klorida 2,14% (Turco,p 177)



BP Martindale 29, hal 1023
1. Ringer Injection
Adalah larutan steril yang mengandung Natrium Klorida 860mg, Kalium Klorida 30mg, Kalsium Klorida dihidrat 33mg, Aqua PI ad 100ml. tidak mengandung antimikroba, pH 5.0 sampai 7.5.
Tiap liter mengandung kira-kira 147.5 mmol dari Natrium, 156 mml Klorida, 4mmol Kalium dan 2.25 mmol kalsium.
2. Ringer Irrigation
Larutan steril yang mengandung Ntrium Klorida 860mg, kalium Klorida 30 mg, kalsium Klorida dihidrat 33 mg, Aqua PI ad 100ml. Tidak mengandung zat antimikroba, pH 5.0-7.5 . it should be not used for injection or irrigation tahat might result in absorption into the blood.
3. Plasma-lyte. 50/30 (travenol, UK).
Infus Intravenus, hipertonik. Glukosa anhidrat 50 g, Kalium Klorida 2.24g,Natrium Asetat 1.63g, NaCl 1.52g, Na Laktat 1.35g, mg Klorid 508mg, Ca Klorid 441mg. Per liter mengandung kira-kira Na 50mmol, Ca 3mmol, Mg 2.5mmol, Cl 67mmol, asetat 12mmol. Laktat 12mmol
4. Plasma-Lyte 148 in Water (Travenol, UK)
Infus IV, isotonic, Na Cl 5.26g, Na glukonat 5.02, Na Aset 3.68g, KCl 370mg, MgCl 300mg. per liter kira-kira mengandung Na 140mmol, K 5mmol, Mg 1.5mmol, Cl 98mmol, asetat 27mmol, glukonat 23mmol.
5. Plasma-lyte 148 with 5% dextrose (Travenol, UK)
Inf. IV, hipertonik. Glukosa anhidrat 50g, NaCl 5.26g, Na glukonat 5.02g, Na asetat 3.68g, KCl 370mg, MgCl 300mg. per liter kira-kira mengandung Na 140 mmol, K 5mmol, Mg 15mmol, Cl 98mmol, asetat 27mmol, glukonat 23mmol.
6. Plasma-Lyte M in with dextrose ( Travenol, UK)
Inf. IV. Hipertonik. Glukosa anh 50g, Na asetat 1.61g, Na Laktat 1.38 g, KCl 1.19g, NaCl940mg, CaCl2¬, 370mg, MgCl 300mg. per liter kira-kira mengandung Na 40 mmol, K 16mmol, Ca 2.5mmol, Mg 1.5mmol, Cl 40mmol, asetat 12mmol, laktat 12mmol
BP Martindale 29, hal 1028
7. Compound Sodium Lactate I.V Inf (BP)
Larutan steril yng mengandung Na laktat 0.25% (disiapkan dari asam laktat) NaCl 0.6% KCl 0.04%. CaCl2 0.027% dalam Aq. P.I. per liter menmgandung Na 131mmol, K 5 mmol, Ca 2mmol, Bicarbonat (as laktat) 29 mmol, Cl 111 mmol. Sterilisasi dg autoclave pH5-7. simpan pada temperature tidak lebih dari 250.
8. Laktat Ringer Injection (USP)
Larutan steril dari CaCl, KCl, NaCl dan Na Laktat dalam Aqua PI. Tiap liter mengandung kira-kira Na 130mmol, K 4mmol, Ca 2.7mmol, Cl 104 sampai 115 mmol dan laktat 26-29 mmol. Tidak mengandung antimikroba. pH 6-7.5
9. Sodium Laktat I.V Infus (BP)
Larutan steril 1.85% larutan Na laktat dalam aq.pi yang dipersiapkan dari asam laktat. Tipa liter mengandung kira-kira Na 167 mmol, dam bikarbonat (sebagai laktat) 167 mmol, injeksi kira-kira one-sixth molar. Disterilisasi dengan auticlav pH 5-7. penyimkpanan di tempat dengan suhu tidak lebi dari 250.

BP Martindale 29, hal 1038
10. Potassium Chlorida and Glocosa IV Infusion (BP)
Larutan steril dari KCl dan Glukosa anhidrat atau glukosa dalam aq. pi. Disterilkan dengan autoklav pH 3.5-6.5 simpan pada suhu tidak lebih dari 250
11. Potassium and Sodium Chlorid IV Infusion (BP)
Larutan steril dari KCl dan Na Cl dalam aq.pi disterilasi denga outoklav pH3.5-6.5 simpan pada suhu tidak lebih dari 250
12. Potassium Chloride, Sodium Chloride and Glucose IV infusion (BP)
Larutan steril dari KCl, NaCl, 0.17-0.19% dan glukosa anhidrqat 3.8-4.2% (atau ekuivalen dengan glukosa) dalam aq.pi. sterilisaai dengan autoclave. pH3.5-6.5 simpan pada suhu tidak lebih dari 250 . jika menyebabkan pemisahan partikel solid dari wadah gelas; larutan yang mengandung banyakpartikel jangan dugunakan. ( if may cause the separation of solid particles from glass containers; solution containing such particles must not be used)

FORNAS hal 137- 140

13. Injeksi glukosa,
tiap 500 ml mengandung :
glukosum 25 g,
aq.pi ad 500ml
pH 3.5-6.5. tidak mengandung bakterisida, disterilsasi dengan sterilasi A. non pirogen
14. Glukosa – NaCl injeksi
Tiap 500 mengandung :
Glukosum 25 g
NaCl 2.25 g
Aq.pi ad 500ml
pH 3.5-6.5 non bakterisida, mengandung ion Cl dan ion Na masing-masing 77 meq. Sterilsasi A/C. non pirogen. Pada etiket harus tertera banyaknya ion dalam meq/liter. 15. Injeksi Glukosa – NaCl III
Tiap 500ml mengandung :
Glukosum 25 g
NaCl 4.5 g
Aq.pi ad 500ml
pH 3.5-6.5 non bakterisida, mengandung ion Cl dan ion Na masing-masing 154 meq. Sterilsasi A/C. non pirogen. Pada etiket harus tertera banyaknya ion dalam meq/liter.
16. Injeksi Glukosa – NaCl II
Tiap 500ml mengandung :
Glukosum 50 g
NaCl 2.25 g
Aq.pi ad 500ml
pH 3.5-6.5 non bakterisida, mengandung ion Cl dan ion Na masing-masing 77 meq. Sterilsasi A/C. non pirogen. Pada etiket harus tertera banyaknya ion dalam meq/liter. 17. Injeksi Glukosa – NaCl IV
Tiap 500 mengandung :
Glukosum 50 g
NaCl 4.5 g
Aq.pi ad 500ml
pH 3.5-6.5 non bakterisida, mengandung ion Cl dan ion Na masing-masing 77 meq. Sterilsasi A/C. non pirogen. Pada etiket harus tertera banyaknya ion dalam meq/liter.


Injeksi Ringer Laktat (Fornas 1978, hal 206)

Komposisi : Tiap 500 mL mengandung
Acidum Laktikum 1,2 mL
Natrii Hidrosikum 575 mg
Natrii Chloridum 3 g
Kalii Chloridum 200 mg
Calcii Chloridum 135 mg

Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal
Catatan : 1. Ditambahkan Asam Klorida 0,1 N hingga pH 5,0 sampai 7,0
2. Mengandung ion bikarbonat dihitung sebagai laktat 29 mEq, ion Kalium 5 mEq, ion kalsium 8 mEq. Ion florida 111 mEq, dan ion Natrium 131 mEq per 1
3. Tidak boleh mengandung bactericida
4. Disterilkan dengan Cara Sterilisasi A, segera setelah dibuat
5. Bebas pirogen
6. Pada etiket harus juga tertera :
a. Banyaknya ion bikarbonat dihitung sebagai laktat, ion kalium, ion kalsium, ion klorida, dan ion natrium dalam mEq per 1
b. Daluarsa
7. Diinjeksikan secara infusi.

Formula Ringer Laktat (Diktat Kuliah Teknologi Farmasi Cedían Steril, hal 179)
Komponen BM Konsentrasi (g/L) Jumlah Ion Mosmol/L
NaCl 58,5 6 2 205
KCl 74,6 0,3 2 8
CaCl2 111 0,2 3 5
Na Laktat 112 3,1 2 55
Total 273
(isotonis)

MIMS ed 98th hal 377-378

18. Dextrose in Sodium Chloride Euro- med
 Per 100ml 5% dekstrose in 0.3% NaCl Soln
Dektrose 5 g
NaCl 450 mg
 Per 100 ml 5% dekstrose in 0.45% NaCl soln
Dekstrose 5 gr
NaCl 450 mg
 Per 100 ml 5% dektrose in 0.9% NaCl soln
Dekstrose 5 g
NaCl 900mg 19. Euro-ion D5 Water
Per liter mengandung
Dekstrose monohidrat 50 g
Na Asetet anhidrat 1.89 g
KCl 1.41 g
Na fosfat monobasic 214 g
Mg klorid 305 mg
K fosfat 150 mg
Na metabisulfit 200mg 20. Eurosol – M in D5 water
Per liter mengandung
Dektrose monohidrat 50 g
NaCl 2.34 g
K asetat 1.28 g
Mg asetat 322 mg
Na Metbisulfit 300 mg
21. Eurosol – R in D5 water
Per liter mengandung
Dektrose monohidrat 50 g
NaCl 5.73 g
Na Asetat anhidrat 3.46
K Asetat 490 g
Mg Asetat 322 mg
Na Metabisulfit 300 mg 22. Glukosa in Ringer’s Widatra Bakti
Perliter mengandung
Glikosa 50 g
NaCl 8.6 g
KCl 0.3 g
CaCl2 0.33 g 23. KA-EN IB Otsuka
Perliter mengandung
Na 38.5 meq
Cl 38.5 meq
Glukosa 37.5 g

24. KA-EN 3A Otsuka
Perliter mengandung
Na 60 meq
Cl 50 meq
K 10 meq
Laktat 20 meq
Glukosa 27 g 25. KA-EN 4A Otsuka
Perliter mengandung
Na 30 meq
Cl 20 meq
Laktat 10 meq
Glukosa 40 g
26. KA-EN 4B Otsuka
Perliter mengandung
Na 30 meq
Cl 28. meq
K 8 meq
Laktat 10 meq
Glukosa 37.5 g
27. KA-EN MG 3 Otsuka
Perliter mengandung
Na 50 meq
K 8 meq
Cl 50 meq
Laktat 20 meq
Glukosa 100 g 28. Dextose in acetated Ringer’s euro-med
Perliter mengandung NaCl 6g
Dekstrose monohidrat 50 g
Na asetat anhidrat 2.28 g
KCl 300 mg
CaCl2 dihidrat 200 mg







VI. MASALAH YG SERING TIMBUL DLM PEMBUATAN INFUS
(Pharmaceutical Handbook ed.19, p 107)
1. Kontaminasi mikroba dapat menyebabkan terjadinya resiko reaksi pirogen dan infeksi,
2. Dosis obat dapat berubah atau menjadi tidak akurat apabila kecepatan infus ke dalam vena berubah.
(Catatan Responsi)
Permasalahan yang timbul dalam pembuatan sediaan larutan glukosa 5 % steril
1. Sterilisasi uap menyebabkan larutan glukosa menjadi kuning sampai kuning coklat yang merupakan hasil urainya dalam bentuk hidroksi metal furfural yang tidak bermanfaat secara fisiologi. Warna tersebut akan semakin tua dengan semakin tingginya kadar glukosa yang ada. (Pada pemanasan yang lama glukosa terurai menjadi senyawa furfural (E-hidroksi metil furfural).
2. Sediaan yang akan dibuat adalah sediaan infus glukosa yang harus steril dan bebas pirogen dengan pembawa air, sedapat mungkin isotonis terhadap darah.
3. Infus glukosa dapat merupakan larutan steril glukosa anhidrat atau glukosa monohidrat dimana masing-masing memiliki harga ekivalensi NaCl yang berbeda. Oleh karena itu apabila digunakan glukosa monohidrat harus dilakukan kesetaraan terhadap glukosa anhidrat. (E NaCl glukosa anhidrat = 0,18, E NaCl glukosa monohidrat = 0,16)
4. Stabilitas glukosa baik jika disimpan dalam kondisi kering. Pada kelembaban relative 35-85 % suhu 25oC glukosa menyerap lembab dan dalam jumlah yang berarti. Glukosa akan mengalami penguraian dan pewarnaan coklat dengan adanya alkali.
5. Infus glukosa harus bebas pirogen oleh karena itu harus diperhatikan penanganan bahan baku, alat-alat, dan air yang akan digunakan (sterilisasi alat, penambahan carbo adsorben).

*** menurut Repetitorium Benny Logawa hal 30 Intensitas warna larutan glukosa saat sterilisasi, dikurangi dgn mengurangi pengaruh panas kepadanya, dan karena perubahan warna juga disebabkan pengaruh pH maka pH larutan diatur sampai 3,5 dgn penambahan HCl 0,1 N atau pemberian gas CO2 ke dlm larutan.


VII. RANGKUMAN BEBERAPA JURNAL INFUS

Infus Manitol 6 botol @ 250 ml, Apoteker Sept 2003, Dewi Mayasari
Kesimpulan Analisis Farmakologi
Dibuat infus manitol dengan kekuatan manitol 15% (hipertonis) untuk indikasi toksisitas non selektif (karena sifat diuretik osmotiknya), edema serebral, tekanan intrakranial tinggi atau glukoma.

Preformulasi zat aktif dan solusi:
Kelarutan: mudah larut dlm air tidak akan ada masalah dlm pembuatan infus.
m.p; 165-169oC dan melunak pada suhu yang lebih rendah tahan panas dan bisa sterlilisasi panas.
pH 4,5-7, pKa 13,5,
Osmolaritas; larutan 5,07% b/v isoosmotik dgn serum,
Inkompatibilitas; penambahan NaCl atau KCl pada larutan 20%atau 25% dapat menyebabkan pengendapan tidak bisa pakai pengisotonis NaCl, tetapi tidak masalah karena penggunaan infus manitol dipilih pada konsentrasi untuk indikasi diuretik osmosis yang sudah hipertonis.
Stabilitas: Stabil dalam larutan berair maupun dalam kondisi kering, dpt disterilisasi secara filtrasi atau autoklaf dan dapat di oautoklaf berulang ulang tanpa menimbulkan perubahan fisika maupun kimia. Manitol dlm bentuk larutan tidak diganggu oleh suasana dingin, asam, maupuun basa, pengaruh oksigen dari atmosfer, dan pengaruh katalis.
Pada larutan manitol konsentrasi 15% atau lebih dapat mengkristal jika terkena suhu rendah → penyimpanan pada suhu ruang dan dihindarkan penyimpanan dalam lemari pendingin. Jika terjadi pengkristalan maka disarankan restabilisasi dgn memanaskan dalam air panas 60-70oC dgn pengocokan secara periodik.

Formulasi
R/ Manitol 15 %
Aqua pro injectio ad 250 ml

*Larutan yang dibuat akan hipertonis sesuai dengan tujuan penggunaannya.
** untuk persyaratan sediaan infus yg sebaiknya isohidris maka dapat dilakukan pengecekan pH kemudian di adjust pH sesuai monografi dan mendekati pH tubuh.

Kesalahan:
Dalam informasi obat tidak mencantumkan kecepatan infus, tidak ada dosis dalam satuan botol, tidak mencantumkan kalimat tambahan dalam aturan pakai yaitu ” Atau Sesuai Petunjuk Dokter “

Infus Glukosa 6 botol @ 250 ml, Apoteker 2004, I Made Sutama
Kesimpulan Analisis Farmakologi
Dibuat infus gliukosa 5% (isotonis) untuk indikasi menyediakan kalori dan air pada keadaan dehidrasi. Diberikan secara iv pada individu sehat dgn kecepatan 0,5g/kg/jam tanpa menyebabkan glukosuria dan kecepatan maksimumnya harus tdk lebih dari 0,8g/kg/jam.

Preformulasi zat aktif dan solusi:
Kelarutan: mudah larut dlm air tidak akan ada masalah dlm pembuatan infus.
m.p; 83oC (bentuk monohidrat), 146 oC (anhidrat)
pH sediaan 3,5-6,5
Tonisitas; larutan 5,% b/v merupakan larutan isotonis.
Stabilitas: Pada larutan konsentrasi rendah, dapat disterilisasi dengan autoklaf tanpa terjdi perubahan warna, tapi bila konsentrasi makin tinggi, kemungkinan tjd sedikit perubahan warna selama sterilisasi pada suhu tinggi. mungkin dengan menganggap konsentrasi glukosa yg dipilih hanya 5% termasuk rendah maka dianggap tidak ada masalah.

Formulasi
R/ Glukosa 5 %
Aqua pro injectio ad 250 ml

*Larutan yang dibuat akan isotonis sesuai dengan tujuan penggunaannya.
** untuk persyaratan sediaan infus yg sebaiknya isohidris maka dapat dilakukan pengecekan pH kemudian di adjust pH sesuai monografi dan mendekati pH tubuh.
*** Glukosa yg dipakai adalah bentuk anhidrat, tetapi beliau tidak mencantumkan alasannya.

Kesalahan:
Dalam informasi obat tidak mencantumkan kecepatan infus, tidak mencantumkan kalimat tambahan dalam aturan pakai yaitu ” Atau Sesuai Petunjuk Dokter “

Tidak ada komentar: