Assalamu'alaikum ...

Foto saya
depok, jawa barat, Indonesia
jadilah apa yang kau inginkan!

Selasa, 13 Juli 2010

SM Sulfadiazin laporan 3

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG
Obat mata adalah tetes mata, salep mata, pencuci mata, dan beberapa bentuk pemakaian khusus serta inserte sebagai bentuk depo yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka. Obat mata digunakan sebagai efek diagnostik dan terapetik lokal. Bahan obat yang yang khas dipakai adalah pelebar pupil serta bahan dengan kerja penyempit pupil. Untuk mengobati infeksi, kita menggunakan antibiotik. Kemudian, untuk mengobati rasa nyeri kita menggunakan anestetik lokal dan akhirnya pula memerlukan bahan antiplogistik. Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering dipakai adalah larutan dalam air, akan tetapi bisa juga dipakai suspensi, cairan bukan air dan salep mata.
Volume normal air mata dalam mata adalah 7 µL. dimana mata yang tidak berkedip dapat memuat paling banyak 30 µL cairan, sedangkan mata yang berkedip hanya dapat menyimpan 10 µL. Cairan yang berlebih, baik dari produksi secara normal maupun yang ditambahkan dari luar dengan cepat dialirkan kemata. Ukuran tiap tetes yang dimasukkan kedalam larutan obat biasanya 50 µL (berdasarkan pada 20 tets/mL, jadi tetesan yang dimasukkan kebanyakan hilang. Volume yang ideal dari larutan obat untuk dipakai, berdasarkan kapasitas mata yaiyu 5-10 µL.


I.2 TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan yang hendak kami capai dalam praktikum ini adalah untuk :
1. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi suatu zat obat serta membuat dan mengevaluasi hasil dari sediaan yang dibuat.
2. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan, perhitungan dosis, sterilisasi dan penyerahan suatu sediaan obat mata, khususnya salep mata.
3. Agar dapat menyalurkan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan dalam bentuk pengamatan dan penyusunan makalah berdasarkan dasar-dasar teori dalam mata kuliah teknologi sediaan steril.

BAB II
TINJAUAN PUSAKA

II.1 SEDIAAN SALEP MATA
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar salep yang cocok. Salep mata memberikan arti lain dimana obat dapat mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan disekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air mata. Salep mata memberikan keuntungan waktu kontak yang lebih lama dan bioavailabilitas obat yang lebih besar dengan onset dan waktu puncak absorbsi yang lebih lama. Dari tempat kerjanya yaitu bekerja pada kelopak mata, kelenjar sebasea, konjungtiva, kornea dan iris.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sediaan berupa salep mata :
 Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang benar-benar aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi.
 Sterilisasi terminal dari salep akhir dalam tube disempurnakan dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan radiasi gamma.
 Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau campuran bahan untuk mencegah pertumbuhan atau menghancurkan mikroorganisme yang berbahaya ketika wadah terbuka selama penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan adalah klorbutanol, paraben atau merkuri organik.
 Salep akhir harus bebas dari partikel besar.
 Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata, membiarkan difusi obat melalui pencucian sekresi mata dan mempertahankan aktivitas obat pada jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang sesuai. Vaselin merupakan dasar salep mata yang banyak digunakan.

Beberapa bahan dasar salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar salep seperti ini memungkinkan dispersi obat larut air yang lebih baik tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata.
Sterilitas merupakan syarat yang paling penting, tidak layak membuat sediaan larutan mata yang mengandung banyak mikroorganisme yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan, bahaya yang paling utama adalah memasukkan produk nonsteril kemata saat kornea digososk. Bahan partikulat yang dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien. Jika suatu anggapan batasan mekanisme pertahanan mata menjelaskan dengan sendirinya bahwa sediaan mata harus steril. Air mata tidak seperti darah tidak mengandung antibodi atau mekanisme untuk memproduksinya. Mekanisme utama untuk pertahanan melawan infeksi mata adalah aksi sederhana pencucian dengan air mata dan suatu enzim yang ditemukan dalam air mata (lizosim) yang mempunyai kemampuan menghidrolisa selubung polisakarida dari beberapa mikroorganisme, satu dari mikroorganisme yang tidak dipengaruhi oleh lizosim yakni yang paling mampu menyebabkan kerusakan mata yaitu Pseudomonas aeruginosa (Bacilllus pyocyamis). Infeksi serius yang disebabkan mikroorganisme ini ditunjukkan dengan suatu pengujian literatur klinis yang penuh dengan istilah-istilah seperti enukleasi mata dan transplantasi kornea. Penting untuk dicatat bahwa ini bukan mikroorganisme yang jarang, namun juga ditemukan disaluran intestinal, dikulit normal manusia dan dapat menjadi kontaminan yang ada diudara.

II.2 ANTIINFEKSI DAN ANTISEPTIK MATA
Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata luka/ulkus. Kandungan obat antiseptik dan antiinfeksi mata selain pembawa yang harus steril dan inert (tidak menimbulkan efek pada mata atau tidak bereaksi dengan zat aktifnya/obat) dalam bentuk tetes atau salep, juga zat aktifnya merupakan antibiotik/antiseptik atau antivirus dengan berbagai golongan.
Pemilihan obat antiseptik dan antiinfeksi mata tergantung mikroba yang menginfeksi mata, kemudian disesuaikan dengan zat aktif obat mata. Berikut beberapa jenis zat aktif yang ada dalam obat antiseptik dan antiinfeksi mata :
1. Sulfacetamid Na
Tersedia dalam bentuk sediaan tetes mata dengan kandungan zat aktif (Sulfasetamid Na) 10%
2. Ciprofloxacin HCl
Tersedia dalam bentuk sediaan tetes mata dengan kandungan zat aktif (Siprofloksasin HCl) 3 mg/mL atau 0,3%
3. Tobramycin
Tersedia dalam bentuk sediaan tetes mata dengan kandungan zat aktif (Tobramisin) 3 mg/mL atau 0.3%. Sedangkan sediaannya dalam bentuk salep mata juga mengandung 0,3 % zat aktif.
4. Chloramphenicol dan kombinasinya
Tersedia dalam bentuk sediaan tetes mata dengan kandungan zat aktif (Kloramfenikol) 0,5% dan 1 %. Sedangkan sediaannya dalam bentuk salep mata juga mengandung 1 % zat aktif. Obat mata kloramfenikol biasanya dikombinasi dengan Polymixin B Sulfat.
II.3 SULFADIAZINE
(FI III ; 579)

Sinonim : Sulfadiazinum; Sulfadiazin; Sulfadiazina
Nama Kimia : N-2-Piridinil sulfonilamida
Rumus molekul : C10H10N4O2S
Bobot Molekul : 250,27
Organoleptis
Bentuk : serbuk kristal
Warna : putih, putih kekuningan
Bau : tidak berbau
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%)P dan dalam aseton P; mudah larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya
Suhu Lebur : Lebih kurang 2550C
Khasit dan penggunaan : Antibakteri
Dosis Maksimum : Sekali 2g, sehari 8g

(Martindale ; 1473)
Kelarutan : 1 bag dalam 13.000 bag air pada suhu 250C; 1 bag dalam 60 bag air mendidih; 1 bag dalam 30 bag aceton; sedikit larut dalam alcohol; praktis tidak larut dalam klorofom dan eter; larut dalam mineral acid dan dalam larutan alkali hidroksida.
Sterilisasi : by reducing to a fine powder, drying at 1000 and heating in the final sealed containers so that the whole of the powder is maintained at 1500 for 1 hour; the sterilized powder is not more than slightly discoloured.
Effects on the eyes : Numerous white stone-like concretions of sulfadiazine occurred in the conjunctiva of a woman who had used sulfadiazine eye drops for about 1 year

Penggunaan sulfadiazine pada salep mata
Untuk mengobati trachoma, yaitu suatu gangguan mata yang serius yang sering terdapat di afrika utara, timur tengah, eropa selatan dan timur jauh. Penyakit ini sangat berjangkit pada taraf permulaannya dan dijangkitkan lewat hubungan langsung/memegang benda-benda yang sudah dikotori.
Penyebabnya adalah virus, mula-mula penyakit ini menyerupai radang selaput lendir mata. Dapat diobati dengan obat-obat sulfa. 5% salep sulfadiazine.
(sumber:http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=16&submit.y=6&submit=prev&page=8&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fars4%2F2002%2Fjiunkpe-ns-s1-2002-22498139-12276-mata_sehat-chapter1.pdf)













BAB III
PRAFORMULASI SEDIAAN

III.1 RANCANGAN FORMULASI
R/ Sulfadiazine 5%
Oculentum simplex ad 10g

(Formularium Nasional 1978 ; 608 )
Terdiri dari : 2,5 g setil alcohol
6 g lemak bulu domba
40 g paraffin cair
Dan vaselin album hingga 100 g
Sterilisasi → Sterilisasi D yaitu : Pemanasan kering. Sediaan yang akan disterilkan dimasukkan kedalam wadah kemudian ditutup kedap atau penutupan yang bersifat sementara untuk mencegah cemaran. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 30 ml, panaskan dalam suhu 1500 selama 1 jam. Jika volume wadah lebih dari 30 ml, waktu satu jam dihitung setelah seluruh isi tiap wadah mencapai suhu 1500. wadah yang tertutup sementara, kemudian ditutup kedap menurut teknik aseptic.

III.2 DATA ZAT TAMBAHAN
Namun komposisi oculentum simplex yang kami gunakan adalah :
1. Setil alkohol

a. Sifat kimia
Rumus kimia: C16H34O
BJ : 0,811 – 0,830 g/cm3
b. Sifat Organoleptis
Bentuk : Serpihan putih licin, granul, atau kubus
Warna : Putih
Bau : Bau khas
Rasa : Lemah
c. Sifat fisika
Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol, dan dalam eter, kelarutan bertambah dengan naiknya suhu
OTT : Dengan zat pengoksidasi kuat.
d. Fungsi : Stiffening agent.

2. Propilen Glycol

a. Sifat kimia
Rumus Kimia: C3H8O2
Nama Kimia: 1,2-Propanediol
Sinonim : 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol; methyl thylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol.
BM : 76.09
b. Sifat organoleptis
Bentuk : Zat cair bening yang kental
Warna : Tidak berwarna
Bau : Tidak Berbau
Rasa : Manis
c. Sifat fisika
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dalam kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat bercampur dalam minyak lemak.
OTT : Dengan zat pengoksidasi kuat seperti potassium Permanganat
d. Fungsi : Pembasah pada obat mata


3. Paraffin Cair
a. Sinonim : gas (mineral hydrocarbon); avatech; citation; heavy liquid petrolatum; heavy mineral oil; liquid petrolatum; paraffin white mineral oil.
Nama kimia: mineral oil
Kandungan zat aktif : merupakan campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral.
b. Sifat Organoleptis
Bentuk : cairan kental
Warna : tidak berwarna
Bau : hampir tidak berbau
Rasa : hampir tidak mempunyai rasa
c. Sifat fisika
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan etanol (95%) p; larut dalam kloroform p dan dalam eter p.
OTT : Dengan kelompok oksidasi kuat.
d. Fungsi : basis salep

4. Vaselin kuning
a. Sifat kimia
Sinonim : petrolatum; mineral jelly; petrolatum jelly; yellow petrolatum.
Nama kima : petrolatum
Kandungan zat aktif : merupakan campuran hidrokarbon setengah padat
b. Sifat organoleptis
Bentuk : massa lunak, lengket.
Warna : Bening, kuning muda sampai kuning.
Bau : tidak berbau
Rasa : hampir tidak berasa
c. Sifat fisika
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) p; larut dalam kloroform p, dalam eter p dan dalam eter minyak tanah p, larutan kadang-kadang berfluoresensi lemah.
OTT : petrolatum merupakan bahan inert dengan ketidak campuran yang kecil.
d. Fungsi : Basis salep





















BAB IV
METODOLOGI PRAKTIKUM

IV.1 FORMULASI AKHIR SEDIAAN
R/ Sulfadiazin 5%
Oculentum simplex ad10g, (terdiri dari) :
 Setil alkohol 0,25 gr
 Propilen Glycol 1,5 gr
 Paraffin 4 gr
 Vaselin flavum ad 10 gr

IV.2 PENIMBANGAN BAHAN
Volume yang dibuat = (n + 2) V’ + (2 x 3)
 (n + 2) V’ + (2 x 3)
 (1 + 2) 10.2 + 6
 36,6 g ≈ 30 g

Akan dibuat 30 g salep mata, maka perhitungan oculentum simplexnya adalah :
Basis salep dilebihkan 50 % → 30 gr + (50% dari 30 gr) = 45 gr (merupakan basis salep yang akan disterilisasi di oven)
Perhitungan bahan yang digunakan :
o Setil alcohol = x 0,25 gr = 1,125 gr
o Propilen Glycol = x 1,5 gr = 6,75 gr
o Paraffin cair = x 4 gr = 18 gr
o Vasselin kuning = 45 gr – (1,125 gr + 6,75 gr + 18 gr)
= 45 gr – 25,875 gr
= 19,125 gr


Setelah oculemtum simplex disterilkan, maka bahan yang ditimbang adalah :
Sulfadiazine 5% x 30g = 1500 mg ≈ 1,5 g
Oculentum simplex = 30g – 1,5 g
= 28,5g

IV.3 ALAT DAN BAHAN

ALAT

• Kaca arloji
• Cawan penguap
• Batang pengaduk
• Spatel logam
• Pinset logam
• Kassa
• Lumpang dan Alu
• Tube salep mata
• Sudip
• Kertas perkamen
• Timbangan


BAHAN

• Sulfadiazine
• Setil Alkohol
• Propilen glikol
• Paraffin cair
• Vaselin flavum



IV.4 CARA STERILISASI ALAT DAN BAHAN
Nama Alat Jumlah Waktu Cara Sterilisasi
Spatel logam 2 30 menit 0ven 170°C
Pinset logam 2 30 menit 0ven 170°C
Cawan penguap 2 30 menit 0ven 170°C
Kaca arloji 2 30 menit 0ven 170°C
Lumpang dan alu 1 30 menit 0ven 170°C
Kassa 1 30 menit 0ven 170°C
Kertas perkamen 2 30 menit 0ven 170°C
Sulfadiazine 1,5 g 30 menit 0ven 170°C
Oculentum simplex 28,5 g 30 menit 0ven 170°C

IV.5 PROSEDUR KERJA
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Semua alat- alat yang digunakan disterilkan dengan oven dan autoklaf sesuai petunjuk sterilisasi alat diatas.
3. Penyiapan basis. Basis salep ditimbang 50% berlebih dari jumlah yang diminta dalam cawan penguap yang dihampar kain kasa rangkap 2 dan telah ditimbang. Tutup cawan penguap dengan kaca arloji besar, sterilkan dalam oven selama 30 menit terhitung setelah suhu mencapai 1700C
4. Sambil menyiapkan basis salep, maka peralatan yang akan digunakan disterilkan secara aseptis.
5. Basis salep yang sudah steril diperas panas-panas (jepit ujung kain kasa dengan dua pinset steril, satukan dalam satu jepitan, pinset lain digunakan menekan bagian bawah jepitan mendesak leburan basis melewati kain kasa), digerus hingga terbentuk basis salep lalu ditimbang sebanyak 28,5 g.
6. Zat aktif ditimbang sebanyak 1,5 g, digerus halus dalam mortar steril.
7. Dimasukan basis salep steril dingin sedikit demi sedikit kedalam gerusan zat aktif dan menggerusnya hingga homogen.
8. Menimbang sediaan sebanyak 10,5g diatas kertas perkamen steril yang telah diolesi dengan parafin cair, digulung dengan bantuan pinset steril. Gulungan harus sedemikian rupa agar dapat dimasukkan dalam tube steril yang ujungnya telah ditutup. Kertas perkamen dicabut dari tube jika zat aktif tersatukan dengan logam tube. Jika tidak, maka kertas perkamen dibiarkan tinggal dalam tube sebagai perintang antara zat aktif dengan logam tube.
9. Tekuk dasar tube minimal dua kali dengan penekuk logam.






BAB V
EVALUASI

Pada praktikum kali ini, kami tidak melakukan evaluasi karena keterbatasan waktu dan alat. Namun berikut adalah evaluasi yang harus dilakukan pada sediaan salep mata.

1. Uji Sterilitas / Kontaminasi mikroba
Pengujian dilakukan secara mikrobiologis dengan menggunakan medium pertumbuhan tertentu. Penetepan jumlah wadah yang diuji pada setiap kelompok dan masing-masing farmakope berbeda-beda. Produk dikatakan bebas mikroorganisme bila sterility Assurance Level (SAL) = 106 atau 12 log reduction (over kill sterilization). Bila proses pembuatan produk menggunakan aseptic maka SAL = 104.
2. Uji Ukuran Partikel
Prosedur : Tebarkan secara merata dalam bentuk lapisan tipis sejumlah sediaan yang mengandung sekitar 10 ìg zat aktif. Diamati di bawah mikroskop seluruh area sampel. Disarankan untuk mengamati dengan perbesaran kecil (misal 50×) dan partikel yang berukuran lebih besar dari jumlah 25 ìm diamati. Partikel-partikel yang besar ini dapat diamati dengan perbesaran yang besar (misal 200× - 500×). Untuk setiap 10 ìg zat aktif, tidak lebih dari 20 partikel memiliki dimensi maksimum lebih besar dari 25 ìm, dan tidak lebih dari 2 partikel memiliki dimensi maksimum lebih besar dari 50 ìm. Dan tidak ada dari partikel-partikel ini memiliki dimensi maksimum lebih besar dari 90 ìm
3. Uji Kebocoran
Prosedur : Pilih 10 tube salep mata, dengan segel khusus jika disebutkan. Bersihkan dan keringkan baik-baik bagian luar tiap tube dengan kain penyerap. Letakkan tube pada posisi horizontal di atas lembaran kertas penyerap dalam oven dengan suhu yang diatur pada 60° + 3° selama 8 jam. Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian selesai (abaikan bekas salep yang diperkirakan berasal dari bagian luar dimana terdapat lipatan dari tube atau dari bagian ulir tutup tube). Jika terdapat kebocoran pada satu tube tetapi tidak lebih dari satu tube; ulangi pengujian dengan tambahan 20 tube salep. Pengujian memenuhi syarat jika tidak ada satu pun kebocoran diamati dari 10 tube uji pertama, atau kebocoran yang diamati tidak lebih dari 1 dari 30 tube yang diuji.
4. Uji Penetapan Partikel Logam
Prosedur : Keluarkan sesempurna mungkin, isi 10 tube, masukkan masing-masing ke dalam cawan petri terpisah ukuran 60 mm, alas datar, jernih dan bebas goresan. Tutup cawan, panaskan pada suhu 85° selama 2 jam, jika perlu naikkan suhu sedikit lebih tinggi sampai salep meleleh sempurna. Denagn menjaga kemungkinan terhadap massa yang meleleh, biarkan masing-masing mencapai suhu kamar dan membeku.
Angkat tutup, balikkan cawan petri sehingga berada di bawah mikroskop yang sesuai untuk perbesaran 30x yan gdilengkapi dengan mikrometer pengukur dan dikalibrasi pada perbesaran yang digunakan. Selain sumber cahaya biasa, arahkan iluminator dari atas salep dengan sudut 45°. Amati partikel logam pada seluruh dasar cawan petri. Variasikan intensitas iluminator dari atas sehingga memungkinkan partikel logam dapat dikenali dari refleksi karakteristik cahaya.
Hitung jumlah partikel logam yang berukuran 50 ìm atau lebih besar pada setiap dimensi : persyaratan dipenuhi jika jumlah partikel dari 10 tube tidak lebih dari 50 partikel dan jiak tidak lebih dari 1 tube mengandung 8 partikel. Jika persyaratan tidak dipenihu ulangi uji dengan penambahan 20 tube lagi : persayaratan dipenuhi jika jumlah partikel logam yang berukuran 50 ìm atau lebih besar pada tiap dimensi dari 30 tube tidak lebih dari 150 partikel dan jika tidak lebih dari 3 tube masing-masing mengandung 8 partikel.








BAB VI
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, kami membuat sediaan salep mata steril dengan bahan aktif sulfadiazine. Sulfadiazine merupakan antibiotic golongan sulfonamide yang mempunyai spectrum antibakteri yang luas, meskipun kurang kuat dibandingkan dengan antibiotik dan strain mikroba yang resisten makin meningkat. Golongan obat ini umumnya hanya bersifat bakteriostatik. Dalam literature, kami tidak menemukan dosis sulfadiadize yang tepat untuk sediaan mata, namun ada satu penemuan tidak sengaja yang mengemukakan bahwa penggunaan salep sulfadiazine diutamakan untuk mengobati trachoma, yaitu suatu gangguan mata yang serius yang sering terdapat di afrika utara, timur tengah, eropa selatan dan timur jauh. Penyakit ini sangat berjangkit pada taraf permulaannya dan dijangkitkan lewat hubungan langsung/memegang benda-benda yang sudah dikotori. Penyebabnya adalah virus, mula-mula penyakit ini menyerupai radang selaput lendir mata. Dapat diobati dengan obat-obat sulfa. 5% salep sulfadiazine. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk membuat sediaan salep mata sulfadiazine dengan kadar 5%. Dan dalam penggunaannya, sulfadiazine disterilkan terlebih dahulu dengan oven 1500C selama satu jam sesuai dengan yang tercantum dalam martindale.
Salep mata sulfadiazine kami menggunakan oculentum simplex sebagai basisnya. Basis yang kami gunakan adalah basis hidrokarbon, vaselin flavum. Salep mata sebisa mungkin lipofil agar dapat tertahan di permukaan mata (konjungtiva) sehingga zat aktif dapat terabsorbsi sempurna, namun meskipun lipofil, salep mata harus dapat tercuci oleh air mata meskipun dalam jagka waktu yang lama. Komposisi oculentum simplex dalam fornas adalah 2,5 g setil alcohol, 6 g lemak bulu domba, 40 g paraffin cair dan vaselin album hingga 100 g. Namun kami mengganti beberapa bahan occulentum simplex dengan berbagai alasan. Kami tidak menggunakan vaselin album karena vaselin album sudah mengalami proses pemutihan menggunakan asam sulfat. Apabila vaselin album ini digunakan dalam sediaan salep mata, akan menyebabkan iritasi pada mata oleh kelebihan asam yang dikandung jika tidak di netralkan terlebih dahulu dengan KOH atau basa lain. Sebagai penggantinya, kami menggunakan vaselin kuning dalam basis salep. Selain itu, penggunaan adeps lanae atau lemak bulu domba diganti dengan propilen glycol karena penggunaan adeps lanae dalam basis salep dapat menyebabkan peradangan pada mata atau alergi. Propilen glikol digunakan sebagai pembasah dalam sediaan salep mata agar kontak dengan air mata mudah. Dan untuk setil alcohol dan paraffin cair tidak kami ganti. Setil alkohol digunakan untuk memfasilitasi pencampuran air untuk menghasilkan emulsi minyak dengan air. Dan penggunaan paraffin adalah sebagai emollient atau pelembut sehingga akan terasa nyaman saat penggunaan.
Dalam pembuatannya, kami melakukan sterilisasi awal dengan oven secara aseptis. Basis yang akan digunakan di sterilisasi dahulu dengan melebihkan 50% dari seluruh bahan yang seharusnya. Kelebihan ini digunakan untuk antisipasi kekurangan jumlah basis akibat tertinggal pada kassa dan sebagainya. Pada saat sterilisasi sehuarusnya dilakukan pada suhu 1700C selama 30 menit, namun karena keterbatasan waktu maka sterilisasi hanya dilakukan selama 10 menit. Setelah basis melebur seluruhnya, dilakukan pemerasan bahan tersebut dengan cara menjepit ujung kain kasa dengan dua pinset steril, satukan dalam satu jepitan, pinset lain digunakan menekan bagian bawah jepitan mendesak leburan basis melewati kain kasa. Setelah itu dibuat basis salep dengan menggerus bahan-bahan yang telah diperas tersebut hingga terbentuk basis yang homogen yang ditandai dengan adanya bunyi gesekan yang cukup keras antara lumpang dan alu. Basis salep tersebut kemudian ditimbang sesuai dengan penggunaan basis yang seharusnya yaitu 28,5 gr. Sulfadiazine yang ditimbang sebanyak 1,5 g digerus dalam lumpang bekas menggerus basis, hal ini dilakukan agar zat aktif tidak masuk ke dalam pori-pori lumpang karena pori-pori lumpang sudah tertutup dengan basis salep. Setelah itu ditambahkan sedikit demi sedikit basis salep yang akan digunakan hingga habis, lalu digerus hingga terbentuk sediaan salep yang homogen dan tidak lagi terdapat partikel kasar karena partikel kasar dapat mengiritasi mata.
Sediaan yang telah jadi, ditimbang sebanyak 10,5 g dan dimasukkan kedalam tube dan diberi etiket. Wadah yang digunakan adalah tube steril. Tube salep mata ini harus bebas kontaminan, maka sebelum digunakan kami mensterilkan terlebih dahulu dalam oven 1700C selama 30 menit dan untuk tutup tube di sterilkan dengan merendam dalam alcohol 70% selama 30 menit. Tube yang digunakan terbuat dari alumunium, biasanya untuk zat aktif yang tidak tersatukan dengan logam maka kertas perkamen dibiarkan tertinggal dalan tube sebagai perintang antara zat aktif dan tube, namun karena tidak ada data bahwa sulfadiazine tidak tersatukan dengan bahan logam maka saat pemasukkan sediaan, kertas perkamen dicabut dari tube. Setelah itu sediaan dimasukkan kedalam tube, langkah selanjutnya adalah evaluasi. Namun karena keterbatasan waktu maka evaluasi yang dilakukan hanya pengamatan organoleptisnya saja. Sediaan salep mata sulfadiazine kami berwarna kuning pucat, tidak berbau dan secara fisik terlihat homogen.
BAB VII
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Salep mata adalah sediaan salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar salep yang cocok.
2. Sulfadiazine merupakan antibiotic golongan sulfonamide yang mempunyai spectrum antibakteri yang luas. Penggunaan salep sulfadiazine diutamakan untuk mengobati trachoma yang disebabkan oleh virus.
3. Formulasi akhir sediaan kami adalah :
R/ Sulfadiazin 5%
Oculentum simplex ad10g, (terdiri dari) :
 Setil alkohol 0,25 gr
 Propilen Glycol 1,5 gr
 Paraffin 4 gr
 Vaselin flavum ad 10 gr

4. Vaselin album sebagai basis salep mata dapat menyebabkan iritasi pada mata dan adeps lanae dapat menyebabkan peradangan pada mata.
5. Pembuatan salep mata sulfadiazine dilakukan sterilisasi awal dengan oven secara aseptis.
6. Basis salep yang digunakan disterilkan dalam oven 1700C selama 30 menit dan dilebihkan 50% dari bobot seharusnya untuk antisipasi kekurangan akibat tertinggal dalam kassa.
7. Tidak ada data bahwa sulfadiazine OTT dengan bahan logam sehingga saat pemasukkan sediaan, kertas perkamen dicabut dari tube.
8. Pengamatan organoleptis menunjukkan salep mata sulfadiazine kami berwarna kuning pucat, tidak berbau dan secara fisik terlihat homogen.





DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : Universitas Indonesia
Farmakope Indonesia Edisi III. 1979. Jakarta : Dirjen POM
Farmakope Indonesia Edisi IV. 1995. Jakarta : Dirjen POM
American Hospital Service. Drug Information 88 Jilid II. USA : 1998
American Pharmaceutical Asosiation. Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi II. London: The Pharmaceutical Press, 1994
Moh. Anief. 1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Taketomo, Carol dkk. 1992. Pediatric Dosage Handbook. Ohio : American Pharmaceutical Assosiation
Harjasaputra, Purwanto, dkk. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian Medipress
Suryani, Nelly M.Si, Apt. dan Sulistiawati, Farida M.Si, Apt..2007. Penuntun Praktikum Teknologi Sedian Steril. Jakarta : UIN Press
Department of Pharmaceutical Sciences. Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-eight edition. 1982. London : The Pharmaceutical Press.

Tidak ada komentar: