Assalamu'alaikum ...

Foto saya
depok, jawa barat, Indonesia
jadilah apa yang kau inginkan!

Selasa, 13 Juli 2010

Infus Ringer laporan 2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Defenisi Infus
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100 mL yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah yang relative sama. Rsionya dalam tubuh adalah air 57%; lemak 20,8%;protein 17,0%;serta mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan homeostasis (keseimbangan cairan tubuh), maka tubuhpun harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit.
B. Penggolongan Sediaan Infus
a. Larutan Elektrolit
1. Cairan fisiologis tubuh manusia
Tubuh manusia mengandung 60% air dan terdiri atas cairan intraseluler(di dalam sel) 40% yang mengandung ion-ion K+, Mg++, Sulfat, fosfor, protein, serta senywa organic asam fosfat seperti ATP, heksosa monofosfat, dan lain-lain. Airpun mengandung cairan ekstraseluler 20% yang kurang lebih mengandung 3 liter air dan terbagi atas cairan interstisial (diantara kapiler dan sel) 15% dan plasma darah 5% dalam system peredaran darah serta mengandung beberapa ion seperti Na+, klorida dan bikarbonat.
Jenis elektrolit dalam darah
Ion Jumlah normal mV/liter
Na
K
Ca
Mg
Cl
HCO3
HPO4
SO4
protein 17,0-148,0
3,9-5,0
4,8-5,4
1,7-3,3
98,0-108,0
24,0-28,0
1,5-2,3
1-2,0
14,6-19,4

2. Fungsi larutan elektrolit
Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma dalam darah yang menyimpang, yaitu:
 Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih
 Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion natrium, kalium, dan kalsium dalam jumlah berlebih.
Sistem dapar darah adalah keseimbangan asam basa darah mengikuti sitem dapar, yaitu:
Hydrogen karbonat-karbonat
Hydrogen fosfat-dihidrogen fosfat
Serum-protein
Penyebab berkurangnya elektrolit plasma adalah kecelakaan, kebakaran, operasi atau perubahan patologis organ, gastroenteritis, demam tinggi atau penyakit lain yang menyebabkan output dan input tidak seimbang.
Kehilangan natrium disebut hipovolemia. Sedangkan kekurangan H2O disebut dehibrasi. Kemudian kekurangan HCO3 disebut asidosis metabolic dan kekurangan K+ disebut hipokalemia.


b. Infus karbohidrat
Adalah sediaan infuse berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen otot rangka, hipoglikemia, dan lain-lain.
Kegunaan: 5% isotonis, 20% untuk diuretic, dan 30-50% terapi oedema di otak
c. Larutan kombinasi elekrtolit dan karbohidrat
Contohnya: infuse KA-EN 4 B paed (otsuka)
Formula:
Na+ 30 mEq
K+ 8 mEq
Cl- 28 mEq
Laktat 10 mEq
Glukosa 37,5 g
Aqua p.i 1000 mL
d. Larutan irigasi
Adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar (3 L). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan diluar sitem peredaran dan umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastic yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan dengan cepat. Kita menggunakan larutan untuk merendam atau mencuci luka-luka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi perdarahan. Kita biasanya menggunkannya dalam kegiatan laparatomy, arthroscopy, hysterectomy dan turs (urologi)
Persyaratan larutan irigasi:
 Isotonik
 Steril
 Tidak diabsorbsi
 Bukan larutan elektrolit
 Tidak mengalami metabolism
 Cepat diekskresi
 Mempunyai tekanan osmotic diuretic
e. Larutan dialysis peritoneal
Merupakan suatu sediaan larutan steril dalam jumlah besar (2 L). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi dibiarkan mengalir ked ala ruangan peritoneal dan umumnya menggunakan tutup plastic yang dipatahkan, sehingga memungkinkan larutan dengan cepat turun ke bawah. Penggunaan cairan demikian bertujuan menghilangkan senyawa-senyawa toksik yang secara normal dikeluarkan atau diekskresikan ginjal. Pada kasus keracunan atau kegagalan ginjal, penggunaaan larutan dialysis peritoneal merupakan pilihan lain yang dapat dilakukan. Larutan diabsorbsi dalam membrane peritoneal mengkuti peredaran darah. Kemudian, di dalam ujung sel peritonel terjadi penarikan toksin dari darah ke dalam cairan dialysis yang bekerja sebagai membrane semipermeable.
Persyaratan larutan dialysis peritonel adalah:
 Hipertonis
 Steril
 Dapat menarik toksin dalam ruang peritoneal
f. Larutan plasma expander atau pnambah darah
Yaitu suatu sediaan steril yang digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, operasi dan lain-lain
1. Whole blood
Darah lengkap manusia adalah darah yang telah diambil dari donor manusia, yang dipilih dengan pencegahan pendahuluan aseptic ketat. Darah ditambahkan ion sitrat atau heparin sebagai antikoagulasi. Disimpan dalam temperature 10 C-100 C atau sekitar 20 C. tanggal kadaluarsanya tidak lebih dari 21 hari bila menggunakan sitrat dan tidak lebih dari 48 hari bila menggunakan heparin. Biasanya dikemas dalam 1 unit (500 mL)

2. Human albumin
Sediaan steril albumin serum yang didapat dengan melakukan fraksinasi darah dari donor manusia sehat. Setiap 100 mL mengndung 25 g albumin yang sebanding atau ekivalen osmotiknya dengan 500 mL plasma manusia normal. Tanggal kadaluarsanya berkisar antara 3-10 tahun.
3. Plasma protein
Larutan sterilprotein yang terpilih dari plasma darah donor manusia dewasa. Plasma mengandung 5 g protein per 100 mL. Umumnya menggunakan plasma protein dalam volume 250-500 mL, tetapi kadang-kadang sampai 1500 mL sebagai penyokong volume darah. Tanggal kadaluarsanya 3-5 tahun tergantung pada kondisi penyimpanan
Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% belum berakbat besar karena masih mampu dinormalkan oleh peredaran darahsendiri. Namun, bila plasma yang hilang lebih dari itu, maka tubuh memerlukan pengganti untu mencegah penggumpalan sel-sel serta menorrmalkan viskositas darah yang membesar.
Larutan yang dibuthkan adalah senyawa koloid dengan BM > 30.000, inert tidak mudah dieliminasi dan dapat digunakan dengan atau tanpa elektrolit
4. Larutan gelatin
Merupakan hasil hidrolisis kolagen, yakni suatu senyawa polpeptida. Larutan sangat cocok untuk plasma ekspander karena struktur terdiri atas protein sehingga dengan protein yang sama dapat memberi efek osmotic yang sama.
Sebagai cairan penggant darah, kita menggunakan larutan gelatin 5% yang diisotoniskan dengan natrium klorida dan dapat disterilkan dalam suhu 1210-1240 C dalam autoklaf.
5. Larutan dekstran
Adalah senyawa polisakarida dengan satuan glukosa sebagai komponen monomer, yang terikat secara glikosidik pada posisi alpha 1,6. Bentuk molekulnya benang.
Sebagai pengganti plasma, digunakan 6% dekstran 40 atau 10% dekstan 70 dengan BM rata-rata 40.000 atau 70.000 dengan penambahan NaCl 0,9%. Disterilkan pada suhu 1200 C dan dismpan pada suhu 40 C terbukti stabil dalam waktu 19 tahun
6. Larutan protein (asam amino)
Dinfuskan dalam tbuh jika mengalami kekurangan protein. Umumnya terdiri dari 8 asam amino penting yaitu: L-isoleusin, L-leusin, L-lisin, L-metionin, L-fenilanin, L-trionin, L-triptopan dan L-valin. Komponen lainya adalah sorbitol sebagai penyangga energy demikian pula vitamin dan tambahan elektrolit. Diatur pada pH 6 bila lebih tinggi akan mengurangi stabilitas larutan.
Untuk mengurangi penguaraian asam amino pada sterilisasi panas, maka dilakukan pada suhu 1200 C dengan tekanan uap disertai penjenuhan gas netral. Natrium pirosulfit dalam jumlah sangat keci dapat mengeluarkan oksigen pada kondisi tertentu.
C. Cara-cara sterilisasi menurut FI III
1. Cara A (pemanasan secara basah; autoklaf pada suhu 1150-1160 C selama 30 menit dengan uap air panas)
2. Cara B (dengan penambahan bakterisida)
3. Cara C (dengan penyaringan bakteri steril)
4. Cara D (pemanasan secara kering; oven pada suhu 1500 C selama 1 jam dengan udara panas)
5. Cara aseptic (mencegahdan menghindarkan lingkungan dari cemaran bakteri seminimal mungkin)








BAB II
PRAFORMULASI
A. Tinjauan Pustaka Bahan
1. Natrium klorida
a. Sinonim : Natrii cloridum
b. BM : 58,44
c. Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin.
d. Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol-p, sukar larut dalam etanol 95% p.
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
f. Fungsi : Sumber ion klorida dan ion natrium
g. OTT : Besi, perak, garam raksa, oksidator kuat, antimikroba (metil paraben)
2. Kalium klorida
a. Sinonim : Kalii cloridum
b. BM : 74,55
c. Pemerian : Hablur berbentuk kubus atau berbentuk prisma, tidak berwarna atau serbuk butir putih, tidak berbau, rasa asin, mantap di udara.
d. Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air, sangat mudah larut dalam air mendidih praktis tidak larut dalam etanol mutlak p dan dalam eter p.
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
f. Khasiat : Sumber ion kalium
g. OTT : Bromine triflouride dan campuran cairan sulfat dan kalium permanganat, ada HCl, NaCl dan MgCl mengurangi kekentalan HCl.
3. Kalsium klorida (CaCl2 . 6H2O)
a. Sinonim : Calcii cloridum
b. BM : 219,08
c. Pemerian : Hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak pahit, meleleh basah.
d. Kelarutan : Larut dalam 0,25 bagian air, mudah larut dalam etanol (95%) p
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
f. Khasiat : Sumber ion kalsium
g. Dosis : DM 1 x p 2 gram
DM 1 x hp 8 gram
4. Glukosa (C6H12O6 . H2O)
a. Sinonim : Glukosum
b. BM : 198,17
c. Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih, tidak berbau, rasa manis.
d. Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol 95% p mendidih, sukar larut dalam etanol 95% p.
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
f. Khasiat : kalorgenikum
g. OTT : Ketka dicampur dengan cyanokobalamin, canamycin, sulphate, novobicin, sodium/ warfarin sodium.
h. Dosis lazim : iv 3 mL/Kg bb/jam
70 tetes/70 Kg 66/menit
210 mL/70 Kg bb/jam
i. Indikasi : menambah kalori, mengatasi dehidrasi, isotonis, pengganti cairan tubuh yang hilang dalam keadaan asam-basa berkeseimbangan atau asidosis ringan dan mengembalikan keseimbangan elektrolit.

B. Pengkajian Praformulasi dan Rekomendasi Pemecahan Masalah
No. Permasalahan Solusi Alternatif pemecahan masalah Keputusan Keterangan
1. Bentuk sediaan parentral bermacam-macam Dipilih bentuk sediaan sesuai dengan penggunaan a. Injeksi volume kecil
b. infus Infuse
2. Untuk pembuatan sediaan injeksi harus dipenuhi syarat sterilisasi Dipilih teknik sterilisasi sesuai dengan sifat bahan a. Sterilisasi A
b. Sterilisasi C Sterilisasi A Sterilisasi akhir menggunakan autoklaf. Namun sebelumnya botol infus disterilisasikan dengan oven 2500 C selama 1 jam, tutup karet direbus 30 menit atau menggunakan autoklaf.
3. Sediaan tidak boleh ditambah pengawet atau preservative Tidak ditambahkan pengawet dan cukup disterilisasi akhir dan dengan penambahan garam-garam yang stabil
4. Penandaan alat bermacam-macam Dipilih penandaan obat yang sesuai
Merah
Hijau
Biru

Merah
Obat keras
5. Formulasi Infus ringer glukosa hipertonis dapat menyebabkan plasmolisis Digunakan hanya untuk pasien yang mengalami gagal ginjal, dan ketidakseimbangan elektrolit yang signifikan








BAB III
FORMULA INFUS
A. Usul Penyempurnaan Sediaan
R/ Natrii cloridum 4,3 g
Kalii cloridum 150 mg
Calcii cloridum 240 mg
Glukosum anhydrous 25 g
Aqua Pro Injeksi add 500 mL
B. Alat dan Cara Sterilisasi
Nama alat Jumlah Sterilisasi
Pinset 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Kaca arloji 4 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Beaker glass 5 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Erlenmeyer 2 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Gelas ukur 1 buah Autoklaf 1150 C selama 30 menit
Batang pengaduk gelas 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Corong gelas 1 buah Autoklaf 1150 C selama 30 menit
Kertas saring lipat 2 buah Autoklaf 1150 C selama 30 menit
Botol infus 1 buah Oven 2500 C selama 30 menit
Tutup karet botol infus 1 buah Autoklaf selama 30 menit atau direbus
Tali pengikat infus 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Spatula logam 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit


C. Formula Akhir
R/ Natrii cloridum 1,72 g
Kalii cloridum 60mg
Calcii cloridum 96 mg
Glukosum anhydrous 10 g
Aqua Pro Injeksi add 200 mL

D. Penimbangan Bahan
Untuk sediaan infuse biasanya dalam pembuatannya dilebihkan 10% dari volume yang akan dibuat, maka 10% dari 200 mL = 20 mL (artinya dilebihkan 20 mL)
Sehingga volume yang dibuat menjadi 200 mL + 20 mL = 220 mL, maka bahan-bahan yang digunakan menjadi:
NaCl = 220 mL/200 mL x 1,72 g = 1,892 g
KCl = 220 mL/200 mL x 48 mg = 52,8 mg
CaCl2 = 220 mL/200 mL x 96mg = 105,6 mg
Glukosa = 220 mL/200 mL x 10 g = 11 g
E. Perhitungan Ekuivalensi
Rumus White Vincent
NaCl = w . E . 111,1
1,892 g . 1 . 111,1 = 210,20 mL
KCl = w . E . 111,1
0,0528 g . 0,76 . 111,1 = 4,46 mL
CaCl2 = w . E . 111,1
0,1056 g . 0,53 . 111,1 = 6,22 mL
Glukosa = w . E . 111,1
11 g . 0,16 . 111,1 = 195,54 mL
Volume total = 416,42 mL (hipertonis)
Keadaan ini wajar saja sebab infuse ini digunakan untuk pasien gagal ginjal
F. Cara Kerja
a. Dibuat aqua pro injeksi bebas pirogen dengan menambahkan carbon aktif 0,1% lalu dipanaskan selama 15 menit (sebelum digunakan disaring terlebih dahulu).
b. Kalibrasi 220 mL beakerglass, Erlenmeyer dan 200 mL botol infuse.
c. Semua zat/bahan (NaCl, KCl, CaCl2, Glukosa anhidrat) ditimbang. Masing-masing dilarutkan (dalam API bebas pirogen terlebih) dan bilas kaca arloji.
d. Campur semua larutan zat dan add hingga tanda kalibrasi tercapai.
e. Basahi kertas saring ganda dengan air bebas pirogen.
f. Pindahkan corong ke atas botol infuse steril hingga mencapai tanda kalibrasi 200 mL.
g. Pasang tutup karet botol infuse steril dan ikat dengan tali dengan simpul champagne.
h. Sterilkan infuse yang telah dibuat dalam autoklaf suhu 1150 -1160 C selama 10 menit.








BAB IV
PEMERIKSAAN
A. Pemeriksaan sterilitas
Dilakukan untuk menetapkan ada tidaknya bakteri, jamur, dan ragi yang hidup dalam sediaan yang diperiksa. Dilakukan teknikaseptis yang cocok. Sebelum dilakukan uji sterilits, untuk zat-zat:
a. Pengawet: larutan diencerkan dahulu sehingga daya pengawetnya sudah tidak bekerja lagi.
b. Antibiotik: daya bakterisidnya dinonaktifkan dulu, misalnya pada penisilin ditambahakan enzim penisilinase
Menurut FI III, pemeriksaan dilakukan sebagai berikut.
a. Dibuat pemebenihan A untuk memeriksa adanya bakteri yang terdiri dari:
 Pembenihan tioglikolat untuk bakteri aerob; sebagai pembanding digunakan Bacillus subtilise atau Sarcina lutea
 Pembenihan tioglikolat yang dibebaskan dari oksigen terlarut, dengan cara memanaskan pada suhu 1000 C selama waktu yang diperlukan untuk bakteri anaerob; sebagai pembanding digunakan Bacteriodes vulgates atau Clostridium sporogenus
b. Dibuat perbenihan B untuk memeriksa adanya jamur dan ragi, untuk dipakai perbenihan asam amino; sebagai pembanding digunkan Candida albicans,
Penafsiran hasil:
Zat uji dinyatakan pada suhu 300-320 C selama tidak kurang dari 7 hari, tidak terdapat pertumbuhan jasad renik.

Untuk pemeriksaan sterilitas ini, kelompok kami tidak melakukanya sebab selain harus menggunakan laboratorium mikrobiologi, waktu yang diperlukanpun untuk pemeriksaan sterilitas ini sangat panjang terbukti untuk pembenihan saja diperlukan waktu tidak kurang dari 7 hari
B. Pemeriksaan pirogen
Dengan mengukur peningkatan suhu badan kelinci percobaan yang disuntik dengan sediaan uji pirogenitas secara intravena. Jumlah kelinci percobaan bisa 3, 6, 9, 12 (untuk rincian lihat di FI II)

Untuk pemeriksaan pirogen ini juga tidak dilakukkan sebab memerlukan kelinci sebagai media untuk pengujian, tentu pilihan yang sangat sulit sebab industry besar seperti Kalbe Farma saja tidak melakukan uji ini dengan kelinci tetapi menggunakan alat yang mampu mengidentifikasi kadar pirogen yang membahayakan dengan pembanding.
C. Pemeriksaan kejernihan dan warna
Diperiksa dengan melihat wadah pada latar belakang hitam-putih, disinari dari samping. Kotoran berwarna akan terlihat pada latar belakang hitam.

Pemeriksaan ini oleh kelompok VI dilakukan, dari hasil pemeriksaan disimpulkan tidak ada kotoran tidak berwarna dan berwarna yang terdapat pada infuse yang diproduksi.
D. Pemeriksaan Keragaman bobot
Syarat keseragaman bobot:
Bobot yang tertera pada etiket Batas penyimpangan (%)
Tidak lebih dari 120 mg 10,0
Antara 120 mg dan 300 mg 7,5
300 mg atau lebih 5,0

Oleh karena infuse yang diproduksi hanya 1 buah maka pemeriksaan ini tidak dilakukan.
E. Pemeriksaan keseragaman volume
Untuk injeksi dlam bentuk cairan, volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Kelebihan volume volume yang dianjurkan tertera dalam daftar berikut ini
Volume pada etiket Volume tambahan yang diajurkan
Cairan encer Cairan kental
0,5 mL 0,10 mL (20%) 0,12 mL (24%)
1,0 mL 0,10 mL (10%) 0,15 mL (15%)
2,1 mL 0,15 mL (7,5%) 0,25 mL (12,5%)
5,0 mL 0,30 mL (6%) 0,50mL (10%)
10,0 mL 0,50 mL (5%) 0,70 mL (7%)
20,0 mL 0,60 mL (3%) 0,90 mL (4,5%)
30,0 mL 0,80 mL (2,6%) 1,2 mL (4%)
50,0 mL 2 mL (4%) 3,00 mL (6%)

Sama halnya dengan pemriksaan keseragaman bobot, pemeriksaan keseragaman volume juga tidak dilakukan mengingat infuse yang dihasilkan hanya 1 botol saja. Kemudian keseragaman volume ini biasanya digunkan untuk sediaan injeksi volume kecil.
BAB V
PEMBAHASAN

Sediaan infuse merupakan sediaan injeksi dengan volume besar (lebih dari 100 mL). Infus ini biasa digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan keseimbangan cairan tubuh (termasuk darah). Oleh karena itu digunkan terapi dengan infuse untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit. Seperti yang telah dijelaskan pada bab pendahuluan bahwa infuse yang umum digunakan adalah infuse yang berisi larutan elektrolit, karbohidrat atau kombinasi keduanya, ketiganya diberikan secara intravena. Untuk SIVB (sediaan injeksi volume besar) yang kelompok VI buat yaitu ringer glukosa termasuk infuse dengan larutan kombinasi elektrolit dan karbohidrat. Sebab terdiri dari elektrolit seperti Na+, K+, Ca++ dan golongan karbohidrat glukosa anhidrat. Infus jenis ini digunakan untuk menyeimbangkan output dan input yang tidak seimbang dalam cairan tubuh. Biasanya kekurangan elektrolit seperti ini (ketidakseimnagan cairan tubuh) disebabkan oleh kecelakaan, operasi, demam tinggi dan lain-lain. Maka pemasukkan elektrolit-elktrolit yang biasa terdapat dalam cairan tubuh diharapkan dapat menyeimbangkan antara output dan input cairan tubuh. Sementara golongan karbohidrat seperti glukosa dan manitol sebagai donor kalori, atau bila isotonisnya dirubah dapat digunakan sebagai pengujian untuk fungsi organ seperti ginjal misalnya atau diuretika dapat pula untuk terapi edema otak.
Untuk infuse ringer glukosa dalam formularium nasional terbitan departemen kesehatan dibuat hipertonis yang tidak sesuai dengan teori bahwa larutan yang diinjeksikan ke dalam vena (langsung menuju darah) harus isotonis terutama untuk SIVB. Hal yang mendasari kelompok VI tetap tidak merubah komposisi dari masing-masing bahan oleh karena keterbatasan kami dalam bidang ini, dan tidak mungkin formularium yang digunakan oleh tenaga kesehatan di seluruh Indonesia salah. Selain itu ternyata ringer glukosa berbeda dengan infuse glukosa yang isotonis sebab fungsinya sebagai penyeimbang dalam cairan tubuh yang keseimbangannya terganggu (seperti pasien dengan ganguan fungsi ginjal). Berbeda dengan glukosa sebatas donor kalori.
Infuse gabungan dari elekrolit dan karbohidrat yang hipertonis kemungkinan dapat di-isotoniskan dengan adanya glukosa sebab glukosa termasuk zat pengisotonis. Selain itu, untuk mendapatkan efek seperti yang diinginkan.
Dalam pembuatannya sedikit berbeda dengan aturan yang terdapat di dalam buku petujuk, kelompok VI menggunakan aqua pro injeksi sepenuhnya pada pembuatan infuse artinya digunkan sebagai pelarut dan pembilas. Sementara untuk pembuatan infuse ini digunakan aqua pro injeksi bebas O2 sebagai pelarut dan pembilasnya baru menggunakan aqua pro injeksi bebas pirogen. Aqua pro injeksi bebas pirogen dibuat dengan menambahakn carbon aktif dengan kadar 0,1% dari jumlah larutan, carbon ini dapat menangkap atau menyerap pirogen yang terdapat di dalam larutan. Untuk kedua metode di atas pada dasarnya sama saja membebaskan larutan dari pirogen. Bila menggunkan aqua pro injeksi bebas O2 pemberian carbon aktif dan pemanasannya saat semua bahan telah dicampur, cara ini lebih terjamin bebas dari pirogen sebab bila ada pencemaran pada bahan dapat diserap. Sementara bila menggunakan aqua pro injeksi bebas pirogen untuk seluruhnya (sebagai pelarut dan pembilas) kemungkinan pencemaran pada bahan tidak dapat ditanggulangi sebab carbon aktif telah disaring sebelum digunakan selain itu tidak ada pemanasan untuk mereaksikan penyerapan pirogen oleh carbon aktif.

KESIMPULAN
1. Pada dasarnya sediaan infuse harus bebas pirogen, baik dengan menggunakan aqua pro injeksi untuk seluruhnya (sebagai pelarut dan pembilas) atau pelarut aqua pro injeksi bebas O2 baru dibebaskan pirogen.
2. Penggunaan aqua pro injeksi bebas O2 lalu dibebaskan pirogennya setelah pelarutan bahan lebih terjamin sterilitasnya dari pada menggunakan aqua pro injeksi bebas pirogen untuk seluruh pembuatan (sebagai pelarut dan pembilas)
3. Infus rnger laktat dibuat hipertonis untuk keperluan medis yang digunakan pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronik.








DAFTAR PUSTAKA
American Pharmaceutical Association. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient second edition. London: The Pharmaceutical Press.
Ansel, Howard.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Pharmacy, edisi keempat. Jakarta: UI press
Departement of pharmaceutical Science. 1982. Martindale the Extra Pharmacoeia 28th edition. London: The Pharmaceutical Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Badan Pengaeas Obat dan Makanan.
Hardjasaputra, S. L. Purwanto, Dr. dkk. 2002. Data Obat di Indonesia (DOI), edisi 10. Jakarta: Grafidian medi press.
ISFI. 2006. ISO Indonesia, volume IV. Jakarta: PT. Anem Kosong Anem (AKA).
Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: ANDI
Syamsuni, A.Drs, Apt. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC
Tjay, Tan Hoan, Drs, dkk. 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.

Tidak ada komentar: