Assalamu'alaikum ...

Foto saya
depok, jawa barat, Indonesia
jadilah apa yang kau inginkan!

Selasa, 13 Juli 2010

Infus Ringer laporan 1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
 Mengetahui cara membuat sediaan parenteral volume besar pelarut air
 Mengetahui metode-metode pembuatan infus ringer

1.2 Teori dasar
a. Definisi Infus
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100 mL yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah yang relative sama. Rsionya dalam tubuh adalah air 57%; lemak 20,8%;protein 17,0%;serta mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan homeostasis (keseimbangan cairan tubuh), maka tubuhpun harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit.

b. Penggolongan sediaan infus
a. Larutan Elektrolit
1. Cairan fisiologis tubuh manusia
Tubuh manusia mengandung 60% air dan terdiri atas cairan intraseluler(di dalam sel) 40% yang mengandung ion-ion K+, Mg++, Sulfat, fosfor, protein, serta senywa organic asam fosfat seperti ATP, heksosa monofosfat, dan lain-lain. Airpun mengandung cairan ekstraseluler 20% yang kurang lebih mengandung 3 liter air dan terbagi atas cairan interstisial (diantara kapiler dan sel) 15% dan plasma darah 5% dalam system peredaran darah serta mengandung beberapa ion seperti Na+, klorida dan bikarbonat.
Jenis elektrolit dalam darah
Ion Jumlah normal mV/liter
Na
K
Ca
Mg
Cl
HCO3
HPO4
SO4
protein 17,0-148,0
3,9-5,0
4,8-5,4
1,7-3,3
98,0-108,0
24,0-28,0
1,5-2,3
1-2,0
14,6-19,4

2. Fungsi larutan elektrolit
Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma dalam darah yang menyimpang, yaitu:
 Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih
 Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion natrium, kalium, dan kalsium dalam jumlah berlebih.
Sistem dapar darah adalah keseimbangan asam basa darah mengikuti sitem dapar, yaitu:
Hydrogen karbonat-karbonat
Hydrogen fosfat-dihidrogen fosfat
Serum-protein
Penyebab berkurangnya elektrolit plasma adalah kecelakaan, kebakaran, operasi atau perubahan patologis organ, gastroenteritis, demam tinggi atau penyakit lain yang menyebabkan output dan input tidak seimbang.
Kehilangan natrium disebut hipovolemia. Sedangkan kekurangan H2O disebut dehibrasi. Kemudian kekurangan HCO3 disebut asidosis metabolic dan kekurangan K+ disebut hipokalemia.


b. Infus karbohidrat
Adalah sediaan infuse berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen otot rangka, hipoglikemia, dan lain-lain.
Kegunaan: 5% isotonis, 20% untuk diuretic, dan 30-50% terapi oedema di otak
c. Larutan kombinasi elekrtolit dan karbohidrat
Contohnya: infuse KA-EN 4 B paed (otsuka)
Formula:
Na+ 30 mEq
K+ 8 mEq
Cl- 28 mEq
Laktat 10 mEq
Glukosa 37,5 g
Aqua p.i 1000 mL
d. Larutan irigasi
Adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar (3 L). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan diluar sitem peredaran dan umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastic yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan dengan cepat. Kita menggunakan larutan untuk merendam atau mencuci luka-luka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi perdarahan. Kita biasanya menggunkannya dalam kegiatan laparatomy, arthroscopy, hysterectomy dan turs (urologi)
Persyaratan larutan irigasi:
 Isotonik
 Steril
 Tidak diabsorbsi
 Bukan larutan elektrolit
 Tidak mengalami metabolism
 Cepat diekskresi
 Mempunyai tekanan osmotic diuretic
e. Larutan dialysis peritoneal
Merupakan suatu sediaan larutan steril dalam jumlah besar (2 L). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi dibiarkan mengalir ked ala ruangan peritoneal dan umumnya menggunakan tutup plastic yang dipatahkan, sehingga memungkinkan larutan dengan cepat turun ke bawah. Penggunaan cairan demikian bertujuan menghilangkan senyawa-senyawa toksik yang secara normal dikeluarkan atau diekskresikan ginjal. Pada kasus keracunan atau kegagalan ginjal, penggunaaan larutan dialysis peritoneal merupakan pilihan lain yang dapat dilakukan. Larutan diabsorbsi dalam membrane peritoneal mengkuti peredaran darah. Kemudian, di dalam ujung sel peritonel terjadi penarikan toksin dari darah ke dalam cairan dialysis yang bekerja sebagai membrane semipermeable.
Persyaratan larutan dialysis peritonel adalah:
 Hipertonis
 Steril
 Dapat menarik toksin dalam ruang peritoneal
f. Larutan plasma expander atau pnambah darah
Yaitu suatu sediaan steril yang digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, operasi dan lain-lain
1. Whole blood
Darah lengkap manusia adalah darah yang telah diambil dari donor manusia, yang dipilih dengan pencegahan pendahuluan aseptic ketat. Darah ditambahkan ion sitrat atau heparin sebagai antikoagulasi. Disimpan dalam temperature 10 C-100 C atau sekitar 20 C. tanggal kadaluarsanya tidak lebih dari 21 hari bila menggunakan sitrat dan tidak lebih dari 48 hari bila menggunakan heparin. Biasanya dikemas dalam 1 unit (500 mL)

2. Human albumin
Sediaan steril albumin serum yang didapat dengan melakukan fraksinasi darah dari donor manusia sehat. Setiap 100 mL mengndung 25 g albumin yang sebanding atau ekivalen osmotiknya dengan 500 mL plasma manusia normal. Tanggal kadaluarsanya berkisar antara 3-10 tahun.
3. Plasma protein
Larutan sterilprotein yang terpilih dari plasma darah donor manusia dewasa. Plasma mengandung 5 g protein per 100 mL. Umumnya menggunakan plasma protein dalam volume 250-500 mL, tetapi kadang-kadang sampai 1500 mL sebagai penyokong volume darah. Tanggal kadaluarsanya 3-5 tahun tergantung pada kondisi penyimpanan
Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% belum berakbat besar karena masih mampu dinormalkan oleh peredaran darahsendiri. Namun, bila plasma yang hilang lebih dari itu, maka tubuh memerlukan pengganti untu mencegah penggumpalan sel-sel serta menorrmalkan viskositas darah yang membesar.
Larutan yang dibuthkan adalah senyawa koloid dengan BM > 30.000, inert tidak mudah dieliminasi dan dapat digunakan dengan atau tanpa elektrolit
4. Larutan gelatin
Merupakan hasil hidrolisis kolagen, yakni suatu senyawa polpeptida. Larutan sangat cocok untuk plasma ekspander karena struktur terdiri atas protein sehingga dengan protein yang sama dapat memberi efek osmotic yang sama.
Sebagai cairan penggant darah, kita menggunakan larutan gelatin 5% yang diisotoniskan dengan natrium klorida dan dapat disterilkan dalam suhu 1210-1240 C dalam autoklaf.
5. Larutan dekstran
Adalah senyawa polisakarida dengan satuan glukosa sebagai komponen monomer, yang terikat secara glikosidik pada posisi alpha 1,6. Bentuk molekulnya benang.
Sebagai pengganti plasma, digunakan 6% dekstran 40 atau 10% dekstan 70 dengan BM rata-rata 40.000 atau 70.000 dengan penambahan NaCl 0,9%. Disterilkan pada suhu 1200 C dan dismpan pada suhu 40 C terbukti stabil dalam waktu 19 tahun
6. Larutan protein (asam amino)
Dinfuskan dalam tbuh jika mengalami kekurangan protein. Umumnya terdiri dari 8 asam amino penting yaitu: L-isoleusin, L-leusin, L-lisin, L-metionin, L-fenilanin, L-trionin, L-triptopan dan L-valin. Komponen lainya adalah sorbitol sebagai penyangga energy demikian pula vitamin dan tambahan elektrolit. Diatur pada pH 6 bila lebih tinggi akan mengurangi stabilitas larutan.
Untuk mengurangi penguaraian asam amino pada sterilisasi panas, maka dilakukan pada suhu 1200 C dengan tekanan uap disertai penjenuhan gas netral. Natrium pirosulfit dalam jumlah sangat keci dapat mengeluarkan oksigen pada kondisi tertentu.
c. Penggunaan Infus
Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah:
• Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
• Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
• Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
• “Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)
• Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)
• Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)
Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
d. Kontraindikasi Pemasangan Infus
• Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
• Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
• Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).


e. Komplikasi Penggunaan Infus
• Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.
• Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
• Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
• Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus:
• Rasa perih/sakit
• Reaksi alergi












BAB II
PRAFORMULASI
A. TINJAUAN PUSTAKA ZAT AKTIF DAN ZAT TAMBAHAN

1. Natrium klorida
a. Sinonim : Natrii cloridum
b. BM : 58,44
c. Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin.
d. Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol-p, sukar larut dalam etanol 95% p.
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
f. Fungsi : Sumber ion klorida dan ion natrium
g. OTT :Besi, perak, garam raksa, oksidator kuat, antimikroba (metil paraben)
h. Sterilisasi : sterilisasi zat aktif pada autoklaf

2. Kalium klorida
a. Sinonim : Kalii cloridum
b. BM : 74,55
c. Pemerian : Hablur berbentuk kubus atau berbentuk prisma, tidak berwarna atau serbuk butir putih, tidak berbau, rasa asin, mantap di udara.
d. Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air, sangat mudah larut dalam air mendidih praktis tidak larut dalam etanol mutlak p dan dalam eter p.
e. Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat
f. Khasiat : Sumber ion kalium
g. OTT : Bromine triflouride dan campuran cairan sulfat dan kalium permanganat, ada HCl, NaCl dan MgCl mengurangi kekentalan HCl.
h. Dosis : Dosis anak
Dosis Lazim (iv) : 100 mg/kg – 200 mg/kg
i. Sterilisasi : Sterilisasi zat aktif pada autiklaf
3. Kalsium klorida
a. Sinonim : Calcii cloridum
b. BM : 2 19,08
c. Pemerian : Hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak pahit, meleleh basah.
d. Kelarutan : Larut dalam 0,25 bagian air, mudah larut dalam etanol (95%) p
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
f. Khasiat : Sumber ion kalsium
g. Sterilisasi :

B. FORMULASI STANDAR DARI FORNAS

Injeksi Natrium Klorida Majemuk
Injeksi Ringer

Komposisi : Tiap 500 ml mengandung
Natrii Chloridum 4,3 g
Kalii Chloridum 150 mg
Calcii Chloridum 2,4 g
Aqua pro injectione hingga 500 ml
Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal
Catatan :
1. pH 5,0 – 7,5
2. Tidak boleh mengandung bakterisida
3. Disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C, segera setelah dibuat
4. Bebas pirogen
5. Pada etiket harus juga tertera banyaknya ion kalium, ion klorida dan ion natrium masing-masing dalam mEq/l
Diinjeksikan secara infus

C. PENGKAJIAN PRAFORMULASI

No Permasalahan Solusi Alternatif pemecahan masalah Keputusan Keterangan
1. Bentuk sediaan parentral bermacam-macam Dipilih bentuk sediaan sesuai dengan penggunaan a. Injeksi volume kecil
b. Injeksi volume besar (infus) Infuse
2. Untuk pembuatan sediaan injeksi harus dipenuhi syarat sterilisasi Dipilih teknik sterilisasi sesuai dengan sifat bahan a. Sterilisasi A
b. Sterilisasi C Sterilisasi A Sterilisasi akhir menggunakan autoklaf. Namun sebelumnya botol infus disterilisasikan dengan oven 2500 C selama 1 jam, tutup karet direbus 30 menit atau menggunakan autoklaf.
3. Sediaan tidak boleh ditambah pengawet atau preservative Tidak ditambahkan pengawet dan cukup disterilisasi akhir
4. Penandaan alat bermacam-macam Dipilih penandaan obat yang sesuai
Merah
Hijau
Biru

Merah
Obat keras

D. OTT
E. USUL PENYEMPURNAAN SEDIAAN
F. ALAT DAN CARA STERILISASI
Nama alat Jumlah Sterilisasi
Pinset 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Kaca arloji 4 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Beaker glass 5 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Erlenmeyer 2 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Gelas ukur 1 buah Autoklaf 1150 C selama 30 menit
Batang pengaduk gelas 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Corong gelas 1 buah Autoklaf 1150 C selama 30 menit
Kertas saring lipat 2 buah Autoklaf 1150 C selama 30 menit
Botol infuse 1 buah Oven 2500 C selama 30 menit
Tutup karet botol infuse 1 buah Autoklaf selama 30 menit atau direbus
Tali pengikat infuse 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit
Spatula logam 1 buah Oven 1700 C selama 30 menit

Formula akhir
R/ Natrii Chloridum 2,15 g
Kalii Chloridum 75 mg
Calcii Chloridum 1,2 g
API ad 250 ml

Penimbangan bahan
Untuk sediaan infus biasanya dilebihkan 10 % dari volume yang akan dibuat, maka 10 % dari 250 ml = 25 ml ( artinya dilebihkan 20 ml ), sehingga volume total yang dibuat menjadi 250 ml + 25 ml = 275 ml
Maka semua bahan yang digunakan :
a. NaCl
(275.250) x 2,15 g = 2,365 g
b. KCl
(275/250) x 75 mg = 82,5 mg
c. CaCl2
(275/250) x 1,2 g = 1,32 g



Kesetaraan ekivalensi
Rumus White-Vincent
V = W x E x 111,1
a. NaCl
V = W x E x 111,1
= 2,365 x 1 x 111,1
= 262,751
b. KCl
V = W x E x 111,1
= 0,0825 x 0,76 x 111,1
= 6,966
c. CaCl2
V = W x E x 111,1
= 1,32 x 0,51 x 111,1
= 74,792
Total
V = 262,751 + 6,966 + 74,792
= 344,509

Osmolaritas dengan tonisitas
Diketahui keberadaan NaCl dalam infus adalah 2,365 g dalam 250 ml, maka
M osmole/l = gr/l zat terlarut x 1000 x jumlah ion
BM zat terlarut

=( 2,365/250 x 1000) x 1000 x 2
58,5
= 323,41
Tergolong isotonis dengan range 270 – 328



Kandungan m/osmole untuk tiap ion elektrolit :
 Ion Cl = 214,32 mEq
 Ion Na = 161,7 mEq
 Ion Ca = 24,1 mEq
 Ion K = 4,42 mEq























BAB III
PROSEDUR KERJA
Metode Pembuatan
A. Penyiapan Aqua Pro Injeksi (API)
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Menyiapkan aqua bebas CO2 dan O2 dengan memanaskan aqua destilata selama 30 menit terhitung sejak mendidih lalu dialiri gas nitrogen.

B. Pembuatan sediaan infus ringer
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengkalibrasi erlenmeyer 275 ml dan botol infus 255 ml yang dilebihkan 2 % dari volume sediaan infus 250 ml
3. Menimbang semua zat aktif dengan kaca arloji
4. Melarutkan semua zat aktif dengan sedikit API, kemudian menambahkan API sampai volume kurang lebih 265 ml, setelah itu dilakukan pengecekan pH sediaan infus sebelum di add kan volume total API. Setelah di cek pHnya, kemudian di add kan API sampai 275 ml.
5. Menambahkan carbon aktif 0,1%, kemudian di panaskan selama 15 menit setelah suhu campuran zat aktif mencapai 40 – 500C. Lakukan pemanasan sambil ditutup dengan kaca arloji untuk mencegah penguapan
6. Membasahi kertas saring ganda dengan API
7. Memindahkan corong ke atas botol infus steril, kemudian saring larutan infus hingga mencapai tanda kalibrasi 255 ml
8. Memasang tutup karet botol infus steril dan diikat dengan tali dengan simpul champagne
9. Mensterilkan sediaan infus yang telah dibuat dalam autoklaf 115 – 1160C selama 30 menit


BAB IV
EVALUASI SEDIAAN
Evaluasi sediaan injeksi yang telah jadi

 Penampilan
Hasil sediaan infus yang kelompok kami hasilkan adalah berwarna jernih, tidak ada partikel melayang, namun volume infus mengalami pengurangan setelah melalui proses depirogenisasi ( yang seharusnya volume infus : 255 ml).

 Kadar pH
Nilai pH sediaan infus kami adalah 6, telah memenuhi syarat pH untuk suatu sediaan infu ringer menurut FORNAS yaitu range 5,5 – 7,5
















BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum teknologi steril kali ini, kelompok kami mengerjakan sediaan parenteral volume besar yaitu infus. Secara teori infus merupakan suatu larutan dalam jumlah besar, terhitung mulai dari 100 ml yang diberikan melalui rute pemberian intravena tetes demi tetes dengan kecepatan aliran tetes diatur konstan dengan bantuan yang cocok. Infus yang kelompok kami adalah jenis infus ringer (Infus NaCl majemuk), yaitu salah satu infus yang diindikasikan sebagai pengganti cairan elekrolit yang dibutuhkan pada penderita diare berat. Kandungan utama dari infus ini sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai pengganti elektrolit tubuh yang hilang karena dehidrasi akibat diare yang diderita.
Susunan formulasi sediaan infus yang kami buat adalah sebagai zat aktif sebagai pengganti cairan elektrolitnya adalah ion NaCl, ion KCl, ion CaCl, dan Aqua Pro Injeksi sebagai pelarut utamanya, karena menurut literatur FORNAS pelarut yang digunakan dalam infus ringer adalah Aqua Pro Injeksi bebas pirogen dan dari segi kelarutan bahan bahan aktifnya mudah larut dalam air bebas pirogen.
Pada proses pembuatan dengan mencampurkan bahan NaCl dengan sedikit API, ad larut kemudian ditambahkan KCl dan CaCl dan dilarutkan dalam API, aduk sampai larut. Kemudian menambahkan volume API sampai volume kurang lebih 265 ml, sebelum ditambahkan carbon aktif, dilakukan evaluasi pH campuran zat-zat, setelah itu baru ditambahkan sisa volume zat aktif sampai volume 275 ml. Tahapan selanjutnya adalah proses depirogenisasi, dengan menambahkan carbon aktif sebesar 0,01 %, proses ini diperlukan untuk menghilangkan pirogen yang ada di dalam sediaan, pirogen merupakan salah satu hasil metabolisme dari bakteri yang bersifat toksik bila masuk ke dalam tubuh. Proses depirogenisasi ini dilakukan dengan memanaskan pada suhu 50 – 700C selama 15 menit. Setelah proses depirogenisasi selesai, selanjutnya larutan zat aktif disaring dengan menggunakan kertas saring ganda, proses penyaringan larutan zat aktif langsung dimasukkan ke dalam botol infus yang sebelumnya telah dilakukan proses kalibrasi botol dengan volume 255 ml (mengalami pelebihan volume sebanyak 2% dari 250 ml). Proses penyaringan yang dilakukan langsung pada botol infus adalah dimaksudkan untuk mengurangi resiko kontaminasi dari luar, karena larutan infus ini telah dilakukan proses depirogenisasi untuk menghilangkan kontaminan dan pirogen – pirogen yang ada. Setelah pengisian ke dalam botol, di dapatkan volume sediaan infus kurang dari 255 ml, hal ini dikarenakan pada proses depirogenisasi yang cukup lama dan penutup yang digunakan untuk mencegah penguapan tidak menutup wadah secara menyeluruh, sehingga terjadi proses penguapan dan volume yang diinginkan menjadi berkurang.
Setelah sediaan infus jadi, tahapan selanjutnya adalah proses sterilisasi akhir dengan menggunakan autoklaf pada suhu 115 – 116 selama 30 menit. Pemilihan proses ini didasarkan pada kestabilan masing masing zat aktif stabil pada proses sterilisasi panas dengan autoklaf, dan menurut FORNAS, sediaan infus ringer dapat disterilisasi dengan menggunakan metode sterilisasi A, atau C. Proses sterilisasi yang dapat kami lakukan adalah proses sterilisasi akhir, untuk sterilisasi metode C (penyaringan) tidak dapat kami lakukan, karena ketidaksediaan alat.
Sementara untuk evaluasi sediaan infus yang dapat dilakukan adalah evaluasi pH sediaan, uji penampilan sediaan apakah sediaan yang dihasilkan jernih, bebas partikel melayang, sedangkan untuk uji sterilitas dan uji keseragaman bobot tidak dapat dilakukan. Untuk evaluasi nilai pH sediaan infus kami, didapat nilai pH 6, nilai ini telah memenuhi syarat sediaan infus ringer menurut FORNAS, sediaan infus ringer diharapkan nilai pHnya pada pH 5,5 sampai 7. Dan uji penampilan, tampak dari luar sediaan infus ringer kami jernih, tidak ada partikel melayang, hanya saja terjadi pengurangan volume karena proses depirogenisasinya.


BAB VI
KESIMPULAN

 Sediaan infuse ringer dengan komposisi
Natrii Chloridum 2,15 g
Kalii Chloridum 75 mg
Calcii Chloridum 1,2 g
API ad 250 ml
Sediaan infus ringer ini digunakan/diindikasikan sebagai pengganti cairan elektrolit dan karbohidrat dalam tubuh yang hilang karena dehidrasi. Infus ringer ini biasa dipakai/ diperuntukkan bagi penderita diare berat.

 Penambahan karbon aktif bertujuan untuk menghilangkan pirogen (depirogenisasi), dan pada saat proses ini dianjurkan untuk menutup dengan menggunakan penutup yang baik, untuk mencegah proses penguapan. Jika tidak ditutup secara baik, akan dapat menyebabkan pengurangan volume larutan infus.

 Evaluasi sediaan injeksi yang telah jadi
Penampilan
Hasil sediaan infus yang kelompok kami hasilkan adalah berwarna jernih, tidak ada partikel melayang, namun volume infus mengalami pengurangan setelah melalui proses depirogenisasi ( yang seharusnya volume infus : 255 ml).

Kadar pH
Nilai pH sediaan infus kami adalah 6, telah memenuhi syarat pH untuk suatu sediaan infu ringer menurut FORNAS yaitu range 5,5 – 7,5

DAFTAR PUSTAKA

Farmakope Indonesia Edisi ketiga. 1979. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Formularium Nasional Edisi Kedua. 1978. Departemen Kesehatan Repiblik Indonesia.

Departement of pharmaceutical Science. 1982. Martindale the Extra Pharmacoeia 28th edition. London: The Pharmaceutical Press.

Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Andi.

Wade, Ainley and Paul J.Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, second edition. London : The Pharmaceutical Press















LAMPIRAN

Tidak ada komentar: